Oleh: Rita Mutiara
Penulis Buku dan Pendakwah
Banyak di antara kita yang terus menjalankan tradisi nenek moyang karena berdalih hanya adat semata. Tetapi hati-hati, adat istiadat bisa melanggar syariat yaitu tradisi nenek moyang yang merupakan perbuatan syirik. Tradisi yang mengandung syirik ini menjad virus yang akan merusak kefitrahan manusia.
Banyak contoh tradisi bertentangan dengan Islam membudaya di tanah air. Misalnya memberikan sedekah laut, yaitu dengan memotong kepala kerbau dan dilarung ke laut. Ini termasuk perbuatan syirik. Demikian pula menyiapkan makanan seperti tumpeng pada saat panen untuk Dewi Sri.
Rasululloh ﷺ tidak mengajarkan bentuk penghormatan kepada seseorang atau sesuatu benda yang diyakini akan bisa mendatangkan manfaat dan mudharat.
Allah ﷻ menyatakan dalam Quran surat Al Baqarah ayat 170:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلا يَهْتَدُونَ
Dan apabila dikatakan kepada mereka. "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?"
Tidak memahami dalil Al Quran dan As Sunnah, membuat kebanyakan orang berpaling dari Allah dan Rasul-Nya. Adat dan tradisi nenek moyang menjadi aturan hidup pribadi dan masyarakat. Itulah yang disebut orang Jahiliyyah.
Tanpa ilmu pengetahuan orang menjadi bodoh, tidak menjadikan Al Quran dan As Sunah sebagai tuntunan hidup.
Bentuk-bentuk yang termasuk syirik yaitu Thatayur, misalnya, dalam membangun dan menempati suatu rumah atau bangunan di hari tertentu, dengan keyakinan akan mendatangkan keberuntungan dan menjauhkan kesialan.
Ada juga yang disebut Tamimah, misalnya benda-benda yang digantungkan di rumah, mobil, toko, atau dipakaikan pada anak dengan niat menolak bala. Tamimah, salah satu bentuk syirik.
Tiwalah, benda yang dibuat untuk membuat suami mencintai istrinya atau sebaliknya. Ini salah satu bentuk syirik, karena seorang muslim sejati hanya meyakini Allah ﷻ yang membolak-balikkan hati manusia, maka hanya kepada Allah ﷻ kita berharap.
Bacaan-bacaan atau jampi yang mengandung permintaan bantuan kepada jin merupakan syirik.
Rasulullah ﷺ bersabda,
“Sesungguhnya jampi-jampi, tamimah, dan tiwalah adalah syirik.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud, dishahihkan oleh asy-Syaikh al-Albani)
Melakukan ruqyah harus sesuai secara syariat. Bacaannya harus berasal dari Al Quran, As-Sunnah serta doa-doa yang baik. Menggunakan bahasa Arab yang dimengerti maknanya. Serta semata-mata hanya tergantung pada kuasa Allah ﷻ.
Ada ancaman bagi praktek dukun, Rasulullah ﷺ bersabda,
“Barang siapa mendatangi dukun dan bertanya sesuatu, tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh malam.” (HR. Muslim).
Dalam hadis lain, Nabi ﷺ bersabda,
“Barangsiapa mendatangi dukun dan bertanya sesuatu kemudian membenarkannya, dia telah mengkufuri apa yang diturunkan kepada Muhammad ﷺ.”
Dukun adalah wali setan. Artinya menjadi pembela, teman dekat, dan bahkan menjadikan pemimpin.
Allah ﷻ berfirman,
“Sesungguhnya setan itu membisikkan kepada kawan-kawannya….” (Al-An’am: 121).
Termasuk pula sembelihan untuk selain Allah ﷻ. Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah. Allah melaknat orang yang melaknat (mencerca) dua orang tuanya. Allah melaknat orang yang melindungi pelaku pelanggaran syari. Dan Allah melaknat orang yang mengubah-ubah batas tanah.” (HR. Muslim)
Sembelihan yang dipersembahkan untuk selain Allah ﷻ adalah bentuk sembelihan untuk jin.
Perbuatan syirik lainnya adalah perbuatan-perbuatan di kuburan. Isti’anah, meminta tolong kepada penghuni kubur, Isti’adzah, meminta perlindungan, Istighatsah, meminta dihilangkan bencana kepada penghuni kubur
Kemungkaran yang sering kita temui. Merupakan tanggungjawab bagi pendakwah untuk menyampaikan kebenaran.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa melihat kemungkaran, hendaknya dia ubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, dengan lisannya. Jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)
0 Komentar