IMAN DAN KETUNDUKAN


Oleh: Ramsa

Bulan Ramadhan adalah bulan penuh kebaikan. Punya power dan energi postif yang luar biasa. Bulan mulia sebagai bentuk kasih sayang Allah Ta'ala pada semua hamba-Nya. Bulan ini seperti magnet yang bisa menyedot atau menarik perhatian umat islam. Menarik manusia dari kelalaian menjadi sadar dan ingat Allah.

Sudah umum diketahui saat Ramadhan banyak kebutuhan pokok yang naik harga bahkan ganti harga. Seolah para pengusaha dan pedagang besar sudah mampu memastikn semahal apapun harga saat bulan Ramadhan akan tetap terbeli. Karena kebutuhan Ramadan nyaris tak bisa tergantikan. Sebut saja minyak goreng yang jadi buah bibir satu bulan terakhir ini. Harganya yang fantastis tapi tetap terjual dengan laris.

Sebab yang namanya kebutuhan pokok itu tak mungkin terganti degan yang lain. Walau banyak masakan dengan model bakar dan kuah, namun tidak bisa menggantikan posisi minyak goreng sebagai benda paling dicari dan dinikmati di dapur.

Karena kebutuhan pokok terus naik harga dan ganti harga membuat banyak anggota masyarakat mengelus dada dan hanya bisa menelan ludah pahit kehidupan.

Pada siapa hendak mengadu? Hidup serba sulit dalam kondisi pandemi, harga melambung tinggi rakyat kian tercekik, namun penguasa dan pejabat negeri nampaknya tak begitu peduli.

Idealnya bulan Ramadhan itu momentum melatih diri menjadi hamba yang imannya kuat, taat beribadah dan mau tunduk pada semua ketentuan Allah ﷻ. Namun saat ini di tengah riuhnya semangat ibadah Ramadhan rakyat harus terusik dan memikirkan bagaimana agar hidup bisa berlanjut.

Saat harga pangan atau harga barang naik, sering kali yang jadi solusi adalah impor dari negara lain. Begitu banyak barang dan komoditas yang di impor di negeri ini. sebut saja minyak bumi dan gas yang secara data Indonesia mempunyai cadangan yang banyak bahkan terbesar di dunia.

Komoditas impor Indonesia meliputi migas, barang elektronik dan lain-lainnya. Indonesia merupakan pelanggan impor migas yang terdiri atas minyak mentah, hasil minyak, dan gas, mesin, perlengkapan elektronik.

Plastik dan barang dari plastik, bahan kimia organik. Produk farmasi. Hingga berbagai jenis pangan (cnnindonesia.com Jan 2022)

Ada suatu pernyataan yang layak dipikirkan keseriusannya, yang keluar dari bapak Presiden negara kita.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) geram dengan sikap pemerintah pusat dan daerah serta BUMN yang masih melakukan impor terkait pengadaan barang dan jasa. Padahal, anggaran modal yang diberikan cukup besar. Hal tersebut disampaikan Jokowi saat memberikan pengarahan kepada menteri dan lembaga serta kepada kepala daerah tentang aksi Afirmasi Bangga Buatan Indonesia di Bali, Jumat (25/3/2022 Sindo. Com)

Senang impor "Cek yang terjadi, sedih saya. Belinya barang-barang impor semuanya padahal kita memiliki pengadaan barang dan jasa anggaran modal pusat itu Rp526 triliun, daerah Pak Gubernur, Pak Bupati, Pak Wali Rp535 triliun lebih gede daerah. Sekali lagi saya ulang pusat Rp526 triliun, daerah Rp535 triliun, BUMN jangan lupa saya detailkan lagi Rp420 triliun ini duit gede banget besar sekali," ujar Jokowi. Jokowi menegaskan bahwa jika anggaran tersebut digunakan untuk membeli barang dalam negeri maka akan mentriger pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Logikanya pemerintah saat kita membeli barang impor tentu lebih murah dan lebih berkualitas. Juga mudah tanpa perlu proses panjang, barang dan jasa sudah bisa dimanfaatkan. Namun seolah terlupa bahwa saat ini kita terus mengandalkan impor maka kreatifitas anak bangsa tidak dihargai. Riset dan penemuan ilmiah akan sulit berkembang karena tidak didukung penguasa.


Buah Pahit Demokrasi

Demokrasi mengamanatkan bahwa yang berhak mengatur hidup manusia adalah manusia itu sendiri. Gak boleh bawa-bawa aturan agama. Akhirnya semua aturan kehidupan kembali kepada kemauan beberapa orang yang jadi penguasa yang bekerja sama dengan pengusaha. Jika aturan dianggap cocok akan dia teruskan aturan tersebut. Jika tidak cocok untuk dia maka tidak akan digunakan walau aturan tersebut berasal dari Allah taa'la. Inilah bentuk sekulerisme bagi pandagan manusia.

Sekulerisme lahir untuk menayangkan berbagai aturan yang tidak layak diikuti manusia, dalam kehidupan bermasyarakat sehingga menjadi racun kehidupan. Akhirnya para pendakwah tidak bisa atau sulit menyadarkan umat, sulit mengajak berpikir urusan umat. Karena parahnya penyakit yang menggerogoti ummat.


Islam Solusi Terbaik

Maka sebagai muslim yang beriman di bulan mulia ini, selayaknya kita berjuang untuk taat dan menjalankan semua perintah Allah yang sudah tertuang dalam Al-Qur'an. Contohnya seperti satu ayat di Al-Qur'an yang berupa ayat muhkamat untuk diterapkan. Misalnya tentang perintah salat dan perintah menutup aurat. Juga mengambil ayat lainnya seperti aturan ekonomi yang melarang yang namanya menimbun atau "Kanzun maal". Agar tidak terjadi lonjakan harga.

Saat mengambil Al-Qur'an sebagai solusi, niscaya masalah kecil hingga besar akan mudah terurai dan terselesaikan dengan izin Allah ﷻ. Menjadikan ayat-ayat cintaNya sebagai soluai semua persoalan umat. Juga menjadi bukti iman dan ketundukan kita pada Allah ﷻ. Keimanan dan ketundukan pada Allah wajib pada segala hal. Termasuk dalam mengatur negara. Dan mengatur umat manusia.

هُوَ الَّذِىٓ أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتٰبَ مِنْهُ ءَايٰتٌ مُّحْكَمٰتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتٰبِ وَأُخَرُ مُتَشٰبِهٰتٌ ۖ فَأَمَّا الَّذِينَ فِى قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشٰبَهَ مِنْهُ ابْتِغَآءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَآءَ تَأْوِيلِهِۦ ۗ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُۥٓ إِلَّا اللَّهُ ۗ وَالرّٰسِخُونَ فِى الْعِلْمِ يَقُولُونَ ءَامَنَّا بِهِۦ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُولُوا الْأَلْبٰبِ
Artinya: Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur´an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta´wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta´wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (QS. Al-'Imran: 7)

Jadikan Al-Qur'an dicintai dipelajari dipahami agar bisa jadi solusi. Tanpa mengkaji isi Al-Qur'an sulit mendapatkan kebaikan untuk semua umat yang ada di dunia. Wallahu A'lam~

Posting Komentar

0 Komentar