Oleh: Alfi Ummuarifah
Seorang pemuda adalah seorang agen pengubah peradaban. Agen eksekutor sebuah kebangkitan. Padanya ummat bersandar untuk lepas dari penjajahan sesama manusia. Tujuannya agar kebahagiaan hidup di dunia dirasakan merata oleh penduduk bumi ini tanpa kecuali.
Namun, saat ini fakta berkata lain. Pemuda berada pada keadaan titik terendah. Ada pemuda yang tega membunuh sekeluarganya sendiri demi uang dan tak mau menanggung keluarganya. Ada pemuda yang rela membunuh sesama manusia karena takut atasannya.
Parahnya bukan sekedar ada. Karena adanya itu terkadang banyak dan mayoritas. Lihatlah fenomena pemuda tawuran, minum-minuman keras, hingga mabuk tak waras akalnya. Banyak pemuda yang tega melecehkan perempuan bahkan anak-anak. Bahkan hal paling menjijikkan adalah menjadi pemuda yang tak bermanfaat sedikitpun pada ummat. Apalagi yang menjadi sampah masyarakat.
Ada juga pemuda yang tak kenal batas pergaulan. Free sex, pacaran, Teman Tapi Mesra, Friendship with Bennefit, hingga pemuda yang jadi influencer kebatilan. Mengerikan pemuda ini kini terbius zaman yang serba liberal dan kapitalistik.
Belum lagi pemuda rebahan, pemuda yang banyak habiskan waktu sebagai penggemar drakor, penggemar layar medsos yang terlupakan dari ngaji, baca Al-Qur'an, birrul walidain, shalat, hingga dakwah.
Pemuda itu kini tergerus zaman yang kejam dan keras ala kapitalistik yang memaksa siapapun bergerak sesuai roda yang dipaksakan.
Duh, malangnya nasib pemuda islam hari ini.
Terjebak arus moderasi beragama yang terkesan manis namun beracun. Konsep moderasi yang meminggirkan islam sebagai panduan hidup dan gaya hidup. Sebab gaya hidup hari ini sudah dibuat halus sesuai arahan prinsip "suka-suka gue". My body my priority. Tak boleh ada yang seakan memaksa pada aturan manapun termasuk aturan Allah.
Duh, sedihnya kita hari ini. Berbeda jika kita tilik para pemuda di era Rasulullah. Lihatlah Arqom bin Abil Arqom, Abu Bakar yang penyantun dan tegas, Ali bin Abi Thalib yang cerdas keilmuannya dan ketawadhuaanya hingga Umar sang Pembeda. Mereka semua keren sekali.
Pada barisan akhwat ada Ibunda Aisyah, Ada Ummu Imarah, ada Asma yang punya dua ikat pinggang. Mereka semua pemuda di masanya yang tetap bisa berkontribusi besar dalam semua bidang kerja dalam kehidupan.
Mereka semua itu bukan shalih dan shalihah karena upaya secara mandiri. Tetapi mereka dicetak oleh sebuah peradaban mulia yang dimulai sejak Rasulallah menggagasnya di Madinah kemudian para sahabat setelahnya dan para Khalifah yang banyak hingga Turki Usmani.
Selama 1300 tahun dalam peradaban mulia itu tercetak pemuda-pemudi yang cemerlang pemikirannya. Lurus akidahnya, terpuji akhlaknya dan luar biasa ketaatan mereka pada Allah dan Rasul-Nya dalam seluruh lini kehidupan.
Mereka bukan shalih secara personal karena usaha mensalihkan dirinya secara mandiri. Namun mereka bentukan zaman yang gemilang berdasarkan syariat pemilik alam ini. Mereka lahir dalam situasi yang mendukung kesalihan mereka. Mereka termotivasi menjadi agen perubahan di setiap zaman para khulafa'.
Oleh karena itu, semangat kepemudaan mereka itu lahir dari ketakwaan individunya yang luar biasa. Dibentuk oleh peradaban secara komprehensif dan simultan sesuai yang Allah dan Rasul-Nya inginkan. Bukan oleh hawa nafsu kehidupan. Maka mereka jauh dari kata liberal, kapitalistik, materialistik, pragmatis dan kehidupan yang serba boleh. Mereka tunduk pada syariat Allah saja.
Nah, saat ini setelah peradaban itu sirna pada tahun 1924 yang lalu. Pemuda-pemuda tangguh memang ada. Namun bentukannya banyak yang terpengaruh peradaban kapitalistik ini.
Oleh karena itu Untuk memisahkan diri dari racun liberal dan sekulerisme sangat sulit meskipun bisa. Hanya pemuda yang ideologi islamnya melebur dalam dirinya sajalah yang memiliki jati diri. Pemuda alay, pemuda rebahan, pemuda konsumeris hari ini harus diajak bermetamorfosis ke arah yang benar. Dakwah mesti dilakukan secara simultan oleh pemuda yang sudah sadar terlebih dahulu. Saat bola dakwah itu bergulir, perlahan menghentikan laju liberalisme dan sekulerisme yang mencengkram pemuda hari ini.
Maka dakwah dalam jamaah yang solid sangat dibutuhkan hari ini. Bebaskan para pemuda itu. Pemuda tangguh hari ini mesti ada dalam barisan dakwah yang kokoh. Lepaskan jerat kehidupan sekulerisme yang sangat kuat itu.
Ayo, pemuda islam bangkitlah. Selamatkan saudaramu dari kebinasaan dan kehancuran. Bebaskan mereka dari jajahan kapitalisme yang masuk dalam ruang pemikiran, perasaan dan aturan yang menjerat manusia hari ini. Allah memanggil kita.
Tak ada pilihan lain kecuali bersegera. Niscaya Allah akan menempatkan kita di tempat terbaiknya kelak. Aamiin.
0 Komentar