Oleh: Atik Setyawati
Penulis Lepas
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menciptakan manusia sebagai sebaik-baiknya bentuk ciptaan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam al-Qur'an surat At-Tiin ayat 4 yang artinya, “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Manusia tercipta sebagai makhluk yang paling sempurna. Hidayah kholqi/penciptaan berupa akal pikiran menjadikan manusia lebih sempurna dibandingkan makhluk Allah yang lainnya. Karena memiliki akal, inilah semestinya manusia bisa membedakan segala hal yang buruk dengan hal yang baik. Sehingga, predikat makhluk yang paling sempurna layak disandangnya.
Dengan akal, manusia dapat menerima petunjuk yang tertera dalam kitabullah. Manusia dapat senantiasa terus berubah menjadi lebih baik dari hari ke hari.
Tidak sedikit manusia yang kemudian terjebak pada menuruti hawa nafsu. Karena memang sejatinya akal manusia itu tunduk terhadap wahyu ataukah pada nafsu. Tentunya, untuk menjadi manusia atau insan yang mulia adalah mereka yang senantiasa menundukkan akalnya pada wahyu/kalamullah.
Tidak ada lagi yang pantas bagi seorang manusia sebagai hamba Allah selain mematuhi apa yang diperintahkan oleh Rabb-nya. Kemuliaan seorang anak manusia tidak ditentukan oleh pangkat, harta, jabatan, paras muka, ataupun bentuk tubuhnya.
Penentu kemuliaan seorang manusia adalah nilai ketakwaan yang ada pada dirinya. Menjadi hamba-hamba yang bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa. Tak ada kata tidak jika mendapati sebuah perintah untuk mengerjakan suatu amal. Pun demikian, tidak ada rasa enggan untuk meninggalkan larangan yang biasanya adalah bentuk-bentuk kemaksiatan.
Memang benar, melaksanakan perintah itu tidaklah mudah. Berbekal takwa, akan ringan melaksanakannya. Apalagi meninggalkan kemaksiyatan yang telah menjadi kebiasaan. Tentu sangatlah sulit meninggalkannya. Dengan ketakwaan diri, rasa takut yang diperoleh dari proses berpikir, tentu meninggalkan kemaksiatan adalah hal yang diupayakan.
Oleh karena itu, jika kita sebagai manusia ingin menjadi insan yang mulia, tentunya terus menempa diri untuk memperbarui/memperbaiki ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Apalah yang kita cari di dunia yang fana ini selain bekal yang banyak dan bermanfaat untuk kehidupan kita di negeri akhirat kelak. Semoga aku, kamu, kita semua dapat senantiasa menjadi hamba-hamba yang bertakwa yang layak mendapatkan ampunan dan keridaan dari Sang pencipta. Aamiin.
0 Komentar