Oleh: Lia Herasusanti
Sahabat Surga Cinta Qur'an
"Kalo lu baik sama orang pasti orang juga akan baik sama lu. Bohong! Itu bohong! Yang benernya kayak gini nih, kalau lu baik sama orang, pasti lu dimanfaatin, kalo gak lu dimanfaatin, lu diinjek-injek, lu dianggap bodoh, itu bener!"
Kemarin lewat di beranda seorang wanita mengucapkan kata-kata seperti itu. Terasa sangat dalam. Sepertinya dari hati karena mungkin ia pernah merasakan hal seperti itu. Berbuat baik, namun kebaikannya dibalas dengan hal yang menyakitkan.
Tak menafikan, banyak kondisi seperti yang digambarkannya saat ini. Ya, dalam sistem sekuler saat ini, manusia berlomba mencari manfaat dari setiap hubungan yang terjadi. Seolah tak dikenal kata tulus dalam sebuah hubungan. Selalu dicari manfaat yang bisa diperoleh. Karena memang itulah tolak ukur perbuatan dalam sistem kapitalis. Sistem yang menguasai dunia saat ini.
Karena pengaruh sistem kapitalis, banyak muslim ikut terbawa tolak ukur ini dalam berbuat. Padahal bagi seorang muslim tolak ukur perbuatannya adalah terikat pada aturan Allah. Ketika seseorang berbuat baik, maka dasar kebaikannya bukan karena ingin dibalas kebaikan atau manfaat lain. Tapi kebaikannya semata-mata karena Allah ï·» telah memerintahkan dirinya.
Balasannya pun hanya berharap dari Allah ï·». Jikapun ia mendapat balasan buruk dari orang yang diperlakukan baik olehnya, maka itu tak membuatnya rugi, karena Allah ï·» sudah mencatat kebaikannya Sementara bagi orang yang melakukan keburukan padanya, ia pun akan mendapatkan dosa karena keburukan yang dilakukannya.
Jadi jika demikian tuntunan dari Islam, apakan akan berhenti berbuat baik saat tak ada manfaat yang diperoleh? Atau tetap istiqomah dalam kebaikan?
Dalam Al-Qur'an surat Maryam ayat 96 menerangkan:
Ø¥ِÙ†َّ الَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا ÙˆَعَÙ…ِÙ„ُوا الصَّالِØَاتِ سَÙŠَجْعَÙ„ُ Ù„َÙ‡ُÙ…ُ الرَّØْÙ…َٰÙ†ُ Ùˆُدًّا
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.
0 Komentar