PEMILU YANG MEMILUKAN DAN MEMALUKAN


Oleh: Ela Laela sari
Muslimah Peduli Umat

Massa kampanye pemilihan umum (PEMILU) 2024 telah dimulai, kampanye akan berlangsung pada tanggal 28 November 2023 sampai 10 Januari 2023.

Saat ini para kontestan pemilu sudah turun ketengah-tengah masyarakat untuk melakukan kampanye. Selain itu, pada masa kampanye ini, Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan menggelar debat calon presiden dan calon wakil presiden, sebanyak lima kali. Sudah bisa kita prediksi, masa kampanye akan diisi dengan persaingan para kontestan pemilu untuk mendapatkan dukungan rakyat, mereka mempromosikan Visi-misi dan program kerjanya jika terpilih, bahkan aneka janji politik akan ditebarkan seperti kesejahteraan, lapangan kerja, subsidi bahkan penurunan harga bahan pokok, dan lainnya. Tidak hanya pencitraan diri sendiri, kampanye acap kali berisi "serangan" terhadap kekurangan calon lain yang menjadi pesaing.

Bahkan seringkali dijadikan kampanye hitam, yaitu fitnah terhadap kandidat yang lain. Oleh karenanya, pada masa kampanye rawan terjadi perselisihan dan konflik antar pendukung satu kontestan dengan pendukung kontestan yang lainnya, tingginya potensi konflik dalam pemilu menguatkan kesimpulan bahwa sistem pemilu demokrasi penuh dengan intrik, penipuan, dan kebohongan. Para kontestan akan menebar "seribu" janji palsu yang membiuskan rakyat sehingga mereka percaya pada janjinya, sedangkan realisasinya ketika mereka terpilih sungguh tidak sesuai dengan janjinya.

Selain itu, para calon tidak segan-segan menyampaikan kebohongan (hoaks), fitnah, dan menyerang aspek SARA. Hal ini menunjukkan bahwa mereka menghalalkan segala cara untuk memperoleh kemenangan. Berbohong dan memfitnah seolah dinormalisasikan dalam rangka kampanye. Sungguh disayangkan dari tingkah polah para politisi yang demikian itu, rakyat masih saja tertipu oleh janji-janji palsu mereka. Rakyat masih memilih para politisi yang bermanis muka dengan beragam pencitraannya, padahal rakyat sudah tau bahwa kelak mereka akan kecewa karena jani-janji kampanye itu tidak pernah terealisasikan, kecuali sangat sedikit.

Siklus kebohongan dalam kampanye ini selalu terjadi setiap Pemilu, karena pemilu sejatinya menjadi bagian dari sistem Demokrasi yang sekuler hingga menghasilkan kebohongan, fitnah dan segala cara yang haram ditempuh demi meraih kekuasaan. Apalagi dengan banyaknya partai peserta pemilu dan sistem pemilihan langsung, persaingan makin sengit untuk memenangkan persaingan politik. Sedangkan asas politiknya sekuler, menjadikan berbagai cara ditempuh demi menangkan persaingan, halal dan haram tidak lagi diperhatikan.


Inilah realitas didalam sistem demokrasi

Sungguh berbeda dengan Islam. Dalam Islam jabatan adalah amanah yang akan dipertanggung jawabkan pada hari akhir. Pemimpin akan ditanya tentang amanah kepemimpinan yang ada padanya, apakah digunakan dengan benar atau tidak? Sistem Islam akan mewujudkan para pemimpin yang amanah, karena Islam memiliki mekanisme pemilihan pemimpin yang terbaik. Asas pemilihan pemimpin dalam Islam adalah Aqidah Islam. Aqidah inilah yang akan menuntun perilaku politik para politisi sehingga sesuai dengan Syariat dan tidak menghalalkan segala cara.

Bahkan dalam pelaksaan pemilihan pemimpin akan berjalan tertib, lancar dan penuh kebaikan, termasuk dalam interaksi dengan masyarakat tidak ada konflik maupun perpecahan antar pendukung calon penguasa. Dengan demikian, pemilihan dalam Islam akan mewujudkan keberkahan yaitu bertambahnya kebaikan bagi umat.

Wallohua'lam bisshowab

Posting Komentar

0 Komentar