Oleh: Nasrudin Joha
Pengamat Politik
Saya benar-benar minta maaf, sedih dan prihatin terhadap rakyat jelata yang mati-matian membela Capres. Di media sosial, mereka saling menyerang, saling menggoda, dan saling menghina.
Padahal, pembelaan mereka terhadap Capres akan antiklimaks karena dua alasan.
Pertama, belum tentu orang yang digadang-gadang menjadi calon presiden itu benar-benar menjadi calon presiden. Pasalnya, kekuatan pencalonan presiden bukan di tangan rakyat, bukan di tangan relawan, bukan di tangan netizen, melainkan di tangan oligarki partai.
Hukum Besi Presidential Threshold membutuhkan kontrol oleh partai, bukan rakyat. Jika oligarki dan partai tidak senang dengan sosok tertentu, sekalipun rakyat menginginkannya, maka sosok itu akan didiskualifikasi sebagai calon presiden.
Kedua, pemilu belom tentu akan berlangsung. Pembicaraan tentang penundaan pemilu belum berhenti. Terakhir mereka mengupayakan dengan mengeluarkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Partai politik juga akan bersorak jika pemilu ditunda. Meski, di depan umum mereka pura-pura kecewa. Sebab, mereka seperti mendapatkan rejeki nomplok, tidak capek berkelahi dan merebut, tidak menghambur-hamburkan uang dan mendapatkan uang.
PPP dan PAN merupakan partai yang akan bahagia jika pemilu ditunda, karena mereka akan tetap berkuasa. Jika ada pemilu mereka tidak yakin apakah mereka akan dapat mempertahankan suara mereka dan memenuhi standar parlemen yang ditentukan Parlementiary Treshold.
Jika pemilu tertunda paling hanya Partai Umat dan Partai Gelora saya yang akan kecewa. Kerena mereka sudah berusaha untuk lolos menjadi peserta pemilu, tetapi pemilihan tidak berlangsung sesuai jadwal.
Untuk rakyat kecil, kenapa malah sibuk membela Prabowo, Anies, Ganjar, Puan dan lain-lain? Lagi pula belum tentu akan ada pemilihan di 2024 nanti?
Mengapa kita begitu bodoh menghancurkan hubungan persahabatan di antara Rakyat Kecil, padahal elit politik memiliki partainya sendiri? Mengapa kita bersaing satu sama lain ketika mereka berada di kelompok yang sama?
Misalnya Prabowo vs Jokowi. Dulu, saat kampanye presiden tahun 2019, Prabowo sesumbar memerangi orang asing dan orang aseng. Setelah pemilihan, mereka ternyata menjadi kodok di satu kolam. Sementara itu, hanya tersisa rakyat kecilah yang saling bermusuhan.
Lebih baik kita fokus saja dan pikirkan bagaimana caranya negara ini akan berjalan dengan hukum Syariah Allah ï·». Karena hanya dengan Islam negara ini bisa diselamatkan.
0 Komentar