Oleh: Nasrudin Joha
Wartawan Lepas
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan memberikan pesan Presiden Joko Widodo kepada China Investment Archipelago National Capital City (NDRC) Zheng Shanjie di Beijing saat bertemu Kepala Badan Pembangunan Nasional dan Komisi Reformasi China bahwa Indonesia mengundang Cina untuk berinvestasi di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Menanggapi hal tersebut Direktur Pusat Analisis Kebijakan Strategis (PAKTA) Dr. Erwin Permana mengatakan bahwa hal tersebut akan membuat China untung dan kita sebagai rakyatlah yang buntung.
“Ini justru merugikan bagi kita, mereka yang untung kita yang buntung,” Ungkapnya pada acara: RI-Cina Makin Lengket.
Erwin menganggap Indonesia adalah negara kaya. Berbagai sumber daya alam ada di Indonesia antaranya batu bara, emas, nikel, hutan, dll. Oleh karena itu, seharusnya tidak layak bagi masyarakat negara kaya ini untuk hidup dalam kemiskinan. Dia menjelaskan, bahwa sumber kemiskinan Indonesia disebabkan adanya aliran kekayaan alam Indonesia ke asing dan asing, salah satunya China.
Dalam pandangan Erwin, kerjasama bisnis dengan China bukan hanya investasi dan modal saja yang masuk ke dalam negeri, tetapi tenaga kerja serta material juga didatangkan dari China. Erwin mengatakan bahwa investasi itu diperlukan untuk menyerap tenaga kerja dalam negeri bukan justru mensejahterakan asing. Pengangguran di Indonesia saat ini sangat tinggi, sehingga dibutuhkan banyak lapangan pekerjaan. Tapi ironisnya, lowongan kerja tersebut diisi oleh warga negara China.
“Bagi masyarakat ini untungnya apa, investasi dari Cina ini enggak ada untung apapun kan?, Apakah kesejahteraan masyarakat meningkat dengan investasi dari Cina?, Enggak!!, Kesejahteraan oligarki, iya,” tutup Erwin.
0 Komentar