SELALU KECEWA, TAPI KOK BELUM KAPOK JUGA SAMA DEMOKRASI?


Oleh: Nasrudin Joha
Sastrawan Politik

Dalam perdebatan terkait orang yang masih percaya demokrasi dan Istiqomah berjuang didalamnya, selalu membahas akar permasalahannya adalah pemilu kita yang president threshold masih diangka 20% (Presidential Threshold/PT). Mereka membayangkan jika semua rakyat terlibat dalam pemilu dan angka golput mencapai 0%, maka calon presiden dan wakil presiden akan banyak, akan banyak pilihan, sehingga pencalonan presiden tidak akan dikendalikan oleh oligarki dan partai.

Padahal, kuncinya ada di oligarki untuk memegang kekuasaan harus memiliki dukungan dan kedaulatan kapital. Demokrasi sejati tidak menyerahkan kedaulatan kepada rakyat, tetapi kepada kapitalis.

Kekuatan modal seperti inilah yang mengarah pada fakta bahwa hanya presiden dengan dukungan keuangan kuat yang dapat memenangkan pemilihan presiden. Beda lagi jika Anda tidak punya modal, Anda bisa bermimpi menjadi CEO saja. Karena tanpa modal yang kuat Anda memiliki kemampuan yang hebat, Anda berpengetahuan luas, maka masih mungkin anda bisa menjadi CEO.

Ikut pemilu itu berat butuh uang untuk kampanye, uang untuk saksi, uang untuk koordinasi, uang untuk menyewa penasihat politik, uang untuk menyewa buzzer, uang untuk menyewa iklan TV, uang untuk menyewa aktivis, uang untuk membeli suara, tidak ada yang gratis. Semua ini membutuhkan uang dan para oligarkilah yang dapat menyediakannya.

Inilah realitas sistem politik demokrasi, kapital berdaulat penuh, dan politisi hanyalah abdi kapital, abdi oligarki. Rakyat hanya ditipu oleh jargon "kedaulatan rakyat".

Sekalipun PT diubah menjadi 0%, bukan berarti oligarki tidak berkuasa. Bukan berarti tangan oligarki dipotong 0% PT. Sebaliknya, oligarki semakin kuat.

Sebab, untuk mengontrol calon presiden yang oligarki pilih tidak perlu lagi media partai. Oligarki dapat melakukan transaksi langsung dengan calon presiden jauh lebih murah daripada melalui partai, dan tidak perlu membayar mahar politik kepada partai.

Bahkan dengan melibatkan partai politik, harganya lebih murah karena tidak perlu partai dengan 20% suara. Partai kecil pun bisa dibeli murah sebagai alat pemilihan presiden.

Ingatlah bahwa oligarki hanya ingin berbisnis politik, bukan melayani rakyat. Mereka mendanai semua kandidat sebagai bentuk investasi, dengan maksud agar siapa pun yang menang akan melayani kepentingan oligarki.

Sedangkan masyarakat biasa? Cukup disediakan uang selama kampanye saja. Rakyat menjadi raja hanya ketika pemilihan saja dan kemudian menjadi budak selama lima tahun. Siklus ini berulang tanpa perubahan setiap waktunya.

Jadi jika Anda benar-benar ingin memotong kekuasaan para oligarki, pertahankan sistem Islam, tinggalkan demokrasi, pertahankan Khilafah. Masih tidak yakin juga tentang kerusakan demokrasi?

Posting Komentar

0 Komentar