Oleh: Lathifa Rohmani
Muslimah Peduli Umat
Semakin hari, kasus perundungan (bullying) di Indonesia terus meluas. Baru-baru ini, dilaporkan kembali kasus bullying yang menimpa seorang siswa di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Medan. Siswa tersebut menjadi korban penyiksaan oleh teman sekelas dan kakak kelasnya yang sudah lulus. Tindakan penyiksaan tersebut diduga dipicu oleh penolakan korban untuk bergabung dengan suatu geng dan berteman dengan siswa dari sekolah lain. (Tribun-Medan.com, November 2023)
Kemudian, bullying juga terjadi pada 12 siswa SMAN 26 Jakarta yang dilakukan oleh kakak kelas mereka. Kondisi belasan siswa yang masih berada di kelas X SMA tersebut sangat mengkhawatirkan karena mereka mengalami perlakuan kejam oleh 15 orang kakak kelas dari kelas XI dan XII. (Tribuntrends.com, Desember 2023)
Di salah satu sekolah dasar (SD) swasta di Sukabumi pun dikabarkan terjadi perundungan. Seorang siswa kelas 3 SD menjadi korban perundungan yang dilakukan oleh teman sekolahnya. Akibat bullying ini, korban mengalami patah tulang. Terdapat dugaan kuat bahwa kasus bullying terhadap korban sudah berlangsung cukup lama. Namun, pihak sekolah terkesan menutup-nutupi insiden ini seolah-olah perundungan tersebut tidak terjadi. Penyelidikan polisi pun dimulai setelah kabar ini menjadi viral di media sosial. (Kompas.com, Desember 2023)
Sementara di Bekasi, seorang siswa kelas 6 SD menjadi korban bullying yang tragis, hingga akhirnya kakinya harus diamputasi karena diduga dijegal oleh temannya. Kabar terbaru menyebutkan bahwa korban tersebut telah dikonfirmasi meninggal dunia. (Detiknews.com, Desember 2023).
Kasus-kasus bullying yang telah disebutkan di atas, hanya beberapa dari sekian banyak kasus. Besarnya angka perundungan yang terjadi di sekolah menunjukkan bahwa ada yang salah dengan sistem pendidikan kita. Beberapa faktor utama yang menjadi penyebab maraknya perundungan antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, dan media.
Pertama, faktor keluarga. Kurangnya peran orang tua dalam pengasuhan dan pendidikan anak akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu keluarga yang tidak harmonis, kurangnya apresiasi dari orang tua, broken home, dan masih banyak lagi. Seorang anak yang tidak mendapatkan pendidikan dan pengasuhan yang baik dari rumah akan menjadi stimulus untuk mencari perhatian di luar rumah, salah satunya dengan merundung teman-temannya di sekolah.
Kedua, faktor sekolah. Manajemen yang buruk terkait pengawasan dari pihak sekolah terhadap siswa-siswanya menjadikan kasus perundungan semakin marak. Pembiaran yang dilakukan sekolah akan menyebabkan pelaku bullying semakin bermunculan. Selain itu, kurikulum yang hanya mengutamakan aspek akademis membuat anak kurang memahami adab dan akhlaknya.
Kemudian, faktor ketiga adalah faktor media. Sudah menjadi rahasia umum bahwa media merupakan sarana yang menyebabkan tingginya kasus perundungan. Game online, kartun atau anime, bahkan tayangan-tayangan yang disuguhkan media sering kali menyajikan kekerasan fisik yang mudah ditiru oleh anak-anak.
Jika dilihat dari ketiga faktor tersebut, akar permasalahan maraknya perundungan ini adalah sistem pendidikan yang bersifat sekuler dan liberal. Tidak hanya pada aspek pendidikannya saja, namun di segala sektor kehidupan.
Sekularisme yang diterapkan di seluruh dunia telah memisahkan agama dari kehidupan, sehingga menciptakan individu-individu yang jauh dari nilai-nilai agama. Seseorang yang memiliki paradigma sekular dan liberal cenderung kehilangan arah dan tujuan hidup. Ia tidak memahami hakikat tujuan penciptaan manusia yang sejati, yaitu beribadah kepada Allah semata. Tujuan hidupnya hanya tertuju pada keinginan duniawi dan pemuasan nafsu semata.
Penyelesaian masalah perundungan yang semakin meningkat hanya dapat terwujud jika semua individu, baik anak-anak maupun dewasa, memiliki keimanan dan ketakwaan yang tinggi terhadap Allah ﷻ. Ketika setiap orang memiliki ketakwaan pribadi, mereka akan dengan sukarela menerapkan syariat dalam setiap aspek kehidupannya, mulai dari hal-hal kecil hingga ranah yang lebih besar, termasuk sistem pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan sistem pendidikan Islam yang mampu menerapkan syariat-syariatnya secara komprehensif. Sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ کَآ فَّةً ۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۗ اِنَّهٗ لَـکُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah 2: 208)
Wallahu 'alam bish-shawwab.
0 Komentar