Oleh: Honriani Nst
Aktivis Dakwah Islam
Tidak sedikit bani Adam yang terkecoh dengan kalimat-kalimat tipuan Kafir Barat, kalimat yang menganggap bahwa ajaran Islam merupakan ajaran kekerasan, sebuah ajaran yang membuat manusia hidup dalam keadaan tidak pernah sepi dari peperangan atau kekacauan, tak ada kedamaian. Anggapan yang didasari dengan pandangan mereka terhadap sepak terjang ISIS. Padahal bagi orang yang mengikuti perpolitikan internasional akan mengetahui bahwa ISIS bukanlah murni gerakan yang memperjuangkan Islam, melainkan sebuah gerakan yang didesign Kafir Barat agar umat manusia, khususnya umat Islam tidak mendukung perjuangan penegakan Khilafah Islamiyyah ala minhajin nubuwwah yang diperjuangan sesuai dengan metode dakwah Rasulullah ﷺ. Sebuah opini yang dibangun Barat agar penduduk dunia mau mengikuti arahan Kafir Barat melalui lembaga mereka.
Mirisnya, umat Islam pun ada yang terkecoh dengan kalimat ini. Lihatlah isi rekomendasi yang dihasilkan pada Muktamar Internasional Fikih Peradaban I yang dibacakan oleh Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus dan Yenny Wahid dalam acara Resepsi Satu Abad NU di Sidoarjo: “... Cita-cita mendirikan kembali negara khilafah yang dianggap bisa menyatukan umat Islam sedunia, namun dalam hubungan berhadap-hadapan dengan nonmuslim bukanlah hal yang pantas diusahakan dan dijadikan sebagai sebuah aspirasi. Sebagaimana terbukti akhir-akhir ini melalui upaya mendirikan negara ISIS, usaha semacam ini niscaya akan berakhir dalam kekacauan dan justru berlawanan dengan tujuan-tujuan pokok agama …”.
Pandangan ini jelas merupakan pandangan yang picik, pandangan yang tak berdasar kepada ajaran Islam, merupakan pandangan yang hanya berdasar kepada anggapan semata terhadap fakta-fakta kekinian yang didesign kaum kafir. Bukankah seorang muslim seharusnya menjadikan setiap pandangannya berdasarkan pada ajaran Islam saja? Jika seseorang ingin menilai kebenaran ajaran Islam, semestinya dia menilai langsung dari sumber ajaran Islam dan perjalanan dakwah Rasulullah ﷺ, bukan melihat pada sepak terjang ISIS.
Jika kita menelusuri perjalanan dakwah Rasulullah ﷺ, maka kita akan menemukan fakta bahwa dakwah Rasulullah ﷺ tidak dengan kekerasan dan tidak menimbulkan kekacauan, melainkan dakwah pemikiran, mengubah pemikiran manusia yang tunduk pada hawa nafsu menjadi pemikiran manusia yang tunduk pada aturan Allah ﷻ. Rasulullah ﷺ mengajak umat manusia untuk mengesakan Allah ﷻ dan mengakui bahwa Muhammad ﷺ merupakan utusan Allah ﷻ kepada umat manusia. Mengajak manusia untuk hidup sesuai dengan aturan Allah ﷻ yang disampaikan kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Adanya penderitaan yang dialami oleh pengikut Rasulullah ﷺ, bukan karena kesalahan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ, melainkan karena kesombongan orang-orang kafir Arab Quraisy. Rasulullah ﷺ tidak pernah menyiksa mereka, melainkan kafir Arab Quraisy yang menyiksa nabi Muhammad ﷺ dan para sahabat.
Penyiksaaan demi penyiksaan dialami oleh Rasulullah ﷺ dan para sahabat hingga Allah ﷻ menurunkan pertolongan kepada umat Islam melalui perintah hijrah ke Madinah. Anehnya, saat umat Islam hijrah ke Madinah, kafir Quraisy pun tidak senang. Berbagai cara mereka lakukan untuk menggagalkan hijrah tersebut. Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabat meninggalkan harta-harta mereka di Makkah saat mereka hijrah ke Madinah. Mereka hijrah semata-mata ingin menyelamatkan keyakinan mereka, Islam dengan harapan kafir Quraisy tidak lagi mengganggu mereka dan mereka bisa mendakwahkan Islam kepada umat manusia.
Pasca Rasulullah ﷺ hijrah ke Madinah, ancaman dan gangguan dari orang kafir Quraisy tidak berhenti. Tokoh-tokoh Quraisy mengirim surat ancaman kepada para pemuka Yahudi dan pemuka kaum musyrikin di Madinah seperti surat mereka kepada Abdullah bin Ubay bin Salul: “Sesungguhnya kalian telah menampung orang kami (maksudnya nabi Muhammad ﷺ). Sesungguhnya kami bersumpah, kami akan memeranginya atau kalian keluarkan dia. Atau kami akan berangkat mendatangi tempat kalian dengan mengerahkan semua orang kami hingga kami membunuh kalian dan menawan wanita-wanita kalian.”
Setelah menerima surat ini Abdullah bin Ubay bin Salul dan kaum musyrikin berkumpul membicarakan rencana memerangi Rasulullah ﷺ dan para sahabat. Rencana ini diketahui oleh Rasulullah ﷺ dan Beliau pun menemui mereka. Akhirnya mereka bubar dan tidak memerangi Rasulullah ﷺ (buku “The Great Story Muhammad”). Menanggapi ancaman dari Kafir Quraisy ini membuat Rasulullah ﷺ melakukan persiapan pasukan perang.
Pada Ramadhan tahun kedua Hijrah, perang Badar pun terjadi. Peperangan dengan kekuatan yang tidak seimbang, kaum muslim hanya sekitar 300 orang, sementara kaum kafir Quraisy dan sekutunya sekitar 1000 orang. Kekuatan iman yang dimiliki oleh para Sahabat membuat mereka tidak gentar melawan musuh, mereka sangat yakin akan pertolongan Allah ﷻ kepada mereka. Allah ﷻ menurunkan pertolongan-Nya berupa pasukan malaikat (ribuan malaikat) yang membuat lawan kocar-kacir dan kaum muslimin meraih kemenangannya. Peristiwa ini diabadikan Allah ﷻ dalam ayat cinta-Nya berikut:
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلائِكَةِ مُرْدِفِينَ (9)
(Ingatlah) ketika kalian memohon pertolongan kepada Tuhan kalian, lalu diperkenankan-Nya bagi kalian, "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kalian dengan seribu malaikat yang berturut-turut." (QS. Al-Anfal: 9)
Imam Ahmad menafsirkan ayat ini melalui hadis dari Ibnu Abbas: “…telah menceritakan kepadaku Umar ibnul Khattab r.a. yang mengatakan bahwa ketika Perang Badar Nabi ﷺ memandang kepada semua sahabatnya yang saat itu berjumlah tiga ratus orang lebih. Nabi ﷺ juga memandang kepada pasukan kaum musyrik, ternyata jumlah mereka seribu orang lebih. Kemudian Nabi ﷺ menghadapkan dirinya ke arah kiblat saat itu beliau memakai kain selendang dan kain sarungnya lalu berdoa: “Ya Allah tunaikanlah kepadaku apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika golongan kaum muslim ini binasa, maka Engkau tidak akan disembah di muka bumi ini selama-lamanya”.
Nabi ﷺ terus-menerus memohon pertolongan kepada Tuhannya dan berdoa kepada-Nya sehingga kain selendangnya terlepas dari pundaknya. Lalu Abu Bakar datang menghampirinya dan memungut kain selendangnya, kemudian disandangkan di tempatnya, dan Abu Bakar tetap berdiri di belakangnya. Kemudian Abu Bakar berkata, “Wahai Nabi Allah, cukuplah permohonanmu kepada Tuhanmu, karena sesungguhnya Dia pasti akan menunaikan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu.” Maka Allah ﷻ menurunkan firman-Nya: (Ingatlah) ketika kalian memohon pertolongan kepada Tuhan kalian, lalu diperkenankan-Nya bagi kalian, "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kalian dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” (Al-Anfal: 9)
Maka setelah terjadi pertempuran di antara kedua pasukan, dan Allah mengalahkan pasukan kaum musyrik sehingga tujuh puluh orang dari mereka gugur, sedangkan tujuh puluh orang lainnya tertawan.
Sebagai penutup. Sejarah Perang Badar dan berbagai perang yang lain menunjukkan kepada kita bahwa bukan umat Islam yang memulai peperangan, namun kaum kafirlah yang selalu memulai peperangan. Oleh karena itu, tuduhan bahwa perjuangan penegakan khilafah akan menimbulkan kekacauan merupakan tuduhan tak beralasan yang muncul dari para pembenci Islam. Sebagai seorang muslim yang beriman kepada Allah ﷻ dan rasul-Nya semestinya perjuangan penegakan Khilafah Islamiyyah menjadi agenda utama mereka dalam mewujudkan Islam rahmatal lil alamin.
0 Komentar