Oleh: Honriani Nst
Sungguh Al-Qur’an telah menjelaskan semua hal yang berkaitan dengan kehidupan dunia dan akhirat. Orang-orang yang menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya akan beruntung dunia dan akhirat, mereka tidak akan pernah risau dengan keadaan yang menimpanya. Saat di dunia mereka akan berusaha menjalani kehidupan ini sesuai dengan aturan Allah ï·» yang tertuang dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai peta kehidupan, tidak menyimpang sedikit pun. Mereka ibarat orang yang melakukan perjalanan menuju lokasi harta karun, mereka berjalan sesuai dengan arah yang ditunjukkan pada peta lokasi harta karun tersebut.
Saat Al-Qur’an menyebutkan bahwa umat Islam merupakan umat yang terbaik jika mereka melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, maka mereka pun akan senantiasa melakukan aktivitas amar ma’ruf nahi mungkar sepanjang kehidupan mereka. Begitulah faktanya, umat Islam pun menjadi umat yang terbaik selama hampir empat belas abad saat mereka senantiasa melakukan amar ma’ruf nahi mungkar. Saat itu, umat Islam dipimpin oleh seorang pemimpin yang bergelar khalifah dan sistem pemerintahannya disebut dengan Khilafah Islamiyyah. Saat itu umat Islam mampu membangun peradaban gemilang sepanjang sejarah umat manusia, hingga saat ini belum ada peradaban yang mampu menandinginya.
Hanya saja, kaum kafir akan selalu berusaha menghentikan kebenaran. Kaum kafir pun mulai merusak institusi kaum muslim ini dengan berbagai trik kotor dan menyesatkan. Mereka mulai merusak akidah umat Islam, sejak awal abad kedua Hijrah dengan memunculkan keraguan kaum muslimim terhadap isi Al-Qur’an dengan mengutak-atik al-Qur’an melalui penafsiran ayat-ayat mutasyabihat, mereka menakwilkan hal-hal yang tidak perlu ditakwilkan. Efeknya, ada sebagian kaum muslim yang menempatkan akal pada posisi lebih tinggi dari Al-Qur’an. Padahal tidak semua hal bisa dijangkau oleh akal manusia.
Kaum kafir tidak pernah berhenti merusak akidah umat Islam dan menjauhkan umat Islam dari syariat Islam. Mereka pun mulai memahami bahwa kekuatan umat Islam itu selain pada kekuatan akidahnya, juga pada keberadaan khilafah yang juga berfungsi sebagai penjaga akidah umat Islam. Kaum kafir pun mulai merusak institusi kaum muslimin ini hingga mereka berhasil meruntuhkannya melalui agen-agen yang mereka susupkan ke tubuh kaum muslimin. Menjelang keruntuhan Khilafah Islam (baca: Khilafah Utsmaniyyah), sangat banyak agen-agen kafir yang duduk sebagai pejabat pemerintah, salah satunya Mustafa Kemal Pasya. Tepatnya 03 Maret 1924, khilafah Utsmaniyyah pun resmi dibubarkan oleh Mustafa Kemal Pasya.
Sejak saat itu, umat Islam pun menjadi umat yang dipaksa tunduk kepada aturan hasil karya orang-orang kafir. Pemerintahan mereka diatur dengan sistem demokrasi. Wilayah bekas kekhilafahan Utsmani pun dikerat-kerat menjadi beberapa negara, umat Islam terpisah melalui nation state ini, umat Islam yang berada di wilayah Nusantara tidak bebas lagi masuk ke wilayah Arab Saudi sehingga membuat umat Islam makin sulit melaksanakan ibadah haji.
Keruntuhan Khilafah Utsmani ternyata tidak otomatis membuat kaum kafir berhenti memusuhi Islam, keruntuhannya hanya membuat kaum kafir bisa istirahat sebentar. Mereka tetap mewaspadai munculnya kembali institusi Khilafah Islam, hingga akhirnya mereka menanamkan sebuah pemahaman bahwa politik itu kotor dan agama itu suci di kalangan kaum muslimin melalui kaum intelektual (yang sudah mereka didik menjadi agen-agen mereka).
Maka saat itu terkenallah di kalangan inteletual dan politisi muslim sebuah istilah ‘Islam yes, politik no’. Oleh karena itu jika ada umat Islam yang terjun ke kancah politik mereka tidak akan menjadikan aturan Islam sebagai aturan berpolitik, bahkan mereka berusaha menjauhkan Islam dari politik. Sejak saat itu munculllah di kalangan umat Islam politisi-politisi yang rajin shalat namun merestui ekonomi ribawi, rajin ibadah haji, namun rajin juga korupsi demi langgengnya kekuasaan di tangan mereka, hafal Al-Qur’an namun tidak mengatur rakyat dengan aturan yang tertuang dalam Al-Qur’an. Mereka menjadi pemimpin-pemimpin munafik dan mengkhianati ajaran Islam.
Mereka mendatangi umat hanya pada masa-masa kampanye, begitu mereka terpilih, mereka pun meninggalkan umat dan menerapkan aturan kufur di tengah-tengah umat Islam yang membuat umat Islam makin terpuruk, zina merajalela, ekonomi ribawi pun menggurita yang membuat umat makin jatuh ke jurang kesengasaraan.
Parahnya, umat tak sadar bahwa pemimpin mereka telah menjauhkan mereka dari ajaran Islam, bahkan umat tidak mengetahui lagi bahwa Islam juga memiliki konsep yang sempurna tentang pemerintahan.
Sebuah sunnatullah bahwa kebenaran takkan pernah tertutupi, kebenaran itu akan selalu ada dan akan selalu ada umat manusia yang memperjuangkannya hingga suatu saat kebenaran itu akan memenangkan pertarungan, apalagi selagi Al-Qur’an masih ada di muka bumi ini akan selalu ada umat manusia yang berusaha hidup sesuai dengan Al-Qur,an. Umat ini pun akan selalu mempelajari Al-Qur’an dan berusaha sungguh-sungguh mengamalkan setiap aturan yang ada dalam Al-Qur’an.
Walhasil, mulai ada sekelompok umat yang kembali memperjuangkan tegaknya kembali institusi Khilafah Islamiyyah. Mereka berjuang mengikuti metode perjuangan Rasulullah ï·º dengan keyakinan yang kuat kepada Allah dan Rasulullah ï·º serta keyakinan bahwa kemenangan itu milik umat manusia yang taat kepada Allah dan rasul-Nya hingga kelak Allah akan menjadikan mereka layak untuk memimpin dunia ini.
Perjuangan ini memang tidak mudah, namun jika berjuang dengan landasan keimanan kepada Allah ï·» dan tujuan untuk menggapai ridha Allah ï·», maka kekuasaan itu akan kembali ke tangan umat Islam berupa Khilafah Islamiyyah ala minhajin nubuwwah yang kedua. Hal ini sangat membutuhkan keistiqamahan umat berjuang sesuai dengan manhaj dakwah Rasulullah ï·º.
Walau kekuatan militer musuh-musuh umat Islam sangat mumpuni, namun umat Islam ini tidak akan pernah gentar menghadapi musuh. Mereka akan terus berjuang dengan mengharap pertolongan Allah ï·». Apalagi mereka selalu mengingat janji-janji Allah ï·» dalam Al-Qur’an seperti yang terdapat pada surat Ali Imran ayat 26 berikut:
Ù‚ُÙ„ِ اللَّÙ‡ُÙ…َّ Ù…َالِÙƒَ الْÙ…ُÙ„ْÙƒِ تُؤْتِÙŠ الْÙ…ُÙ„ْÙƒَ Ù…َÙ†ْ تَØ´َاءُ Ùˆَتَنزعُ الْÙ…ُÙ„ْÙƒَ Ù…ِÙ…َّÙ†ْ تَØ´َاءُ Ùˆَتُعِزُّ Ù…َÙ†ْ تَØ´َاءُ ÙˆَتُØ°ِÙ„ُّ Ù…َÙ†ْ تَØ´َاءُ بِÙŠَدِÙƒَ الْØ®َÙŠْرُ Ø¥ِÙ†َّÙƒَ عَÙ„َÙ‰ ÙƒُÙ„ِّ Ø´َÙŠْØ¡ٍ Ù‚َدِيرٌ (26)
Katakanlah, "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. Ali Imran: 26)
Ayat ini merupakan perintah Allah ï·» kepada Nabi Muhammad ï·º (juga kepada umat Islam) untuk mengagungkan Allah ï·», bersyukur kepada-Nya, berserah diri kepada-Nya, dan bertawakal kepada-Nya. Juga merupakan peringatan Allah ï·» kepada umat manusia yang beriman kepada-Nya bahwa hanya Allah yang memiliki kerajaan. Sehingga hanya Dia yang berhak memberikan kerajaan (kekuasaan) kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dia juga yang berhak mencabut kekuasaan dari para pemegang kekuasaan jika Dia berkehendak untuk mencabutnya.
Sebagai penutup, hendaklah setiap pengemban dakwah menyampaikan kepada umat manusia bahwa hanya Islam yang layak untuk mengatur kehidupan manusia di dunia ini. Oleh karena itu hanya umat Islam yang layak untuk memimpin dunia ini. Jika saat ini, dunia dipimpin oleh orang-orang kafir dengan aturan kufur melalui PBB maka dibutuhkan persatuan umat Islam untuk berjuang bersama menolak aturan PBB dan memahamkan kepada umat bahwa Islam juga mengatur tentang kekuasaan.
Juga tidak lupa untuk mengingatkan umat Islam agar selalu membacakan ayat ini dalam bait-bait doa mereka. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tabrani dari Ibnu Abbas r.a., dari Nabi ï·º yang telah bersabda:
Asma Allah yang teragung (Ismul A'zam) bila diucapkan dalam doa, niscaya diperkenankan, berada dalam ayat ini bagian dari surat Ali Imran, yaitu firman-Nya: "Katakanlah, 'Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya engkau Mahakuasa atas segala sesuatu' (Ali Imran: 26)."
0 Komentar