Oleh: Nasrudin Joha
Aktivis Politik dan Perubahan
Sebagian orang masih naif dan masih berharap Pemilihan Presiden yang jujur dan adil, serta mempersoalkan kecurangan pemilihan presiden. Faktanya, yang terpenting adalah siapa yang menang.
Jangankan dituduh curang untuk menang. Yang penting adalah memiliki kekuasaan dan mendapatkan legitimasi kekuasaan.
Lagi pula, siapa kandidat yang tidak curang? Intinya, semua caleg itu curang, baik secara substantif maupun prosedural. Hanya saja, beberapa tingkat kecurangan tersebut adalah normal, dan beberapa terlalu berlebihan.
Pada akhirnya, pecundang selalu menuduh pemenang curang. Tidak ada kandidat yang kalah, lalu mengakui kemenangan lawannya dengan jantan.
Tidak masalah curang selama kecurangan mereka bisa 'dicuci' melalui Mahkamah Konstitusi jika mereka menang. Masyarakat yang ingin melaporkan kecurangan, silakan ke MK untuk mekanismenya. Namun faktanya jika sudah dinyatakan menang secara sah oleh Mahkamah Konstitusi, label “curang” dihapus, dan menjadi penguasa yang sah.
Oleh karena itu, kuncinya adalah mendapatkan kontrol KPU dan MK. Ketika mendapat status kemenangan dari KPU lalu MK mengesahkannya maka capres akan mendapat status Clear n Clean, sebuah kemenangan legal untuk di legitimasi.
Lalu seberapa pentingkah suara rakyat? Saya dengan tegas berkata sama sekali tidak penting.
Jadi apa sebetulnya yang paling penting? Berikut ini adalah poinnya:
Pertama, mengendalikan psikologi masyarakat melalui lembaga survei agar rakyat menganggap dirinya pemenang pilpres.
Kedua, menggalang dukungan kelompok (Ormas, Orpol, Stakeholders, Buzer) untuk menunjukkan bahwa kemenangannya didasarkan pada dukungan yang nyata.
Ketiga, mengontrol media massa untuk menanamkan ilusi kemenangan sehingga hal tersebut menjadi kepercayaan publik dengan cara melakukan pemberitaan yang berulang-ulang.
Keempat, mengontrol KPU untuk mendapatkan penetapan pemenang.
Kelima, mendapatkan kontrol Mahkamah Konstitusi untuk melegitimasi kemenangan yang dinyatakan KPU.
Jadi di mana posisi pemilih? Sekedar dalih agar terlihat bahwa kemenangan diraih melalui pemilu. Silakan Anda memilih, tetapi sejatinya hasil sudah ditentukan sebelum pemilihan.
Setelah pemilihan presiden, para elit akan mengkonsolidasikan bagian kekuasaan mereka. Mereka tertawa, karena mereka pernah bertarung sebagai musuh di pilpres sebelumnya dan tetap mendapat jabatan saat selesai walaupun kalah.
Yang tersisa hanyalah para pemilih yang terpecah belah, kalah dan dipenuhi amarah. Lalu harus bersiap selama lima tahun kedepan menjadi objek kezaliman.
0 Komentar