Oleh: Nasrudin Joha
Sastrawan Politik
Ketika orang Israel terutama para rahibnya mendengar kabar kedatangan Utusan Allah Muhammad ï·º, mereka semua melihat pada diri Nabi ï·º dan semua ciri-ciri nabi akhir zaman terdapat pada dirinya. Tidak ada satupun dalil kenabian yang ditolak oleh mereka, namun permasalahan mereka adalah karena Nabi Muhammad ï·º bukan salah satu dari kaum bani Israel, akhirnya Nabi Muhammad ï·º ditolak.
Sikap orang Israel ini tidak didasarkan pada iman dan akal sehat, tetapi karena kebanggaan dan tradisi nenek moyangnya. Iman mereka selalu mengarah pada kedatangan nabi akhir zaman dan fakta itu mereka rasakan sendiri bahwa semua ciri kenabian itu ada pada Muhammad ï·º.
Namun karena ego nasionalme, takut kehilangan jemaah, kehilangan kekuasaanya, mereka menafikan keyakinan mereka dan menutup mata terhadap logika. Mereka, secara membabi buta menolak Muhammad ï·º dan mengajak seluruh pengikutnya untuk ikut menolak.
Hari ini, janganlah kita meniru sikap bangsa Israel terhadap khilafah. Mereka yang percaya kepada Allah ï·» harus percaya bahwa hukum Allah ï·» harus ditegakkan.
Siapapun yang memiliki pengetahuan agama, hukum Syariah, sejarah Islam, dan terutama tentang kewajiban Khilafah tidak dapat menyangkal bahwa Khilafah adalah ajaran Islam. Siapa saja yang meyakini ramalan kembalinya Khilafah pasti tidak dapat menolaknya, apalagi kita pasti merasakan kerusakan negeri ini dan negeri-negeri muslim lainnya, penyebab semua kerusakan dan kemaksiatan itu berujung pada kesimpulan karena hukum Allah ï·» tidak ditegakkan.
Semua percaya pada kembalinya Khilafah, dan tidak ada logika yang dapat menyangkal konsekuensi dari kebangkitan Khilafah, yang akan menggantikan ideologi kapitalisme liberal yang sudah runtuh.
Namun, jika kita lihat HTI berjuang untuk Khilafah bukan untuk kelompoknya sendiri, bukan organisasinya sendiri, bukan mazhabnya sendiri, tapi ada yang mempermasalahkan Khilafah ala HTI, mungkinkah penyakit hati yang melanda kaum Israel menjangkiti para ulama saat ini? Mereka tidak menolak Khilafah, tapi mempertanyakan mengapa harus HTI yang mengusungnya?
Apakah mereka khawatir kehilangan jamaahnya? Kehilangan kepemimpinannya di antara orang-orang? Khawatir kemuliaannya akan hilang, orang-orang akan meninggalkannya?
Padahal, seharusnya mereka mengambil sikap yang sama dengan Ansor. Kaum Ansor membawa kejayaan bersama Muhajirin dan bahkan menyerahkan kekuasaan kepada Muhajirin karena prioritas mereka bukan siapa yang memimpin tapi karena ideologi yang mereka usung.
Dalam perdebatan pergantian Rasulullah ï·º, Ansor akhirnya bersepakat untuk bersumpah setia kepada para sahabat Abu Bakar RA dari Muhajirin, karena mereka menyadari bahwa masalah agama ini berasal dari Muhajirin. Kaum Anshor begitu rela menyerahkan kekuasaannya hanya untuk mengharapkan ridho Allah.
Bukankah seharusnya kita mengadopsi sikap seperti Ansor saat itu? Bukannya malah menolak dakwah Nabi ï·º seperti yang dilakukan bangsa Israel.
Hari ini, kita harus mendukung dan membela tujuan yang sama yaitu Islam dan Khilafah, tidak peduli siapa pengusungnya. Kita tidak perlu khawatir kehilangan wibawa, jemaah, apalagi kehormatan. Karena kemuliaan hakiki ada dalam taqwa.
0 Komentar