MENYERANG AJARAN ISLAM TAPI TAKLID BUTA PADA DEMOKRASI


Oleh: Nasrudin Joha
Aktivis Islam dan Pejuang Akal Sehat

Najih Arromadloni atau Gus Najih menanggapi acara Fikih Peradaban yang beberapa waktu lalu diselenggarakan Nahdlatul Ulama (NU), dalam pendapatnya menyatakan bahwa khilafah bertentangan dengan prinsip dan tujuan utama agama atau maqashid syariah karena tujuan syariah adalah menjaga nyawa.

"Konsekuensi yang tidak mungkin dihindarkan dari perjuangan mendirikan khilafah itu adalah peperangan dan itu jelas-jelas merusak atau mengancam nyawa banyak orang. Itu jelas bertentangan dengan syariat," Ungkap Gus Najih pada rabu 15 februari 2023.

Gus Najih yang mengaku sebagai cendekiawan Muslim, menuduh ajaran Islam yaitu Khilafah  bertentangan dengan prinsip dan tujuan utama agama atau maqashid Syariah. Salah satu alasan yang menjadi dasar untuk menuduh Khilafah bertentangan dengan hukum maqashid Syariah adalah karena perjuangan Khilafah akan menimbulkan peperangan. Namun nyatanya, banyaknya perang justru dilakukan Amerika Serikat dengan dalih melindungi demokrasi dan hal tersebut tidak pernah dipertanyakan.

Amerika Serikat yang mengaku sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, sebenarnya adalah negara yang paling aktif melanggar maqashid Syariah.

Amerika telah menghancurkan agama dengan sekularisme dan nilai-nilai liberalnya. Dengan kedok melindungi demokrasi, Amerika Serikat telah menumpahkan banyak darah dan membunuh banyak orang, namun disaat yang sama menyuarakan HAM dan kesetaraan. Hedonisme Barat membuat perzinahan merajalela, menghancurkan keturunan dan garis keturunan. Amerika Serikat dan Barat dengan imperialismenya menjarah kekayaan dunia Islam dan membuat warga dunia “gila” karena tekanan hidup, kemiskinan dan kelaparan.

AS bertanggung jawab atas semua pertumpahan darah ilegal di Afghanistan, Yaman, Libya, Irak, Suriah, dan negara-negara Muslim lainnya selama beberapa dekade terakhir. Amerika Serikat faktanya juga merupakan dalang dibalik hancurnya Hiroshima dan Nagasaki dengan bom atom yang membunuh setiap nyawa, menghancurkan harta benda, dan menghancurkan peradaban manusia.

Demokrasi sejatinya adalah produk impor dari Barat dan Amerika yang telah diterapkan dan berjalan di negeri ini, namun faktanya juga gagal mencapai tujuan-tujuan Syariah dalam melindungi agama, jiwa, generasi, kekayaan dan bahkan gagal dalam melindungi kesehatan dan kewarasan rakyatnya.

Mungkin kita perlu mengingat kembali tragedi pada Pemilu 2019 lalu yang memakan korban jiwa sebanyak 894 petugas tewas dan 5.175 petugas jatuh sakit. Tragedi itu terjadi karena buah dari sistem demokrasi  bukan Khilafah.

Korban pemilu demokrasi yang sangat banyak itu nyatanya tidak pernah melahirkan pemimpin seperti Umar bin Khattab tapi justru hanya menjadikan pembohong berkuasa yang bahkan diduga memakai ijazah palsu, menjual Indonesia pada aseng dan asing serta suka menumpuk hutang.

Lalu bagi caleg yang tidak terpilih ada yang menjadi gila, banyak politikus yang korup demi mempertahankan kekuasaan, ada juga politikus yang terbiasa berzina dan menghancurkan garis keturunannya seperti yang di ucapkan “Wanita Emas”, rakyat jadi terpinggirkan atau bahkan dituduh melakukan politik identitas. Itu semua adalah pengaruh dari demokrasi sekuler. Bukan karena dampak penerapan khilafah, bukan pula karena perjuangan dakwah khilafah.

Jika kita mau belajar maka akan mengetahui bahwa cara membangun kembali Khilafah adalah melalui dakwah pemikiran dan politik, bukan kekerasan. ISIS bukanlah Khilafah, dan apa yang dilakukan ISIS bukanlah perjuangan mempertahankan Khilafah, melainkan sebuah investasi yang dilakukan Barat dan Amerika Serikat untuk mendiskreditkan Khilafah.

Lantas dari mana datangnya anggapan-anggapan janggal dari Gus Najih tersebut? Menuduh Khilafah bertentangan dengan maqashid Syariah? Padahal Khilafah adalah institusi negara penegak Syariah. Lantas bagaimana maqashid Syariah bisa tercapai tanpa Khilafah? Dengan Fiqh Mazhab Al PBB iyyah? Situ sehat Gus?

Posting Komentar

0 Komentar