Oleh: Muhar
Guru dan Jurnalis Lepas
Terkait pernyataan Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengenai dominasi pengusaha keturunan Cina di Indonesia (12/5/2023), Direktur Indonesia Justice Monitor Agung Wisnuwardana menilai, kesenjangan sosial makin menganga bukan karena sekadar persoalan pengusaha dari keturunan Cina, tetapi akibat kapitalisme
“Kesenjangan sosial yang makin menganga adalah akibat kapitalisme, bukan sekadar persoalan pengusaha dari keturunan Cina,” ujarnya dalam program Aspirasi: Minoritas Menguasai Ekonomi Indonesia? Di kanal YouTube Justice Monitor, Selasa (16/4/2023).
Ia mengungkapkan, tidak hanya pengusaha keturunan Cina, akibat buruknya kapitalisme, banyak juga pengusaha pribumi yang akhirnya menjadi serakah sehingga menyebabkan kesenjangan sosial antara kaya dan miskin.
“Kapitalismelah yang membuat segelintir orang menguasai hajat hidup masyarakat (orang banyak) sehingga masyarakat sulit memenuhi dan mengakses kebutuhan pokoknya secara murah maupun gratis,” ungkapnya.
Agung berujar, dampak penerapan kapitalisme sebenarnya sudah diungkap oleh Bank Dunia. Seberapa keras rakyat bekerja tetap tidak bisa mengeluarkan mereka dari ancaman kemiskinan yang terjadi.
“Besar pasak daripada tiang, bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup yang kian mahal. Penghasilan rendah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sedangkan penghasilan yang tinggi tidak cukup untuk memenuhi tuntutan gaya hidup kapitalisme yang hedonis dan konsumtif,” ujarnya.
Ia pun menyimpulkan, kemiskinan di Indonesia saat ini sebenarnya lebih disebabkan oleh kemiskinan yang terstruktur dan tersistematis.
Menurutnya, kapitalisme di Indonesia menciptakan kesenjangan ekonomi yang sangat lebar, bahkan regulasinya menyuburkan iklim kompetisi (persaingan) yang tidak baik sehingga tercipta oligarki konglomerasi dan monopoli (penguasaan ekonomi dan pasar oleh segelintir perusahaan besar).
"Hal itu yang harus tetap diwaspadai,” pungkasnya.
0 Komentar