TERJADI LAGI, SISWI SMP MENJADI KORBAN PENJAMBRETAN DI PONDOK RANGGON JAKARTA TIMUR


Oleh: Nasrudin Joha
Sastrawan Politik

Seorang siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) berinisial AN menjadi korban penjambretan telepon genggam atau handphone di Jalan Bambu Kuning I, Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur.

Kakak AN, Yulia menjelaskan, bahwa adiknya menjadi korban komplotan perampok ponsel saat hendak membeli makan pada siang hari sekitar pukul 13.00 WIB, hari Sabtu, 27 Mei 2023.

"Kejadiannya pas mau beli makan sama keponakan. Kalau dari rekaman CCTV itu pelaku dua orang, mereka boncengan naik motor," ucapnya, Senin, 29 Mei 2023.

Menilik rekaman CCTV dari rumah warga, tampak para pelaku terlebih dahulu memantau lingkungan sekitar sebelum beraksi.

Setelah memastikan tidak ada warga lain di lokasi kejadian, pelaku memepet korban yang sedang berjalan, lalu mengambil handphone dari tangan AN.

"Adik saya mencoba mempertahankan handphonenya sampai terseret sekitar tiga meter. Handphonenya enggak keambil, tapi adik saya luka di pinggul sama kaki karena tarik-tarikan," ungkap Yulia.

Yulia mengatakan, AN berusaha berteriak minta tolong kepada warga sekitar saat kejadian itu terjadi. Sayangnya, pelaku lebih dulu melarikan diri dengan motornya menuju Jalan Cilangkap Baru.

Merujuk pada keterangan AN, kedua pelaku masih di bawah umur, namun korban tidak mengenal identitas atau mengingat ciri-ciri tersebut berada di wilayahnya.

"Memang kondisi jalan di lokasi sepi dan sekarang lagi rawan. Minggu lalu sepeda motor saya juga nyaris dicuri, tapi kepergok jadi enggak keambil. Sekarang lebih waspada lah," tuturnya.


Akar Masalah Dari Maraknya Kriminalitas

Maraknya kasus kriminal disebabkan oleh sistem kehidupan yang melingkupi masyarakat saat ini. Kejahatan terjadi karena keimanan dan ketaqwaan kepada Allah ï·» telah merosot. Kurangnya rasa takut kepada Allah ï·» menyebabkan generasi saat ini terbiasa berbuat dosa. Pandangan hidup sekuler membuat mereka acuh tak acuh terhadap ancaman dosa dan azab Allah di akhirat.

Apalagi jika sejak kecil belum ditanamkan ilmu agama yang kuat. Generasi tumbuh dengan beragam kerentanan. Ditambah dengan konflik dalam keluarga seperti; perceraian, pertengkaran, gaya pengasuhan yang tidak baik, disiplin yang berlebihan, kekerasan fisik, dan orang tua yang terlalu banyak bekerja, semua ini menciptakan generasi yang agresif.

Ketika anak-anak disekolahkan di lembaga pendidikan Islam, tidak ada jaminan bahwa mereka akan tumbuh menjadi generasi yang baik. Karena kurikulum pendidikan sekuler saat ini jelas tidak menghasilkan generasi yang berkualitas. Hal ini diperparah dengan banyaknya program perusak yang mudah diakses melalui internet dan media sosial. Tak heran, generasi berpendidikan Islam pun masih terseret ke dalam pelaku tindak kejahatan.

Selain itu, kondisi ekonomi yang buruk juga membuat hidup menjadi sulit. Keturunan dari keluarga miskin juga rawan melakukan kejahatan seperti perampokan, pejambretan, pencurian, dll. Yang hasilnya diperuntukan untuk makan, dan berpikir hal tersebut bisa ditoleransi.

Belum lagi ditambah iman yang lemah, keluarga yang retak, kurikulum pendidikan sekolah yang tidak jelas, tontonan yang merusak, terbentur masalah keuangan, terpengaruh oleh teman dan keadaan yang buruk, sehingga generasi ini semakin terpuruk, dan akhirnya terlibat dalam tindak kriminal.


Apa Peran Negara?

Maraknya kejahatan dan kriminalitas yang terjadi selama ini, negara selalu berusaha memberantasnya. Namun, hukuman bagi pelaku yang tertangkap tidak cukup kuat untuk membuat pelaku jera. Apalagi mekanisme pelaporan yang terkesan rumit membuat masyarakat malas melapor.

Ketika seorang penjahat tertangkap, dia diberi makan dan tidur gratis di penjara, dibayar oleh negara. Bahkan ia mendapatkan keuntungan yang sama seperti jika ia bukan seorang penjahat, termasuk diperbolehkan mengunjungi keluarga tercinta. Terlebih lagi, dia juga akan bertemu dengan teman-teman yang mungkin "berada di jalur kejahatan yang sama", dan mereka akhirnya bisa saling berbagi pengalaman. Akhirnya muncul slogan, "Nggak apa-apa ketangkap, minimal masuk penjara."

Maraknya kejahatan ditengah masyarakat juga membuat generasi lainnya kesulitan, dan membuat kita berpikir, apa yang terjadi? Mengapa tindak kriminal sering terjadi dan selalu berulang? Dimanakah peran negara sebagai lembaga pelindung masyarakat dan generasi mendatang?


Solusi Selamatkan Generasi Ada Pada Islam

Kejahatan yang terjadi perlu dibenahi sampai ke akar-akarnya, jangan sampai jumlahnya terus meningkat secara mengkhawatirkan dari tahun ke tahun. Untuk itu, generasi ini harus dididik dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah ï·». Dan itu dimulai dari lingkungan terdekat yaitu keluarga.

Dalam Islam, seseorang harus berdoa kebaikan dan berbuat baik satu sama lain. Hal ini sangat kontras dengan masyarakat sekuler saat ini yang cenderung individualistis dan acuh tak acuh terhadap lingkungannya. Sikap individualistis ini juga berkontribusi terhadap tumbuhnya angka kejahatan.

Dalam Islam, negara harus memberikan rasa aman dan damai bagi semua. Karena itu adalah hak setiap orang. Negara juga harus menghukum pelaku secara tegas dan tidak memihak untuk membuat pelaku jera. Walaupun pelakunya adalah generasi muda. Misalnya, dalam hukum Islam, tangan pencuri akan dipotong, dan pembunuh akan dibunuh. Hukum Islam tersebut dilakukan dengan tegas, agar tidak ada orang yang berani melakukan tindakan yang sama.

Sudah saatnya kita peduli dan selamatkan generasi dari segala jerat kriminalitas. Karena generasi adalah tunas harapan negeri. Dan hal tersebut akan bisa terjadi, jika hukum Islam ditegakkan dalam seluruh aspek kehidupan.

Posting Komentar

0 Komentar