Oleh: Ramsa
Menulis merupakan kegiatan untuk membuat catatan atau merangkai informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. Aktivitas menulis sering kali menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil. Namun, di zaman now menulis bisa dengan mudah menggunakan telepon pintar.
Dengan menulis atau mencatat maka akan memudahkan kita menyimpan informasi. Aktivitas ini juga bisa membantu sel-sel otak agar lebih aktif. Menulis mampu menjadikan seseorang terus aktif berpikir, mencari ide dan tema yang menarik yang jadi bahan tulisan.
Siapa saja yang mestinya menulis? Ulama, guru, pelajar atau semua orang bisa menulis? Tentu setiap orang bisa menulis. Dengan tema atau konten sesuai isi hati. Bagi seorang muslim yang berkhidmat dalam dakwah atau minimal seorang penuntut ilmu maka menulis merupakan sesuatu yang penting dan mendesak, jika mau punya ilmu yang tersimpan. Konten tulisan seorang penuntut ilmu akan berdaging dan bernas. Menulis sebagai sarana mencerdaskan diri dan mencerdaskan umat misinya.
Kala kita hendak menulis sering kali merasa kurang bahan untuk ditulis. Padahal kita sudah pernah membaca atau mendengar banyak materi kajian atau cerita seputar kehidupan. biasanya butuh keberanian dan percaya diri khusus buat nulis. Ada strong why yang menjadikan kita mau menulis sesuatu.
Mulailah menulis dengan mengungkapkan isi hati, mirip curhat, tapi tetap selipkan solusi dan hikmah dari curhatan kita. Misalnya kita curhat tentang harga bahan pokok yang melangit, maka beri solusi yang sesuai sudut pandang islam. Tidak sekedar curhat ya. Menulis sesuatu yang bisa jadi peluru untuk kebangkitan umat.
Bagaimana memulai menulis, silakan tanya hati, lihat tivi, atau baca sosmed selalu ada hal yang mengundang kita untuk komentar. Maka komentar kita dituliskan sebagai sarana latihan menulis.
Mengapa penting menulis? Karena tulisan bisa jadi senjata atau peluru yang mampu menembus banyak kepala dan menembus sekat wilayah dan waktu. Tentu kita gak akan pernah tahu gerakan salat atau tatacara wudhu yang benar jika ulama tidak menulis hadis tentang shalat dan tata cara wudhu.
Contoh-contoh luar biasa adalah Sang Imam Ahli tafsir Ibnu Jarir Ath Thabari, yang sehari saja menulis 40 halaman atau setara 4 buku catatan. Tidak melewatkan 1 hari tanpa tulisan. Sehingga melahirkan karya hingga 3000 lembar. Total semua karyanya setara dengan isi sebuah perpustakaan besar. Subhanallah.
Ada juga contoh dari Imam ibnu Al jauzi yang setiap harinya juga dilewati dengan menulis dan menulis, setiap mengkaji satu cabang ilmu maka beliau akan membuat karya ilmiah atau buku dari cabang ilmu tersebut. Dengan bertambahnya ilmu beliau maka karya pun semakin bertambah.
Menulis itu sebaiknya dimulai sejak bisa menggunakan pena atau pensil agar terlatih dan terasah kemampuannya. Jika sejak kecil sudah bisa menulis dan menjadi suatu kebiasaan maka akan bisa melahirkan karya fenomenal seperti para ulama atau orang hebat dalam islam. Ilmu dan tulisan ibarat dua sisi mata uang yang harus berjalan bareng agar terus bisa menjaga kelestarian ilmu.
Salah satu pesan Rasulullah tentang menulis yakni Rasulullāh صلى الله عليه وسلم bersabda:
قَيِّدُوا الْعِلْمَ بِالْكِتَابَةِ
Artinya: "Kalian ikatlah ilmu dengan menuliskannya." ( H.R. Ad-Darimi nomor 497)
قُلْ لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمٰتِ رَبِّى لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمٰتُ رَبِّى وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِۦ مَدَدًا
Artinya: "Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)". (QS. Al-Kahf : 109)
Mari terus menulis sesederhana apapun sebagai bekal dan jejak kebaikan. Semoga jadi jariyah.
Wallahu A'lam
0 Komentar