Oleh: Nasrudin Joha
Sastrawan Politik
Dalam kehidupan saat ini, kasus bunuh diri telah menjadi hal yang biasa terjadi. Kasus bunuh diri terbaru dilakukan pria berusia 33 tahun berinisial EK yang gantung diri di Kampung Kadu, Desa Pete, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, setelah cintanya ditolak.
Sedangkan pada Oktober 2022 tahun lalu, seorang perempuan bunuh diri dengan cara terjun ke Kali Angke di kawasan Green Lake City Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang bersama anaknya.
Untungnya, sang anak berhasil diselamatkan oleh petugas keamanan setempat. Perempuan 33 tahun berinisial M tewas tenggelam. Lebih brutal lagi, seorang pria di Karawaci Tangerang bunuh diri setelah membacok istri dan bibinya hingga tewas. Menurut penyelidikan, perbuatan tersebut dilatar belakangi faktor ekonomi.
Masih banyak lagi kasus bunuh diri di negeri ini, seolah-olah bunuh diri adalah jawaban dari permasalahan hidup. Padahal menurut Agama khususnya Agama Islam, bunuh diri adalah perbuatan yang paling dilarang. Karena bunuh diri adalah wujud dari keputusasaan yang dibenci Allah.
Rapuhnya Mental Masyarakat
Orang yang memilih bunuh diri untuk lari dari masalah hidup justru menunjukkan kelemahan psikologis. Hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat ketaqwaannya kepada Allah. Semakin tinggi tingkat ketakwaan yang dimiliki seorang hamba terhadap Tuhannya, tentu dia tidak akan memiliki keinginan sedikitpun untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Karena dia tahu, bahwa bunuh diri akan mengundang kemarahan Allah. Masalah dunia mungkin selesai setelah kematiannya, namun perbuatannya akan menghadapi masalah baru di pengadilan akhirat.
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَىْءٍ عُذِّبَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa yang membunuh dirinya sendiri dengan suatu cara yang ada di dunia, niscaya kelak pada hari kiamat Allah akan menyiksanya dengan cara seperti itu pula.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah, Nabi ﷺ bersabda,
الَّذِى يَخْنُقُ نَفْسَهُ يَخْنُقُهَا فِى النَّارِ ، وَالَّذِى يَطْعُنُهَا يَطْعُنُهَا فِى النَّارِ
“Barangsiapa yang membunuh dirinya sendiri dengan mencekik lehernya, maka ia akan mencekik lehernya pula di neraka. Barangsiapa yang bunuh diri dengan cara menusuk dirinya dengan benda tajam, maka di neraka dia akan menusuk dirinya pula dengan cara itu.” (HR. Bukhari no. 1365)
وَالَّذِى يَتَقَحَّمُ فِيهَا يَتَقَحَّمُ فِى النَّارِ
“Barangsiapa yang menceburkan dirinya ke dalam api, maka Allah akan menyiksanya di neraka dengan cara menyeburkan diri dalam api pula.” (HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth dan Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Seseorang yang benar-benar beragama juga memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi (baik atau buruk) adalah bagian dari takdir Tuhan. Dia tidak akan bersedih berlebihan, tetapi tetap teguh dalam keyakinannya.
Ia sangat yakin bahwa menerima takdir Tuhan dengan ikhlas dan sabar adalah salah satu bentuk kebaikan, dan Tuhan akan membalasnya. Seburuk apapun ketetapan Allah baginya, ia akan tetap optimis karena yakin di mana ada kesulitan pasti ada kemudahan. Allah tidak menguji seorang hamba diluar batas kemampuannya.
Lemahnya pemahaman agama dan keimanan seseorang tidak lepas dari peran lembaga-lembaga yang menaunginya. Pada sistem hari ini kehidupan bermasyarakat sangat jauh dari kata religius. Negara menjadikan Agama hanyalah urusan pribadi seseorang, tanpa perlu orang lain usik.
Pada saat yang sama, negara tidak berperan aktif dalam melaksanakan hukum-hukum syariat dan justru menentangnya atas dasar toleransi. Akibatnya, negara tidak berperan dalam memelihara dan meningkatkan kesholehan rakyatnya, karena dianggap sebagai ranah privat.
Islam Menjaga Kesehatan Mental Rakyatnya
Islam sebagai agama rahmatan lil'alamiin memiliki seperangkat aturan yang komprehensif bagi umat manusia. Selain dapat membentuk kepribadian yang tangguh, juga dapat menciptakan kondisi masyarakat yang sejahtera penuh dengan kebaikan dan kesopanan.
Alhasil, masalah keuangan yang kerap membuat seseorang bunuh diri tidak akan muncul. Karena di bawah pengaturan sistem Islam, perekonomian dijalankan menurut prinsip-prinsip syariat Islam, yang tentunya adil dan dapat menciptakan kemakmuran. Dalam sistem Islam negara tidak akan terikat oleh utang luar negeri yang bersifat riba, dan pada akhirnya rakyat akan diuntungkan.
Negara juga akan mengelola sumber daya alam yang dimiliki secara mandiri, bukan menyerahkannya kepada asing dan swasta yang menyebabkan rakyat menderita. Mekanisme sistem ekonomi Islam ini telah tercatat dalam sejarah panjang peradaban Islam selama 1400 tahun silam dan menjadi peradaban yang membimbing dunia.
Oleh karena itu, kita harus mengevaluasi diri kita sendiri. Tingginya angka bunuh diri bukan hanya karena kesalahan individu, tetapi karena negara tidak mengurusi urusan pribadi tersebut. Bukankah jika penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan berkah dari langit dan bumi?
Wallahu'alam bis shawab.
0 Komentar