Oleh: Nur Islami Rizki Syukrillah
Youtuber Ria Ricis dikritik netizen karena mengunggah video jetski. Dalam video tersebut, Ria Ricis dan suaminya, Teuku Ryan, mengajak anaknya yang masih berusia 5 bulan untuk bermain jetski dan melaju sedikit kencang. Dalam video yang diposting di akun Instagram pribadi Ria Ricis, bayi tersebut digendong begitu saja oleh Teuku Ryan yang mengendarai jetski dengan satu tangan dan menggendong bayi di tangan lainnya. Ria Ricis dan Teuku Ryan terlihat mengenakan jaket pelampung, namun tidak untuk bayinya yang berusia kurang dari satu tahun itu. Tak hanya itu, Ria Ricis dan Teuku Ryan mengajak sang buah hati bermain ATV (All Terrain Vehicles) dengan menggunakan gendongan.
Ada dua video yang dikritik netizen. Banyak orang yang menganggap apa yang dilakukan Ria Ricis dan Teuku Ryan sangat berbahaya untuk bayi berusia 5 bulan. Terlebih lagi, bayi pada usia ini belum memahami permainan yang dimainkan orang tuanya (Liputan6.com 14/01/2023).
Insiden itu juga menarik perhatian Arist Merdeka Sirait, Ketua Komite Nasional Perlindungan Anak (Komnas). Arist menyebut tindakan Ria Ricis dan Teuku Ryan itu bisa merugikan anak mereka. Arist juga menekankan jika tujuannya untuk membuat konten agar viral, itu dapat disebut eksploitasi anak, katanya (Kumparan 14/10).
Banyak netizen yang menyayangkan kelakuan Youtuber yang memiliki 30,8 juta subscriber itu. Pasalnya, video yang diunggahnya diduga untuk kepentingan konten. Netizen pun khawatir ibu-ibu muda lainnya akan mengikuti jejak Youtuber tersebut.
"Ketika lu lahir di keluarga konten kreator" tulis seorang netizen melalui akun Twitternya, menyematkan tangkapan layar dari video blog (Vlog) dari akun YouTube Ria Ricis.
"Anak sekecil itu berkelahi dengan adsense", timpal warganet yang lain.
Saat ini, popularitas memang menjadi salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam kehidupan zaman sekarang. Ketika seseorang berhasil mendapatkan popularitas, dia akan menerima keuntungan materi atau finansial. Semakin tinggi popularitasnya, semakin banyak uang yang Anda hasilkan. Tak heran jika banyak pembuat konten yang akhirnya berlomba-lomba membuat konten menarik untuk menarik perhatian publik hanya untuk adsense. Sayangnya, dalam mengejar popularitas dan dorongan untuk eksistensi diri, seseorang menjadi tidak acuh apa yang harus diperhatikan, bahkan untuk keselamatan anak-anaknya sendiri sampai teramcam.
Dalam kehidupan kapitalis, kebahagiaan tercapai ketika seseorang berhasil memperoleh keuntungan materi sebanyak-banyaknya. “Kalau saya punya uang, saya bisa membeli apa saja dan melakukan apa saja. Ujung-ujungnya saya bahagia”, begitulah mentalitas yang ditanamkan. Pada akhirnya, terlepas dari keamanan dan bahayanya, mudah untuk melakukan apapun demi keuntungan materi. Itu juga membuat konten di media sosial menjadi ringan. Konten tidak dibuat untuk tujuan pendidikan, tetapi hanya untuk perhatian dan keuntungan.
Padahal, kuatnya paradigma materialistik masyarakat saat ini telah melahirkan orang-orang ahli maksiat yang berani melanggar aturan halal dan haram yang telah ditetapkan oleh hukum Syariah. Orang tidak lagi peduli dengan manfaat atau kerugian yang ditimbulkannya, merusak atau tidak, ada yang meniru atau tidak, asalkan bisa mendatangkan rupiah semua jadi boleh.
Dari perspektif negara semua itu diperbolehkan karena negara berperan sebagai pengamat selama tidak ada laporan dari masyarakat, sehingga konten-konten yang merusak semakin subur. Sangat mudah menemukan konten-konten mesum di channel Youtube, Instagram, Tiktok dan media sosial lainnya yang tentu saja penontonnya beragam. Berapa banyak kerusakan sosial yang disebabkan oleh konten merusak ini? Hal ini seperti fenomena gunung es, apa yang terlihat hanya sedikit dari sangat banyaknya kasus yang ada.
Seorang materialis lahir dari negara sekuler. Semuanya berkesinambungan, seperti benang kusut yang sulit dan bahkan mustahil untuk diurai pada akhirnya.
Pola pikir seseorang pada akhirnya mengarahkan dia dalam berprilaku sesuai pemikirannya. Contohnya seorang ibu, jika sang ibu memiliki pemikiran Islam yang lurus dan menyeluruh tentu dia akan berprilaku sesuai dengan tuntunan agama Islam. Ia akan bekerja keras mendidik anak-anaknya agar nilai-nilai Islam ditanamkan sejak dini. Seperti mendidik mereka tentang Aqidah, mengajarkan mereka Al-Qur'an, As-Sunnah, Bahasa Arab bahkan kitab-kitab yang kaya akan Tsaqafah Islam. Ibu yang seperti ini pada akhirnya berhenti mengejar ketenaran dan kekayaan semata.
Selain itu, Islam mewajibkan negara untuk melindungi setiap warganya, termasuk anak-anak. Misalnya, menetapkan aturan yang tegas tentang permainan yang aman digunakan anak, mendidik generasi muda menjadi generasi muslim, menerapkan sistem kehidupan Islami termasuk ekonomi Islam, sehingga kehidupan masyarakat terjamin. Pada akhirnya dengan pendekatan seperti itu, konten yang dihasilkan akan lebih bermanfaat, dengan tujuan mengedukasi masyarakat tentang keselamatan dunia dan akhirat. Wallahua'lam bish-shawab.
0 Komentar