BUDAYA PACARAN HINGGA PERGAULAN BEBAS, MERUSAK GENERASI MUDA


Oleh: Ummu Arkan

Pacaran kini nampaknya sudah tak menjadi hal yang tabu lagi dibenak generasi muda. Mulai dari usia SD hingga dewasa. Seperti halnya yang terjadi pada Fajar Sadboy yang menuturkan bahwa dia mulai berpacaran saat usianya 9 tahun dan saat ini berusia 15 tahun sudah mempunyai 30 mantan pacar. Kemudian ada juga kasusnya di Cilegon, sepasang pemuda pemudi yang bolos sekolah dan ternyata terciduk Satpol PP sedang berpacaran. Miris, Ini adalah sedikit fakta yang terkuak di media, sedangkan fakta yang terjadi mungkin lebih banyak lagi. Ini baru SD, apalagi yang usia SMP-SMA dan seterusnya.

Pacaran kini menjadi kebudayaan tersendiri dikalangan para pemuda. Jika pemuda tidak mempunyai pacar seakan-akan dinilai tidak gaul dan ketinggalan zaman. Bahkan yang lebih miris lagi adanya berita tentang siswi SMP-SMA Ponorogo yang minta dispensasi nikah lantaran hamil di luar nikah. Sungguh hal ini tentu mengagetkan bangsa ini terutama orang tua dan pendidik generasi. Sungguh tak hanya pacaran yang membudaya namun lebih dari itu, pergaulan bebas, perzinahan sedang menyerang moral generasi saat ini. Ternyata, hal ini tak terjadi di Ponorogo saja, di kota-kota lainpun pelajar juga banyak yang meminta dispensasi nikah lantaran hamil di luar nikah. Nauzubillahimindzalika.

Kenapa hal ini bisa terjadi? Jika ada satu atau dua kasus pelajar mungkin masih ditolerir karena kenakalan remaja. Namun faktanya hal ini banyak menimpa generasi pelajar saat ini. Tentu akar masalah dari maraknya hamil diluar nikah kalangan pelajar ini merupakan buah kegagalan pendidikan moral yang sistemik. Berikut ini beberapa sumber masalah dari merosotnya moral generasi muda dan bagaimana cara Islam menangani permasalahan tersebut :

Pertama, adanya ide sekularisme yang bercokol dalam benak pemuda muslim. Pemahaman inilah yang merusak pemuda muslim sehingga jauh dari agama dan tak mengenal halal haram. Mereka tak lagi takut kepada Allah, dosa, dan adzab.

Jika dalam Islam pemuda akan dikuatkan akidahnya supaya tidak terjerumus dalam ide sekularisme ini. Islam selalu mengingatkan manusia bahwa hidup ini tentang halal dan haram lalu ditanamkan ketakutan kepada Allah ï·». Dari hal ini maka pemuda akan menjauhi kemaksiatan meski ia ingin.

Kedua, kuatnya gempuran budaya liberalisme dalam pergaulan pemuda menjadikan pergaulan pemuda serba bebas. Tak ada batas antara laki-kaki dan perempuan, sehingga merangsang naluri antar lawan jenis muncul dan menjadikan budaya pacaran merebak.

Dalam Islam, pergaulan laki-laki dan perempuan itu terpisah. Maka jika pemuda paham hal ini dan menerapkannya pasti akan terhindar dari pacaran. Ia akan segera menjaga pandangannya saat tertarik dengan lawan jenis.

Ketiga, dukungan media saat ini yang memberikan konten-konten yang tidak mengedukasi dan banyak mengarahkan pada pornoaksi dan pornografi. Adanya drama-drama percintaan yang mengarahkan pemuda pada pergaulan liberal. Seperti halnya drama China dan Korea yang digandrungi khalayak muda.

Islam akan memfilter konten-konten yang merebak dalam media. Hanya akan membolehkan konten yang bermanfaat dan penuh edukasi untuk mendukung pendidikan para generasi.

Ke empat, minimnya pengawasan dan fungsi kontrol orang tua, sekolah dan masyarakat. Karena kebutuhan hidup yang semakin susah, banyak orang tua yang lebih fokus untuk bekerja daripada mengawasi putra putrinya. Kalau pun sudah mengawasi orang tua juga tak memahami batas-batas pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Sehingga ada orang tua yang membiarkan anaknya berpacaran begitu saja.

Peran sekolah pun juga penting dalam hal ini, karena sekolah menjadi pendukung orang tua diluar untuk mendidik anak-anak dalam mempunyai moral yang baik. Namun saat ini masih minim kita menjumpai sekolah yang benar-benar bisa mendukung orang tua. Tentu saja hal ini tersekat dengan adanya kurikulum yang berasaskan sekulerisme sehingga sekolah hanya membatasi pendidikan hanya di ranah pelajaran semata. Apalagi sekolah dan para guru juga disibukkan masalah administrasi yang berbelit.

Dalam masyarakat pun pengawasan dan fungsi kontrol melemah. Dengan adanya dalih HAM masyarakat tak bisa menegur dan menasehati seseorang yang melakukan kemaksiatan. Kenapa? Karena dalam HAM ada hak dalam berperilaku. Selama perilaku kemaksiatannya tidak merugikan orang lain maka hal ini tak mengapa. Kalau pun dosa hal itu menjadi tanggung jawabnya dirinya sendiri terhadap Tuhannya. Pemikiran seperti inilah yang menjadikan pengawasan masyarakat melemah sehingga menjadikan seseorang sungkan untuk mengingatkan pada kebenaran.

Dalam sistem Islam, Islam akan mengajak keluarga, sekolah, dan masyarakat untuk saling mendukung dalam mendidik generasi agar mempunyai kepribadian yang Islami. Mengajak untuk saling nasehat menasehati dalam kebenaran dan mencegah kemaksiatan, meskipun kemaksiatan itu tidak mengganggu orang lain. Inilah dakwah yang dengannya bisa menjaga individu dan masyarakat untuk tidak melakukan kemaksiatan.

Kelima, sanksi yang diberlakukan untuk sebuah kejahatan dan kemaksiatan masih lemah dan tidak menimbulkan efek jera bagi pelakunya. Sehingga hal ini menjadikan pelaku tidak kapok untuk mengulangi kemaksiatannya.

Dalam Islam, Islam mempunyai sanksi yang tegas untuk pelaku kemaksiatan. Sanksi ini berfungsi sebagai penebus dosa kemaksiatan itu dan berfungsi sebagai efek jera, sehingga orang lain tidak akan meniru prilaku maksiat itu. Seperti halnya rajam bagi penzina yang sudah menikah dan hukum cambuk bagi yang belum menikah. Hukuman ini harus dilaksanakan negara tanpa belas kasihan karena ini bagian dari pelaksanaan syariat Allah ï·».

Keenam, peran negara yang kurang mengurusi urusan rakyatnya. Dalam sistem Kapitalisme saat ini, negara minim mengurusi permasalahan individu yang berkenaan dengan moral dan agama. Karena dalam kapitalisme, yang lebih cenderung untuk ditonjolkan adalah masalah perekonomian. Bagaimana caranya mendapatkan banyak manfaat dan keuntungan dari rakyat. Kalau pun negara mengurusi masalah rusaknya moral, solusi yang diberikan masih temporal belum sampai menyentuh akar permasalahan yang menyebabkan rusaknya moral generasi. Sehingga perhatian negara mengenai pendidikan dan perbaikan moral generasi masih minim dan lambat.

Dalam Islam, kepengurusan umat akan dilakukan negara dengan penuh tanggung jawab kepada Allah ï·». Karena ini berkenaan dengan dosa dan pahala. Seorang pemimpin negara harus bisa mengarahkan rakyatnya dengan penuh ketakwaan kepada Allah ï·». Jika pun ada rakyat yang non muslim tetep akan diurusi sebagaimana pertanggung jawaban terhadap kaum muslimin. Karena non muslim pun juga manusia yang harus dimanusiakan. Negara akan mengolah sumberdaya alam untuk kesejahteraan rakyat tanpa menarik untung yang besar dari rakyat.

Nah inilah yang terjadi dalam kehidupan kapitalisme saat ini yang efeknya membuahkan pergaulan bebas dan kerusakan moral generasi. Berbeda halnya dalam sistem Islam bukan? Jika hal ini ingin dihentikan maka solusi yang tepat adalah perubahan secara sistemik karena penyebab rusaknya generasi juga sistemik. Mulai dari akarnya hingga ujungnya. Dan perubahan sistemik ini tak akan bisa kecuali dengan sistem Islam yang Kaffah.

Posting Komentar

0 Komentar