PARADOKS SIKAP MUSLIM DI PERGANTIAN TAHUN


Oleh: Vina (Bunda Putri)
Muslimah Peduli Umat

Antusiasme masyarakat dunia dalam menyambut tahun baru nyatanya masih kita rasakan, termasuk di negeri-negeri kaum muslimin. Pertunjukan kembang api yang memukau, pesta meriah, bakar jagung, hingga iringan kendaraan yang lalu-lalang di kota biasanya identik dengan perayaan pergantian tahun tersebut, tak tertinggal Kota Bandung, dan kota-kota lainnya di Indonesia.

Namun, bukankah hal di atas menjadi sebuah ironi di tengah banyaknya konflik dan permasalahan yang ada? Khususnya yang menimpa kaum muslim saat ini. Perayaan tahun baru ini menyingkap sebuah paradoks di tengah kaum muslim. Di saat sebagian kaum muslimin terbawa suasana menikmati pesta kembang api dan berkumpul bersama orang-orang tersayang, menikmati sajian makanan dan minuman yang melimpah. Sementara di tempat yang berbeda sebagian kaum muslim lainnya sedang berduka, kehilangan tempat tinggal dan sanak saudara. Alih-alih menikmati hidangan lezat di malam pergantian tahun baru mereka justru tak mendapatkan apa pun untuk sekadar menghilangkan rasa lapar.

Dilansir dari cnbcindonesia.com (31/12/23), Zionis makin beringas menyerang warga Palestina di Jalur Gaza. Laporan terbaru menyebut pasukan Zionis memaksa masuk ke area tengah dan selatan Gaza pada Sabtu (30/12) waktu setempat. Laporan Reuters dari informasi otoritas Hamas mengatakan bombardir Zionis menewaskan 165 orang di Gaza selama 24 jam terakhir, dikutip Minggu (31/12/2023). Selain itu, ada 250 orang yang mengalami luka parah.

Belum lagi kondisi para pengungsi Rohingya yang masih terlunta-lunta hidupnya. Terkini sebagaimana yang dikutip dari bbc.com (29/12/23), adanya insiden pemindahan paksa oleh ratusan mahasiswa terhadap pengungsi Rohingya di Banda Aceh menyisakan trauma dan ketakutan bagi korban.

Pesta kembang api dan perayaan tahun baru di tengah berkecamuknya perang di Gaza, jumlah korban perang meningkat dan penderitaan muslim Rohingya adalah satu bentuk abainya kaum muslim terhadap urusan umat. Lantas lupakah kaum muslim tentang makna hadis Nabi yang menganalogikan bahwa kaum muslim ibarat satu tubuh? Bukankah seharusnya kita pun merasakan penderitaan yang menimpa saudara muslim lainnya sekalipun mereka berada nan jauh di sana?

Namun pergantian tahun ini nampak nyata Paradoks kaum muslim dalam bersikap, sejatinya umat Islam ibarat satu tubuh yang akan merasakan sakit apabila bagian tubuhnya terluka, ketika pesta kembang api di tengah bercamuknya perang Gaza yang terus memanas, bahkan harapan di Tahun baru pun rasanya hanya sekedar mimpi yang jauh dari angan-angan dan sungguh fakta yang memilukan, dan umat juga terpecah dalam mensikapi masalah penderitan muslim Rohingya yang tak kunjung selesai.

Semua ini sebagai bukti betapa abainya Negara mempersatukan perasaan kaum muslimin. Selama sistem kapitalis yang diterapkan, konsep Nasionalisme yang mengeratkan ukhuwah kaum muslim, membuat kekuatan muslim semakin melemah dan tidak mampu bangkit membela diri.

Hanya kembali pada Sistem Islam lah satu-satunya harapan yang mampu menyatukan kaum muslim di seluruh Dunia. Sistem Islam dalam naungan Khilafah lah, Satu satunya institut yang mampu menjadi solusi terbaik bagi persoalan umat. Dan hanya Khilafahlah yang mampu menghilangkan segala bentuk penjajahan dan penindasan umat di bumi manapun.

Sebagaimana sabda Rasulullah ï·º:

"Perumpamaan kaum mukminin dalam saling mencintai, saling mengasihi, dan saling menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga dengan tidak bisa tidur dan merasa demam"( HR MUSLIM).

Wallohua'lam bisshowab.

Posting Komentar

0 Komentar