Oleh: Cici Herdiana
Muslimah Peduli Umat
Dilansir dari beritasatu.com - Hujan deras yang turun pada Kamis(11/01/2024) sore menyebabkan lima rukun tetangga (RT) dan enam ruas jalan di DKI Jakarta terendam banjir.
Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji, menjelaskan bahwa “Wilayah yang terdampak mencakup lima RT, termasuk tiga RT di Kelurahan Duren Tiga (Jakarta Selatan) dengan ketinggian air mencapai 30 sentimeter (cm) akibat hujan deras dan luapan Kali Mampang. Sementara itu, dua RT di Jakarta Timur mengalami genangan dengan ketinggian 30 cm, juga akibat curah hujan tinggi,” kata Isnawa dikutip Antara, Kamis (11/1/2024).
Adapun enam ruas jalan yang masih tergenang antara lain Jalan Yusuf, Sukabumi Utara (Jakarta Barat) dengan ketinggian air 30 cm, Jati Padang 3, Jati Padang (Jakarta Selatan) dengan ketinggian 10 cm, Jalan Bukit Duri Selatan, Bukit Duri (Jakarta Selatan) dengan ketinggian 30 cm, Jalan Kemang Utara IX, Duren Tiga (Jakarta Selatan) dengan ketinggian 30 cm, Jalan Pondok Karya 1B, Pela Mampang (Jakarta Selatan) dengan ketinggian 20 cm, dan Jalan Penganten Ali (LRT Ciracas), Ciracas (Jakarta Timur) dengan ketinggian 10 cm yang mengakibatkan kemacetan parah tak terhindarkan.
Terkait dengan bahaya Banjir
BPBD DKI Jakarta telah melakukan mobilisasi personel untuk memantau kondisi genangan di setiap wilayah dan berkoordinasi dengan berbagai instansi, termasuk Dinas Sumber Daya Air (SDA), Dinas Bina Marga, serta Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan.
Selain karena hujan dan kiriman debit air dari hulu, Jakarta juga rentan terkena pasang air laut. Hal ini biasanya terjadi di wilayah pesisir atau tepi laut Jakarta, karena pasangnya air laut, penurunan muka tanah di utara Jakarta juga dapat mempengaruhi meningkatnya banjir.
Bukan itu saja berkaca pada banjir Jakarta pada awal 2021, kita dapat melihat bahwa jaringan drainase kota sudah kewalahan menampung air hujan, selain itu juga ada 3 faktor penyebab banjir di Jakarta:
Pertama, curah hujan ekstrem dengan intesitas tinggi. Curah hujan ekstrem adalah dampak nyata dari krisis iklim.
Kedua, perubahan dan tutupan lahan telah menggantikan dominasi lahan pertanian. Luas pemukiman juga tumbuh pesat. Hal ini meningkatkan meluapnya sungai.
Ketiga, penurunan permukaan tanah saat ini ada di angka 35% akibat warga Jakarta yang menggunakan air tanah untuk kebutuhan harian. Akibatnya tinggi muka tanah semakin dangkal.
Persoalan banjir yang melanda Jakarta begitu serius dan sistemis. Diperlukan penanganan yang serius untuk menggali akar persoalannya sehingga solusi yang akan dilakukan tepat pada sasaran.
Sebenarnya sudah banyak kita dengar dan saksikan penelitian ilmiah dan diskusi terkait tentang aspek hidrologi, kehutanan, dan pentingnya konservasi dan tata ruang wilayah. Namun semua itu tidak menyelesaikan masalah banjir, karena dibangun atas paradigma berpikir yang salah.
Pembangunan ala kapitalistik sekularisme tidak menjadikan solusi untuk mengatasi banjir, justru menguntungkan kafir penjajah dan menjadi agenda mereka untuk mengeruk semakin banyak keuntungan untuk para korporasi rezim berkuasa dan pengusaha negara oligarki.
Sementara analisa dan dampak lingkungan dipandang sebagai suatu alat yang mudah dimanipulasi dan di perjualbelikan. Sedangkan penopang banjir yaitu hutan dan lahan di pandang sebagai komoditas yang bebas di miliki dan dimanfaatkan siapa saja.
Inilah buah dari sistem ideologi kapitalisme demokrasi. Persoalan banjir akan terus terjadi jika penguasa tidak mau mengurus kepentingan publik dengan penerapan syariah, justru mengambil solusi dari hukum buatan manusia yaitu kapitalistik yang eksploitatif hanya memikirkan keuntungan semata.
Sebagai muslim, tentunya kita mengimani bahwa segala yang terjadi adalah atas izin Allah yang maha kuasa. Jika kita diberi musibah, maka kita diperintahkan untuk bersabar. Namun tentunya tidak cukup hanya bersabar, tetapi musibah tersebut juga disikapi dengan menjadikannya sebagai momen untuk muhasabah diri kita, tentang apa yang telah kita lakukan, sehingga Allah menjadikan hujan sebagai rahmat, yang dengannya bumi dihidupkan dari kekeringan.
Wallahu alam bissowab
0 Komentar