REJEKI DIJAMIN ALLAH, PERLUKAH MENJADI KAYA?


Oleh: Lilik Yani
Muslimah Peduli Peradaban

Rejeki semua hamba sudah dijamin Allah ﷻ, termasuk binatang melata sudah ada jatah rejekinya. Apalagi manusia yang dicinta Allah ﷻ, sudah disiapkan rejekinya oleh Allah ﷻ.

Apakah menjadi kaya atau tidak, itu terserah Allah ﷻ yang menentukan. Hanya saja manusia wajib berupaya semaksimal mungkin. Cara memperoleh benar, cara menyalurkan benar. Apakah muslim harus kaya? Untuk apa?

Dilansir iNews, kisah sukses Bob Sadino menjadi inspirasi bahwa untuk menjadi pengusaha sukses tak cukup bermodal warisan. Meski terlahir dari keluarga berkecukupan, Bob Sadino merintis usahanya dari nol. Dia pun pernah melakoni sejumlah pekerjaan dari sopir, kuli bangunan hingga beternak ayam.

Pria kelahiran 3 Maret 1933 ini berasal dari keluarga yang berkecukupan. Namun, saat usianya menginjak 19 tahun, kedua orang tua Bob meninggal dunia. Bob pun ditinggalkan warisan oleh kedua orang tuanya, dan dia menggunakan sebagian warisan tersebut untuk keliling dunia.

Beautie.com juga memuat kisah Bill Gates. Apakah kamu tahu siapa Bill Gates? Rasanya tidak ada yang tak mengenal sosok dibalik suksesnya Microsoft hari ini. Kisah suksesnya membuat banyak orang terkejut ketika ia sempat di drop out dari Harvard University karena kecintaannya pada teknologi.

Pekerjaan pertama Gates sejak muda adalah sebagai pemrogram komputer untuk TRW selama setahun di sekolah menengah. Ia membuktikan bahwa dari komputer, seseorang bisa membuahkan hasil yang luar biasa. Dari komputer mengantarkan ia menjadi orang terkaya.


Allah ﷻ Menjadikan Seseorang itu Miskin atau Kaya

Allah ﷻ memberikan rezki kepada mereka, dengan rezeki yang Dia pilih dan di dalamnya ada kemaslahatan, sebaliknya Dia akan menjadikan miskin siapa saja yang berhak untuk miskin dan Allah ﷻ memberi rezeki sesuai kadar hamba-Nya dalam ketentuan-Nya.

Banyak orang tetap saja tidak menyadari, bahwa Allah ﷻ yang berkehendak menentukan seseorang itu miskin atau kaya. Sehingga banyak umat Islam ketika kekurangan harta, dia akan meminta-minta kepada selain Allah ﷻ dengan minta bantuan pesugihan atau penglaris atau minta kepada sesama makhluk, dan sebagainya.

Padahal, Allah ﷻ adalah tempat bergantung, berpijak, dan berharap. Sedang minta pertolongam ke "orang pintar" atau dukun adalah perbuatan setan yang malah menjerumuskan kepada perbuatan syirik. Seharusnya seorang muslim hanya menyandarkan harapannya kepada Allah ﷻ dengan berusaha, berdoa, dan bertawakal.

Hendaknya disadari juga bahwa Allah ﷻ Maha kaya. Allah ﷻ Maha pemberi. Allah ﷻ Maha mengatur siapa yang layak mendapat kelebihan harta dan siapa yang pantas diberi dengan kondisi sedikit kekurangan. Allah ﷻ yang menentukan siapa yang kaya dan siapa yang miskin. Bekerja adalah wasilah dan jalan. Tapi Allah ﷻ yang menentukan takaran rezeki dan kekayaan seorang hamba.

Sesungguhnya ada diantara hamba Allah ﷻ orang yang tidak pantas baginya kecuali kaya. Sebab, ️kalau seandainya Allah ﷻ menjadikan dia sebagai orang miskin, niscaya kemiskinannya akan merusak dirinya dengan menjauh dari agamanya.

️Dan diantara hamba Allah ﷻ ada orang yang tidak pantas baginya kecuali miskin. Sebab, kalau seandainya Allah ﷻ menjadikan dia orang kaya, niscaya kekayaannya akan merusak dirinya dan dia akan berpaling dan menjauh dari agama dan ketaatan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَلَوْ بَسَطَ اللّٰهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهٖ لَبَغَوْا فِى الْاَرْضِ وَلٰكِنْ يُّنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَّا يَشَاۤءُ ۗاِنَّهٗ بِعِبَادِهٖ خَبِيْرٌۢ بَصِيْرٌ
"Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi, tetapi Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha teliti terhadap (keadaan) hamba-hamba-Nya, Maha Melihat." (QS. Asy-Syura: 27)

Jadi, adalah hikmah Allah ﷻ yang begitu agung ketika menetapkan seseorang menjadi kaya atau miskin.

Allah ﷻ memberikan rezki kepada mereka, dengan rezki yang Dia pilih yang di dalamnya ada kemaslahatan mereka. Dan Allah ﷻ lebih tahu akan hal itu, maka Dia pun menjadikan kaya orang yang berhak untuk kaya. Lalu menjadikan miskin siapa saja yang berhak untuk miskin. Dan Allah ﷻ memberi rezeki sesuai kadar hamba-Nya dalam ketentuan-Nya bahwa Dia lah yang maha pemberi rezeki.

Harus diyakini bahwa Allah ﷻ lah satu-satunya pemberi rezeki. Yaitu rezeki yang sifatnya umum, segala sesuatu yang dimiliki hamba, baik berupa makanan dan selain itu. Dengan kehendak-Nya, kita bisa merasakan berbagai nikmat rizki, makan, harta dan lainnya.

Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi?

Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah.


Bukti Allah ﷻ Memberikan Rejeki untuk Semua Hamba

Al-Qur'an surat Hud Ayat 6 menerangkan:

وَمَا مِنۡ دَآ بَّةٍ فِى الۡاَرۡضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزۡقُهَا وَ يَعۡلَمُ مُسۡتَقَرَّهَا وَمُسۡتَوۡدَعَهَا‌ؕ كُلٌّ فِىۡ كِتٰبٍ مُّبِيۡن
Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Dan tidak satu pun makhluk bergerak dan bernyawa, yang melata, merayap atau berjalan di muka bumi ini melainkan semuanya telah dijamin Allah ﷻ rezekinya. Semua makhluk itu diberi naluri dan kemampuan untuk mencari rezeki sesuai dengan fitrah kejadiannya.

Dia mengetahui tempat kediamanya ketika hidup di dunia dan mengetahui pula tempat penyimpanannya setelah mati. Semua itu sudah tertulis dan diatur serapi-rapinya dalam Kitab yang nyata, yaitu Lauh Mahfuz, perihal perencanaan dan pelaksanaan dari seluruh ciptaan Allah ﷻ secara menyeluruh dan sempurna.

Binatang-binatang yang melata, yang hidup di bumi yang meliputi binatang yang merayap, merangkak, atau pun yang berjalan dengan kedua kakinya, semuanya dijamin rezekinya oleh Allah ﷻ.

Binatang-binatang itu diberi naluri dan kemampuan untuk mencari rezekinya sesuai dengan fitrah kejadiannya, semuanya diatur Allah ﷻ dengan hikmat dan kebijaksanaan-Nya sehingga selalu ada keserasian.

Jika tidak diatur demikian, mungkin pada suatu saat ada binatang yang berkembang-biak terlalu cepat, sehingga mengancam kelangsungan hidup binatang-binatang yang lain, atau ada yang mati terlalu banyak, sehingga mengganggu keseimbangan lingkungan.

Jika ada sebagian binatang memangsa binatang lainnya, hal itu adalah dalam rangka keseimbangan alam, sehingga kehidupan yang harmonis selalu dapat dipertahankan.

Allah ﷻ mengetahui tempat berdiam binatang-binatang itu dan tempat persembunyiannya, bahkan ketika masih berada dalam perut induknya. Pada kedua tempat itu, Allah ﷻ senantiasa menjamin rezekinya dan semua itu telah tercatat dan diatur serapi-rapinya di Lauh Mahfudh, yang berisi semua perencanaan dan pelaksanaan dari seluruh ciptaan Allah ﷻ secara menyeluruh dan sempurna.


Perlukah Menjadi Muslim Kaya?

Walaupun saat ini umat Islam menjadi penganut agama mayoritas nomor dua di dunia saat ini, namun umat islam adalah salah satu yang paling banyak dirundung masalah, seperti masalah kemiskinan.

Sebagaimana yang sudah kita ketahui bahwa mayoritas umat Islam hidup di negara miskin atau berkembang dengan pendapatan menengah ke bawah, sedangkan sisanya umat islam yang hidup di negara kaya, mereka mendapatkan kekayaan dari sumber daya alam yang melimpah sebagai contoh minyak bumi dan gas alam.

Namun seandainya sumber daya tersebut sudah habis maka pertanyaanya bagaimana kesejahteraan umat muslim yang tinggal di negara tersebut? Di negara kita yaitu Indonesia yang disebut sebagai negara dengan umat muslim terbesar di dunia namun justru kekuatan ekonomi kita masih bergantung dengan orang non muslim.

Di zaman Rasulullah ﷺ, meskipun beliau hidup sederhana namun beliau adalah termasuk pemimpin imperium terbesar saat itu, dan memiliki kekayaan yang luar biasa karena beliau pandai berdagang. Selain itu 10 sahabat Rasulullah ﷺ yang dijamin masuk surga, sembilan diantaranya adalah orang yang luar biasa kaya yaitu Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Sa’id bin Zaid, Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Bukan sebuah kebetulan pula dalam Al-Qur’an terdapat ayat paling panjang yang menjelaskan tentang perekonomian (Al-Baqarah 282).

Dalam ajaran islam, seorang muslim diajarkan bahwa memberi adalah lebih baik daripada menerima, hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah ﷺ yaitu “Tangan di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah”, selain itu alasan mengapa umat Islam perlu menjadi kaya antara lain:

  • Menjadi Kaya Untuk Menjaga Akidah
Seorang muslim yang hidup di dunia ini pasti memiliki kebutuhan hidup dan sangat senang apabila urusan tersebut bisa dipermudah terutama dalam hal materi.

Rasulullah ﷺ juga bersabda yaitu “Sesungguhnya kefakiran itu bisa menjerumuskan ke jurang kekafiran”, contoh kejadian nyata dari sabda tersebut misalnya ada seorang muslim yang terpaksa menikah dan harus pindah agama atau murtad karena alasan kebutuhan ekonomi, atau ada pula yang murtad hanya karena pemberian bantuan sembako, dsb. Oleh karena itu dengan menjadi kaya maka akan lebih mudah dalam menjaga akidah serta menjadikan muslim yang dermawan.

  • Menjadi Kaya Agar Lebih Fokus dan Khusyuk Beribadah Serta Berdakwah
Kita hidup di zaman di mana semua serba membutuhkan uang, bahkan untuk parkir kendaraan dan mampir ke toilet umum pun juga ada tarif tersendiri. Bagi yang sudah berkeluarga pastilah kebutuhan hidupnya akan lebih banyak seperti kebutuhan konsumsi anak, cicilan rumah dan kendaraan, biaya sekolah dan keperluan sehari-hari. Apabila kebutuhan tersebut bisa terpenuhi maka beribadah maupun berdakwah bisa lebih khusyuk dan fokus.

Untuk meniadi kaya harus dengan cara yang benar dalam memperolehnya. Begitu pula ketika membelanjakan, harus untuk kebajikan, menolong agama Allah ﷻ. Maka dari itu perlu ada pimpinan yang mengatur dan membuat kebijakan dalam rangka masuk dan keluarnya uang harus mengikuti aturan Allah ﷻ.

Berharapnya semua muslim menjadi kaya agar bisa menyumbang di jalan dakwah dan fii sabilillah. Kaya yang yang menjadi wasilah meraih rida Allah ﷻ.

Wallahu a'lam bish shawwab

Posting Komentar

0 Komentar