Oleh: Alfi Ummuarifah
Karut marut negeriku kian tampak jelas. Mulai dari perdapuran minyak goreng hingga kematian warga karena urusan KTP.
Awalnya harga minyak goreng meroket. Lalu ada kebijakan subsidi. Namun justru minyak gorengnya langka. Lalu subsidi dicabut, namun harga minyak goreng meroket jauh.
Ada apakah ini? Masyarakat tak bisa berkata-kata akan hal zalim yang menimpanya.
Drama minyak goreng seperti ini sugguh membingungkan masyarakat. Seharusnya penguasa menenteramkan hati mereka. Harga barang harus murah tetap terjangkau dan stabil. Pasokannya pun dalam distribusinya jelas.
Tak boleh ada penimbunan dari satu pihak semacam kartel atau kapital manapun yang bermain. Harus ada sanksi jika "tertangkap tangan" menimbun barang itu. Pemerintah yang harusnya bertanggungjawab atas peredarannya. Bukan pada pasar dan para kapital.
Ketidakberesan pasokan barang ini mesti benar-benar diperhatikan. Praktik culas penimbunan (Kanzul Mal) tak boleh terjadi. Hubungan penjual dan pembeli tak boleh dibiarkan merajalela antara penguasa dan rakyat. Juga antara pengusaha dan masyarakat yang dibiarkan zalim.
Memang benar, ini bukan ulah perseorangan kapital. Indikasi dan dugaan kuatnya sudah terjadi "kerjasama yang indah" antara berbagai pihak. Maka dipastikan kerjasama indah itu jika ada, sebagai tindakan menzalimi masyarakat. Tidak takutkah pada pertanggungjawaban kepada Allah kelak?
Drama pahit lain muncul lagi yang lebih zalim. Sesaat seorang warga di Bulukumba hendak operasi, dia wafat di Dukcapil setelah mengikuti prosesi pembuatan KTP. Apakah ini tak bisa ditunda? Apakah tidak sebaiknya ditangani dahulu? Apakah tidak bisa menunggu dia sehat?
Sesungguhnya birokrasi yang rumit, lama dan bermasalah ini lahir dari sistem kapitalisme yang dianut suatu negeri. Secara sistem sudah salah dan membuat susah masyarakat. Secara individu, orang-orangnya di negeri ini kejam sekali dan tak punya "belas kasih".
Tak takutkah kita akan pengadilan akhirat yang adil? Dia yang wafat itu akan megadukan penguasanya yang telah zalim padanya. Juga kita yang seperti "setan bisu" yang terdiam tak berkutik mengingatkan peguasa yang zalim tadi.
Sungguh, sedihnya tak terkatakan. Akankah berulang lagi kejadian seperti ini? Sampai kapan drama minyak goreng ini tak lagi dikuasai para kapital, sementara penguasa berdiam diri? Kita butuh sistem alternatif mengatur negeri yang subur ini agar tak ada lagi tikus yang mati di lumbug padi.
Ingatlah pada pertanggungjawaban yang berat kelak! Engkau pasti menyesal jika belum bertobat.
Dalam Al-Qur'an surat Al-Anbiya ayat 23 telah menyindir kita sahabat,
لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفۡعَلُ وَهُمۡ يُسْأَلُونَ
Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang dikerjakan, tetapi merekalah yang akan ditanya. (QS. Al-Anbiya Ayat 23)
Dia, Allah, tidak ditanya atau dievaluasi dan dimintai pertanggungjawaban tentang apa yang dikerjakan-Nya terhadap makhluk, karena Allah Tuhan Yang Maha Berkuasa, yang kekuasaan-Nya mutlak. Tidak pernah salah atau keliru sedikit pun dalam semua perbuatan-Nya.
Tetapi sebaliknya manusia, merekalah yang akan ditanya atau dievaluasi dan dimintai pertanggung jawaban tentang semua yang mereka kerjakan di dunia, baik karena kelemahan atau kebodohan maupun karena dorongan hawa nafsu yang tidak terkendali.
Maka untuk memperkuat keterangan bahwa Allah Mahasuci dari sifat-sifat yang tidak layak bagi Tuhan, maka dalam ayat ini Allah menyebutkan kekuasaan-Nya yang mutlak atas segala makhluk-Nya. Sehingga tidak seorang pun berwenang untuk menanyakan, memeriksa atau meminta pertanggung jawaban-Nya atas setiap perbuatannya.
Bahkan ditegaskan, bahwa manusialah yang akan diminta pertanggungjawabannya atas setiap perbuatannya. Hal ini disebabkan Allah-lah Hakim dan Penguasa yang sebenarnya. Allah menciptakan segala sesuatu senantiasa berdasarkan ilmu dan hikmah-Nya yang tinggi, serta kasih sayang dan keadilan-Nya kepada hamba-Nya.
Dalam hubungan ini, Allah telah berfirman dalam ayat lain:
فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. (QS. Al-Hijr Ayat 92-93).
قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?" (QS. Al-Mu’minun Ayat 88).
Wallahu a'lam bish-showaab
0 Komentar