Oleh: Nasrudin Joha
Pengamat Politik dan Aktivis Islam
Masalah stunting (gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar) yang terjadi di negeri ini begitu kompleks, namun hal tersebut dapat kita pastikan penyebabnya bukan karena ngaji. Namun, Megawati justru mempermasalahkan fenomena kaum emak yang mengaji, dengan dalih dia khawatir ibu-ibu itu tidak dapat mengurus anaknya.
Pesan itu disampaikan mantan Presiden ke-5 RI saat Kick Off Pancasila dengan tema 'Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting' yang diselenggarakan BKKBN beberapa hari lalu.
"Saya melihat ibu-ibu itu ya, maaf ya, kenapa toh seneng banget ngikut pengajian ya. Maaf beribu maaf. Ini pengajian sampai kapan? Anake arep diapake (anaknya mau diapain)?" ujar Megawati dikutip dari video yang beredar, Minggu (19/2/2023).
Padahal permasalahan stunting ini lebih disebabkan banyaknya fenomena maksiat yang lebih layak dikritisi, seperti halnya fenomena dugem atau kebiasaan hedonis kaum sosialita. Lagipula, kalau urusannya stunting semestinya Mega mengkritik Jokowi yang masih ngotot lanjutkan proyek IKN dan kereta cepat yang unfaedah ditengah rakyatnya yang kesusahan akibat himpitan ekonomi.
Bukankah anggaran IKN dan kereta cepat akan lebih bermanfaat untuk program memberantas stunting?
Disamping itu seharusnya Megawati bangga di tengah kesibukan seorang Ibu mereka masih mau menyisihkan waktunya untuk menuntut ilmu yang akan membimbing mereka dalam kehidupannya, karena sejatinya tanpa ilmu seorang Ibu tidak akan mampu menjalankan kewajiban dan tugasnya dengan baik dan benar.
Terkait penyelesaian persoalan stunting seharusnya kita gali apa sebetulnya penyebab dan sumbernya kenapa permasalahan itu terjadi bukan justru mengkambinghitamkan Ibu-ibu pengajian yang tidak ada korelasinya dari maraknya stunting di negeri ini.
Jika kita lihat justru penyebab dari maraknya stunting adalah karena faktor himpitan ekonomi yang menerpa rakyat kecil, dimana subsidi dicabut atau dialihkan membuat melambungnya harga kebutuhan pokok sedangkan bantuan langsung tunai dari pemerintah tidak dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat miskin.
Beban anggaran yang membengkak sering dijadikan alasan atas dicabutnya subsidi, namun di sisi lain justru sumber daya dan kekayaan alam yang di eksploitasi oleh pemilik modal lokal dan asing membuat kekayaan alam yang berlimpah itu tidak dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat negeri ini dan justru hanya menikmati dampak lingkungan yang diakibatkan rusaknya ekosistem akibat tambang, sungguh memilukan.
Sesungguhnya sumber permasalahan stunting yang terjadi di negeri ini diakibatkan karena diterapkannya sistem Demokrasi-Kapitalis membuat kesejahteraan tidak merata dirasakan masyarakat dan membuat jarak antara si kaya dan si miskin makin jauh. Jika begitu apa solusinya?
Jika masalahnya adalah sistem dan ideologi kapitalisme, maka Islam sebagai sistem kehidupan juga memiliki solusi yang sistematis dalam menghadapi krisis tersebut. Pakar ekonomi Islam Dwi Condro Triono menjelaskan bahwa sistem ekonomi Islam memberikan tatanan dasar untuk mengatur perekonomian suatu negara. Didalamnya ada tiga poin yaitu:
Pertama, distribusi kepemilikan yang rasional. Ekonomi Islam membagi kepemilikan menjadi tiga jenis, yaitu: kepemilikan individu, kepemilikan publik, dan kepemilikan negara.
Kedua, pengaturan pembangunan dan ekonomi didasarkan pada perkembangan ekonomi riil, bukan non-riil. Dengan begitu, krisis ekonomi tidak akan pernah terjadi lagi.
Ketiga, distribusi kekayaan di antara individu, masyarakat, dan negara. Sistem ekonomi Islam akan menjamin terpenuhinya segala kebutuhan pokok (utama) seluruh rakyat Indonesia. Sistem ekonomi Islam juga menjamin seluruh rakyatnya terpenuhi kebutuhan sekunder dan tersiernya.
Begitulah solusi yang ditawarkan dalam Islam dalam memperbaiki ekonomi dan mencegah stunting, akan tetapi solusi tersebut tidak dapat di realisasikan dalam sistem Demokrasi saat ini, karena semua itu dapat terwujud hanya dalam sistem Islam Kaffah di bingkai Khilafah. Walahualam.
0 Komentar