INKUISISI HIJAB MELALUI OFSTED, UPAYA INGGRIS UNTUK SEKULERKAN ANAK MUSLIM


Oleh: Yahya Nisbet
Wartawan Pembebasan Cabang Inggris

Inspektur kepala sekolah Inggris, Amanda Spielman, telah bersekutu dengan kaum fanatik sekuler yang ingin memaksakan nilai-nilai liberal pada generasi Muslim, hal ini merupakan sebuah indikasi bahwa upaya untuk merusak Islam menjadi semakin kuat dan jahat.

The Times melaporkan bahwa "Para pengawas akan menanyai anak-anak yang mengenakan jilbab di sekolah-sekolah dasar," dan juga "ini akan menjadi pertama kalinya kebangkitan jilbab di ruang kelas secara resmi ditentang di sekolah-sekolah negeri."

Walaupun hukum Syariah tidak mewajibkan anak-anak untuk mengadopsi gaya berpakaian tertentu, tidak jarang orang tua ingin menanamkan dalam diri mereka sikap dasar kerendahan hati agar mereka tumbuh dengan nilai-nilai yang akan membimbing kehidupan mereka di kemudian hari. Jadi apa bedanya jika orang tua meminta anaknya untuk memakai pakaian yang akan mereka kenakan saat dewasa? Ini terlepas dari kenyataan bahwa anak-anak suka berpakaian seperti orang-orang yang mereka kagumi di sekitar mereka, seperti orang tua, saudara perempuan, sepupu dan bibi mereka.

Benar-benar tidak ada alasan untuk menyerang siswi yang berpakaian khimar seperti ini, selain daripada untuk melanjutkan aksi para pembenci Islam yang telah menyerah karena selalu kalah pada debat rasional sekularisme. Mereka tidak dapat menyerang keyakinan Islam yang mendasari semua aturan Syariah karena mereka akan membiarkan diri mereka terekspos bahwa faktanya sekuler tidak memiliki dasar rasional sama sekali. Sebaliknya, mereka memilih untuk menargetkan anak-anak Muslim yang rentan, menunjukkan bahwa kepatuhan terhadap aturan Islam menindas kaum liberal yang tidak dapat mengkritik fondasi berbasis agama dari aturan tersebut. Namun, terlepas dari semua rencana mereka, rencana Allah ﷻ adalah yang terbaik.

بَلْ نَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلَى الْبَاطِلِ فَيَدْمَغُهُ فَإِذَا هُوَ زَاهِقٌ
Bahkan Kami melemparkan yang hak (kebenaran) kepada yang batil (tidak benar) lalu yang hak itu menghancurkannya, maka seketika itu (yang batil) lenyap.” (TQS Al-Anbiya: 18)

Dalam masyarakat barat yang sekuler dan liberal, penderitaan kaum lemah semakin meningkat. Muslim dan non-Muslim sama-sama terkejut dengan adanya eksploitasi anak yang mentolerir secara hukum dan budaya pandangan kapitalis di mana keserakahan adalah satu-satunya nilai nyata, hal tersebut membawa kerusakan yang dirasakan masyarakat luas sehingga tidak mengherankan jika mereka mencari cara hidup yang lebih baik dan yang mereka temukan adalah Islam.

Pada minggu yang sama dengan serangan terbaru terhadap anak-anak Muslim, YouTube mengungkapkan bahwa sumber penghasilan terbesar dari video adalah hal yang didedikasikan untuk urusan mesum. The New York Times dengan bangga mengklaim bahwa mereka telah mengekspos orang tua yang membuat konten yang tidak pantas tentang penderitaan anak-anak mereka untuk menarik lapisan masyarakat paling bawah.

Tapi anehnya, mereka justru menyerang aturan Islam yang seolah-olah aturan tersebut tidak di beri tempat di negeri liberal. Lihatlah monster yang diciptakan oleh liberalisme. Lihat bagaimana anak-anak menjadi korban dari keserakahan perusahaan, padahal satu-satunya perhatian seorang anak adalah untuk meniru orang yang mereka kagumi tanpa mempertanyakan apakah hal-hal yang mereka kagumi dipromosikan secara bebas demi keuntungan. Oleh karena itu anak-anak adalah individu yang masih rentan.

Ditengah serangan pemikiran terhadap anak Muslim semakin kuat Speilman justru membuat klaim yang menggelikan: "jilbab di sekolah dasar dapat dilihat sebagai bentuk seksualisasi terhadap anak-anak karena jilbab secara tradisional dipakai sebagai tanda kesopanan di depan laki-laki ketika anak-anak perempuan mencapai masa puber."

Logika yang salah kaprah ini tidak lebih dari upaya putus asa para pembenci Islam untuk melemparkan lumpur dalam rangka menodai Islam dengan harapan kaum Muslim menjauh dari Islam. Menurut penalaran yang keliru ini, semua pakaian yang menutupi tubuh termasuk dalam kategori ini.

Tidak ada yang bertanya kepada anak perempuan dan laki-laki yang menyukain baju olahraga, tentang apakah mereka suka mengenakan pakaian tim olahraga favorit mereka? Apakah mereka dipaksa oleh orang tua mereka? Bahkan tidak ada pertanyaan untuk anak-anak berpakaian minim dari budaya pop bejat di setiap saluran TV, video YouTube, dan setiap toko pakaian mewah.

Ketidakkonsistenan pemerintah dalam klaimnya untuk melindungi anak terlihat ketika menginterogasi anak Muslim dengan sejumlah pertanyaan mereka, mengapa mereka mengenakan pakaian Islami? Mungkinkah ada permainan lain yang lebih jahat yang sedang mereka mainkan? Pemerintah dan antek-antek media mereka telah berusaha dengan program-program mereka membuat ketakutan ditengah masyarakat terhadap umat Islam sehingga orang biasa mulai memandang setiap Muslim dengan rasa takut. Pergerakan mereka untuk menginterogasi anak-anak kecil adalah kesempatan yang sangat baik untuk mengumpulkan informasi tentang keteguhan keluarga Muslim terhadap keyakinan mereka.

Sementara itu teori tentang semakin kuat keyakinan pada Islam adalah indikator semaikin potensial melakukan kekerasan terhadap warga sipil tidak berdasar dan telah benar-benar dibantah, tetapi tetap mereka lakukan karena tujuan mereka mengidentifikasi Muslim bukanlah untuk mencegah kekerasan.

Alasannya adalah keluarga dengan keyakinan Islam yang kuat akan cenderung menolak nilai-nilai sekuler Barat dan bersikeras untuk mempromosikan nilai-nilai Islam di kalangan masyarakat Inggris. Mereka akan berada di garis depan dalam mengungkap keserakahan korporasi dan kebijakan luar negeri yang curang, sesuatu yang mereka jaga agar tidak terungkap di masyarakat oleh para penjajah yang rakus itu. Selain itu, umat Islam yang mengikuti agamanya adalah utusan Islam yang membela Khalifah sebagai jalan Nabi yang akan datang ke dunia Muslim.

The Times kurang lebih mengatakannya seperti ini: “sebagian orang khawatir kebangkitan jilbab di ruang-ruang kelas adalah tanda konservatisme Islam yang menegaskan dirinya sendiri di Inggris.”

Meskipun upaya untuk mendiskreditkan Islam ini tidak masuk akal dan selalu pemerintah lakukan, hal itu juga memberikan kesempatan bagi keluarga Muslim untuk terlibat dengan sekolah dan komunitas untuk mendiskusikan cara hidup Islami. Di saat banyak yang mempertanyakan tatanan dunia kolonial sekuler yang mengerikan saat ini, hal itu merupakan momen tepat bagi masyarakat Inggris untuk memeluk Islam sebagai alternatif yang komprehensif.

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 71).

Posting Komentar

0 Komentar