Oleh: Eni Imami
Tiada yang memungkiri bahwa negeri ini kaya akan ragam budaya, suku, dan bahasa. Negeri yang terbentang luas berjajar pulau-pulau sambung menyambung menjadi satu. Dikatakan berbeda-beda tetapi satu jua itulah Bhineka Tunggal Ika.
Pernahkah terlintas dalam benak kita, dari mana keberagaman itu ada? Tiada sumber rujukan yang lebih sahih menjelaskan hal itu kecuali Al-Qur'anul kariim. Jauh sebelum negeri ini ada, Allah telah sampaikan dalam firman-nya perihal permulaan terjadinya kehidupan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti." (Qs. Al-hujurat: 13)
Jadi, sebelum anak cucu Adam berteriak tentang keragaman, kebhinekaan, jauh sebelum itu Allah lah yang paling memahami apa makna kebhinekaan. Sudah sunnatullah dunia ini terdiri dari berbangsa-bangsa, bersuku-suku dan beda bahasa. Dan Allah tidak mempermasalahkan hal itu, karena Allah memiliki tujuan agar semua saling mengenal. Semakin memahami kebesaran Allah yang telah menciptakan perbedaan tersebut. Namun, satu hal yang Allah tekankan, semua itu bukan menjadi ukuran kemuliaan kecuali ketakwaan.
Apa yang mampu mengantarkan kepada ketakwaan kecuali dengan ketaatan kepada syari'at Allah? Dengan menerapkan syari'at Allah dalam sistem kehidupan. Lalu, mengapa mereka berujar jika syari'at Allah diterapkan akan mengancam kebhinekaan? Sungguh Allah Mahamengetahui bahwa syari'at-Nya tidak mungkin mendzalimi hamba-Nya.
Di dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Allah menceritakan kepada manusia bahwa Dia telah menciptakan manusia dari diri yang satu dan darinya Allah menciptakan istrinya, yaitu Adam dan Hawa, kemudian Dia menjadikan mereka berbangsa-bangsa. Dan yang lebih kecil dari itu ada suku-suku dan Bani.
Pada dasarnya semua manusia itu sama, ditinjau dari unsur kejadiannya, yaitu tanah liat. Sesungguhnya perbedaan keutamaan di antara mereka karena perkara agama, yaitu ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Yunus, dari Ibnu Wahb dari Ibnu Lahi'ah dengan sanad yang sama, yang bunyi teksnya seperti berikut, "Manusia itu berasal dari Adam dan Hawa mempunyai martabat yang sama. Sesungguhnya Allah tidak menanyai kedudukan kalian dan tidak pula nasab kalian di hari kiamat nanti. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa".
Dengan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku mari kita pahami bahwa ini sunnatullah. Allah paling memahami hakikat kebhinekaan. Dan mari bersama-sama dan berlomba-lomba mengejar gelar takwa dengan taat kepada Allah dengan menerapkan syari'at Islam dalam segala aspek kehidupan.
Wallahu a'lam bis showab.
0 Komentar