Oleh: Desi
Mengikuti sajian berita yang disuguhkan oleh berbagai media, sungguh memprihatinkan. Fakta mengenai kasus kriminal seolah tak pernah ada habisnya. Berbagai modus para pelaku kejahatan senantiasa membuat geram sekaligus meresahkan warga masyarakat.
Seabreg kasus kriminal yang terjadi, tidak jarang dimotori oleh para remaja usia belasan tahun. Lihatlah kasus tawuran para remaja di negri ini bagaikan mata rantai yang tak ada ujungnya. Kasus remaja hamil diluar nikah yang berujung aborsi atau pembuangan bayi yang baru dilahirkannya masih banyak dijumpai.
Belum lama ini juga viral di media sosial serba-serbi pembullyan yang dilakukan remaja. Kelakuan iseng mereka mengancam keselamatan orang lain. Kasus pembunuhan sebab pacaran, cemburu memuncak nyawa kekasih melayang. Pencurian, pemerkosaan dan segudang kasus bejat lainnya.
Miris melihat generasi saat ini, pergaulan mereka mengarah pada kebebasan yang alpa dari nilai agama. Minimnya pembekalan aqidah dari ranah keluarga menjadi salah satu penyebab kenakalan remaja. Ditambah dunia pendidikan saat ini memberikan waktu terbatas pada pelajaran agama yang sangat-sangat tidak mencukupi untuk pembentukan karakter yang kuat berasaskan aqidah. Sehingga agama hanya sebagai pelengkap identitas pada kartu pelajar saja.
Aqidah di sini adalah aqidah Islam tentunya. Sebab hanya Islam 'dien' yang diridhai Allah. Tetapi sebuah sistem yang diterapkan hari ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Sistem kapitalisme namanya, lahir dari buah pemikiran manusia yang bersifat lemah dan terbatas.
Kapitalisme berorientasi pada materi yang mengarahkan pada tiap individu ketika beraktivitas hanya mengutamakan pencarian keuntungan materi semata. Liberalisme yang digaungkan sistem kapitalisme berorientasi pada kebebasan. Sehingga tiap individu dibawah naungannya bertingkah laku serba bebas. Serta banyaknya ide-ide lain yang dilancarkan negeri Barat sebagai penggerak kapitalisme, yang kesemuanya bersifat rusak dan merusak fitrah manusia.
Masifnya ide tersebut menghancurkan sendi-sendi kehidupan umat, terkhusus generasi mudanya. Sistem ini melahirkan banyaknya generasi amoral dan bejat. Identitas Islam pada diri pemuda hilang tak berbekas. Disadari atau tidak, mereka larut dalam atmosfer globalisasi yang dirancang oleh Barat. Mereka terbawa arus dan menjadikan peradaban Barat sebagai kiblat kehidupan mereka.
Kesenangan dunia yang dibuai kapitalis menjauhkan umat dari orientasi akhirat. Generasi muda Islam dihalangi dari jati diri Islam yang sesungguhnya. Mereka dibuat lupa bahwa mereka adalah umat terbaik yang dilahirkan dari rahim Islam.
Pemuda saat ini adalah penerus tongkat estafet kepemimpinan di masa depan. Tetapi menyadari betapa bobroknya moral remaja hari ini, menaruh harapan untuk menjadikan mereka pewaris masa depan terasa begitu mengkhawatirkan.
Berbeda dengan para pemuda yang lahir dari peradaban Islam. Remaja digembleng sejak dini sebagai aset umat. Dimulai dari penanaman aqidah yang kuat dari rumah dan sekolah. Mereka dididik menjadi pribadi yang haus ilmu. Cinta pada Al-Qur'an dan As-sunah untuk dipelajari, diamalkan dan disampaikan kembali pada yang lain. Tujuannya bukan untuk mengeruk materi tetapi semata-mata hanya mengharap rida dari Allah ï·».
Proses pembentukan pemuda berkepribadian Islam tidak hanya menjadi tanggung jawab pihak keluarga saja tetapi ada kontrol masyarakat juga peran besar dari negara. Semua komponen saling menyadari bahwa kewajiban itu adalah tugas bersama.
Maka tidak heran jika pada masa kejayaan Islam, begitu banyak remaja berprestasi yang menguasai banyak hal. Imam Syafi'i misalnya, seorang ulama hebat yang mampu menghafal Al-Qur'an pada usia 7 tahun. Selain itu, Zaid bin Tsabit menjadi penulis wahyu diusianya yang ke-13 tahun dan dalam 17 malam mampu menguasai bahasa Suryani sehingga menjadi penerjemah Rasullullah ï·º.
Tinta emas peradaban juga mencatat Sultan Muhammad Al-Fatih sebagai pemuda yang membuktikan hadist Rasulullah. Menjadi pemimpin terbaik penakluk kota konstantinopel diusianya yang ke-22 tahun. Lahir pula banyak ilmuwan besar yang namanya masih harum hingga sekarang. Seperti Ibnu Sina yang hafal Al-Qur'an pada usia 10 tahun. Usia 18 tahun sudah mampu menguasai semua ilmu yang ada pada saat itu, diantaranya adalah ilmu kedokteran, fisika, geologi, dan mineralogi yang menjadi keahliannya. Dan masih banyak lagi generasi-generasi muda berprestasi di masa kejayaan Islam yang ilmunya masih menjadi rujukan hingga hari ini.
Sejarah membuktikan betapa dunia Islam telah melahirkan banyak remaja hebat dalam berbagai bidang. Mereka menguasai bermacam keahlian setelah menjadi da'i. Semua itu karena remaja dididik dengan suasana keimanan sejak kecil. Suasana seperti itu bisa kita raih kembali jika Islam diterapkan pada seluruh aspek kehidupan. Wallahu'alam bishawwab.
0 Komentar