Oleh: Eulis Anih
Muslimah Peduli Umat
Dilansir dari kompas, bocah kelas 2 SDN di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Suka bumi, Jawa Barat, meninggal dunia akibat di keroyok oleh kakak kelasnya pada Senin (15/5/2023).
Kakek korban, HY mengatakan, cucunya sempat mengeluh sakit.
"Saya bilang, kalau sakit jangan dulu sekolah, istirahat dulu aja di rumah. Namun saat itu korban memaksa ingin sekolah. Lalu ketika saat berada di sekolah, korban kembali di keroyok oleh kakak kelasnya pada Selasa (16/5/2023)," ungkapnya, Sabtu (20/5/2023).
Akibat pengeroyokan terakhir, korban harus dilarikan ke RS Primaya pada Rabu (16/5/2023), kata HY, di kutip dari TribunJabar, Sabtu (20/5/2023).
Sempat tak mengaku dianiaya
Korban sempat enggan berterus terang kepada dokter dan orangtuanya bahwa dia menjadi korban penganiayaan kakak kelas.
"Akhirnya dokter pura-pura menyuruh keluarga untuk keluar ruangan, dan pihak keluarga bersembunyi di balik tirai di ruangan periksa. Dari situ korban baru mangakui bahwa dia sudah dikeroyok oleh 3 orang kakak kelasnya," ujar HY.
Korban pun selanjutnya dipindahkan ke RS Hermina lantaran RS Primaya tidak menerima pasien akibat kekerasan.
"Korban yang kritis tiga hari di rumah sakit, lalu pada pukul 08.00 WIB (Sabtu, 20/5/2023), meninggal di RS Hermina," ucap HY.
Mengapa itu semua bisa terjadi di negeri kita?
Akibat sistem yang di emban oleh negeri kita adalah sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan, bukan sistem Islam yang berdasarkan Al-Qur'an dan As-sunah menyebabkan tingkah pola anak-anak berada dyiluar batas tanpa ada bimbingan dan aturan yang mengatur.
Selain itu, tontonan yang di lihat anak-anak dari HP, TV dan media lainya membuat anak menonton kekerasan seperti perkelahian, tawuran dan menyebabkan Anak meniru apa yang di lihatnya (mempigur).
Kemudian bisa juga akibat faktor lingkungan yang kurang kondusif. Seharusnya anak-anak itu di samping sudah sekolah, harus juga ada tambahan mengaji ke madrasah untuk belajar kajian Islam, pembinaan aqidah, baca qur'an, belajar sholat dan lain-lain, jangan mencukupkan anak belajar dari sekolah saja, di sini peran orang tua sangat penting sekali mengarahkan anak-anak kita.
Jika kita bercermin pada peradaban Islam, profil generasi yang di hasilkan sungguh sangat bertolak belakang dengan keadaan sekarang.
Dalam sistem Islam, aqidah Islam adalah landasan dasar pada kurikulum pendidikan. Tidak heran jika peradaban Islam tampil sebagai pemimpin dunia, telah lahir banyak individu berkepribadian mulia, berakhlak karimah, dan unggul dalam ilmu dunia.
Setidaknya ada tiga faktor yang menjadi kunci kesuksesan tersebut yaitu:
Pertama, mengokohkan keimanan sebagai landasan dalam setiap perbuatan yang menjadi benteng dari segala perilaku jahat, seseorang yang memahami Islam dengan benar akan menjauhkan dirinya dari perbuatan tercela.
Kedua, sistem pendidikan Islam akan melahirkan individu berkepribadian dan berakhlak mulia.
Ketiga, penerapan sistem pergaulan sosial berdasarkan syariat Islam akan melahirkan masyarakat Islami yang bertakwa, membangun masyarakat dengan budaya amar makruf nahi munkar.
Ini semua bisa terwujud jika Islam diterapkan secara kaffah pada level sistem.
Wallahu A'lam bissawab.
0 Komentar