Oleh: Amalia Nurul Viqri, S.Pd
Muslimah Pemerhati Umat
Lagi-lagi harga bahan pangan melonjak tinggi, rakyat kalangan bawah tercekik. Pendapatan mereka tak seimbang dengan pengeluaran mereka. Disamping SDA yang melimpah, rakyat banting tulang menghidupi keluarganya bahkan di beberapa daerah mati kelaparan. Mana bukti yang selama ini pemerintah gaungkan tentang kesejahteraan rakyat?
Justru hanya ada keluhan rakyat, salah satunya diungkap oleh Waluyo, seorang warga di kawasan Petukangan, Jakarta Selatan. "Iya, sekarang sembako pada naik semua. Beras naik, cabai naik, gula naik, bikin berat. Soalnya kan yang biasanya uang 1 juta bisa cukup buat beli sembako sebulan jadi kurang dan harus ngeluarin uang dari cost lainnya," dilansir dari Liputan6, Minggu (26/11/2023).
Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat, ada 9 komoditas pangan yang mengalami kenaikan harga lebih dari 10% dari harga acuan atau eceran yang ditetapkan pemerintah. (CNBCIndonesia, 24/11/23)
Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) mencatat banyak bahan pangan yang mengalami kenaikan beberapa waktu belakangan ini. Padahal, biasanya harga pangan naik ketika permintaan melonjak seperti pada momen Natal dan Tahun Baru (Nataru). (Liputan6, 26/11/23)
Akar Masalah
Mahalnya harga pangan menunjukkan negara gagal menjamin kebutuhan pangan murah, tidak lain karena sistem ekonomi kapitalis sebagai dalang utamanya. Sistem kapitalisme ini hanya mengunggulkan asas manfaat, yaitu pertimbangan untung rugi saja, jika hal tersebut ada keuntungannya akan dilakukan, pun sebaliknya jika merugikan maka akan ditinggalkan. Termasuk perekonomian saat ini, jika menguntungkan para pengusaha maka sah-sah saja dilakukan, dan rakyat yang menjadi imbasnya.
Negara seharusnya melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi kenaikan harga karena berbagai persoalan. Juga seharusnya mampu mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan dengan berbagai cara sehingga rakyat terpenuhi kebutuhannya. Namun sayangnya hal ini mustahil terwujud apabila sistem kapitalisme masih ditegakkan.
Solusi terbaik
Allah ï·» telah memberikan kemudahan bagi ummatnya dalam menjalani kehidupan, yakni melalui Al-Qur'an dan As-Sunnah. Negara seharusnya menerapkan seluruh syariat Islam, karena Islam telah menegaskan kedudukan pemimpin negara (Khalifah) sebagai ra'in (penggembala) yang bertanggung jawab atas ra'iyah (gembalaannya). Pemimpin negara (Khalifah) itulah yang akan menerapkan syariat Islam secara menyeluruh.
Termasuk masalah ekonomi saat ini, akan diterapkan sesuai perekonomian Islam. Islam akan mengatur SDA dengan sebaik-baiknya sehingga pendistribusian bahan pangan berjalan dengan baik dan kebutuhan pangan seluruh rakyat tercukupi dan hidup sejahtera, Insyaallah.
0 Komentar