Oleh: Lia Herasusanti
Sahabat Surga Cinta Qur'an
Siang itu Mesjid Zayed di Solo ramai sekali. Ga nyangka juga bakal seperti ini. Walaupun sudah pernah mendengar cerita tentang bagaimana kondisi mesjid-mesjid yang menjadi destinasi wisata religi, tapi melihat kondisi sebenarnya tentu saja berbeda.
Sejak memasuki area mesjid, mobil sudah mengalami kemacetan. Jalan yang tak terlalu lebar, kiri kanannya dipenuhi pedagang oleh-oleh, sehingga mobil terpaksa saling bergantian menggunakan jalan jika bersilangan jalan.
Sampai di depan pintu mesjid, tumpukan jamaah yang ingin memasuki mesjid terhambat oleh mesin detektor. Semua barang-barang bawaan harus dimasukkan dalam mesin tersebut. Banyak barang bawaan tersita. Bukan pistol, senjata tajam atau bom, tapi berbagai makanan cemilan bawaan jamaah. Biasalah ya, namanya wisata, pasti dipikiran jamaah itu bisa sambil makan-makan.. He.. He..
Akhirnya bisa lolos juga dari tumpukan manusia di pintu masuk ini. Walaupun demikian, keramaian belum berakhir. Jamaah lebih banyak berkumpul dibagian depan mesjid. Ada yang berfoto-foto, dan banyak juga yang langsung mengambil posisi lesehan setelah lelah mengantri di pintu masuk. Rombonganku yang terdiri dari aku, suamiku dan anakku, merangsek masuk ke bagian lebih dalam pelataran mesjid. Benar saja, disana justru suasananya lebih lenggang, walau pun tidak bisa dikatakan sepi.
Kami mengambil posisi didepan pintu mesjid yang tak dibuka. Meletakkan tas-tas ransel bawaan kami masing-masing. Selanjutnya mengatur jadwal sholat secara bergantian, karena harus menjaga tas bawaan kami.
Saat waktu sholat ashar tiba, Suamiku masuk terlebih dahulu ketika azan berkumandang. Biarlah suami yang mengejar sholat berjamaah. Sementara kami menunggu diluar mesjid dan memperhatikan orang sekitar yang masih berlalu lalang serta jamaah di masjid yang sedang bersiap melakukan sholat.
Namun ketika sholat sudah dimulai, ada yang aneh dari pemandangan dalam mesjid menurut pikiranku. Sekelompok bapak-bapak hanya duduk-duduk saja, padahal sholat sudah dimulai. Loh, ngapain juga ke mesjid kalau ga sholat? Pikirku. Dan setelah sholat selesai dilaksanakan, rombongan bapak-bapak inipun ikut keluar mesjid tanpa melakukan sholat. Loh.. loh, ga bahaya tah?
Saat suamiku kembali ke tempat kami, ku ceritakan apa yang kulihat. Dan tentu saja pikiran negatif sudah bertengger di benakku. Laki-laki kan ga mungkin ada jadwal haid kan? Trus kenapa juga ga sholat saat waktunya sholat. Pokoknya ini pasti orang-orang yang ga taat syari'at.
Tapi aku seperti tertampar ketika suami berkomentar atas cerita yang ku sampaikan. "Jangan su'udzon!, mungkin mereka sedang safar dan sudah menjama' sholat asharnya dengan sholat dzuhur sebelumnya. Mereka masuk mesjid karena pengen lihat masjidnya dari dalam". Astagfirullah, kebiasaan banget! Mengedepankan dugaan buruk, padahal pada saudaranya sendiri. Malu ih! Jawaban suamiku tersebut seperti menampar diri sendiri agar selalu mengedepankan husnudzon atas saudaranya.
Pelajaran berharga, jangan sampai terulang lagi. Semoga Allah mengampuni. Aamiin.
Al-Qur'an surat Al Hujurat ayat 12 menjelaskan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang."
0 Komentar