Oleh: Ramsa
Viral karena harganya selangit, minyak goreng ibarat primadona di negeri ini. Selain minyak goreng ada beberapa komoditas yang harganya juga naik di bulan ramadhan ini. Sebut saja bawang merah, daging ayam. Di hari ketiga ramadan sudah terjadi peningkatan harga terutama harga bahan pokok yang paling digemari masyarakat.
Sudah jadi rahasia umum, setiap menjelang bulan ramadan harga kebutuhan pokok masyarakat merangkak naik. Tahun ini sebelum bulan ramadan sudah ramai berita kenaikan harga. Masyarakat seolah sudah hafal kondisi ini karena sering berulang. Namun seolah tak ada antisipasi dari pihak yang berwenang. Atau mungkinkah ada yang mengambil keuntungan besar dari kondisi ini, tanpa peduli nasib rakyat yang makin menderita? Kesengsaraan terus bertambah.
Seperti diberitakan oleh Bisnis.com (4 April), berdasarkan catatan Ikappi per selasa sejumlah bahan pokok yang mengalami kenaikan harga di antaranya minyak goreng curah Rp.19.500 per liter, cabai rawit merah Rp.60.000 per kilogram sementara cabai lainnya di angka Rp50.000 per kilogram. Bawang merah naik per kilogram menjadi Rp37.000 per kilogram, bawang putih dari Rp30.000 ke Rp33.500 per kilogram. Di sisi lain, harga daging ayam dari Rp39.000 menjadi Rp40.200 per kilogram.
Berulangnya Kenaikan Harga
Patut jadi pertanyaan besar mengapa harga kebutuhan pokok selalu tinggi menjelang ramadan hingga akhir ramadan? Salah satu alasan pemerintah dan pengusaha adalah karena kebutuhan banyak sedangkan stok barang terbatas. Bukankah hal ini sudah rutin terjadi, dan semestinya sudah ada terbaca oleh pemerintah yang berwenang?
Mestinya kenaikan harga sudah bisa diantisipsi dengan berbagai hal, misalnya menghitung kebutuhan rata-rata masyarakat pada setiap bahan pokok. Kebutuhan individu rakyat berapa, jumlah penduduk berapa dan berapa kekuatan produksi pengusaha pada setiap bahan pokok yang dibutuhkan. Dan negara wajib hadir menyediakan semua bahan pokok yang dibutuhkan rakyatnya.
Bisa dikatakan angka-angka hasil perhitungan ini sudah dikantongi pejabat terkait baik dari Disperindag atau dari Bulog. Maka semestinya kebijakan antisipasi sudah bisa dilakukan sebelum harga melambung tinggi. Hanya saja yang sering kita dengar dari pejabat negeri ini adalah bahan pokok aman, tidak ada kelangkaan. Padahal yang dibutuhkan masyarakat bukan sekedar angka dan amannya pasokan atau tersedianya komoditas, melainkan kepastian tersedianya di pasar, harga terjangkau, dan semua yang membutuhkan bisa menikmati dengan cara yang mudah. Alias distribusi yang rata bagi semua anggota masyarakat, individu perindividu. Tidak dijadikan ajang cari untung oleh pengusaha besar.
Sehingga sangat dibutuhkan kecermatan, kepekaan dan kehati-hatian pejabat terkait dalam menjaga terjaminnya kebutuhan pokok masyarakat dengan harga bersahabat. Terlebih lagi kondisi harga yang terus melambung tinggi disusul daya beli masyarakat yang rendah bisa memicu masalah yang lebih besar. Bahkan bisa menimbulkan kericuhan atau penjarahan. Kenaikan harga bisa memicu masalah ekonomi hingga politik suatu bangsa. Bahkan pada waktu yang lama dan tanpa solusi tuntas, kenaikan harga bisa memicu krisis ekonomi, sebagaimana yang melanda Negara Sri Lanka saat ini.
Ekonomi Islam Solusi Menjulangnya Harga
Kebutuhan pokok masyarakat adalah hal vital dan mendesak bagi rakyat. Maka ketersediaannya merupakan kewajiban negara. Sebagai bentuk tanggung jawab mengurusi rakyat dan bentuk tanggung jawab pada pencipta. Dalam ekonomi Islam terpenuhinya kebutuhan pokok bisa terjamin dari adanya kebijakan negara bahwa setiap individu harus dipenuhi kebutuhan pokoknya individu per individu. Bukan hitungan kebutuhan rata-rata. Jadi kebutuhan orang kaya dan si miskin tetap sama. Negara wajib memenuhinya.
Jika ada kenaikan harga maka akan dipastikan stok barangnya, jika masalahanya adalah produksi maka negara akan memfasilitasi agar produksi aman. Bisa dengan memberi bantuan kepada pengusaha terkait.
Jika masalahnya pada distribusi misalnya maka negara campur tangan mengurusi distribusi melalui kebjikan setiap kepala daerah wajib memastikan terpenuhinya kebutuhan pokok rakyatnya tanpa pandang bulu. Karena penguasa di semua level wilayah memahami bahwa memenuhi kebutuhan rakyat wajib direalisasikan sebagai bentuk pertanggungjawaban seorang pelayan rakyat atau pemimpin di wilayahnya masing-masing.
Pejabat negara sangat mengerti akibat buruk ketika lalai menjalankan amanah kepemimpinan. Yakni berujung pada kemurkaan Allah hingga siksa akhirat yang siap menanti. Untuk itu kebijakan dalam sistem ekonomi islam wajib ditopang oleh sistem pemerintahan islam, sehingga kebijakan ekonomi dan politik akan saling mendukung dan mampu menjadikan rakyat sejahtera. Sebagaimana di masa pemerintahan Islam.
وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا ۚ وَذَكِّرْ بِهِۦٓ أَنْ تُبْسَلَ نَفْسٌۢ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِىٌّ وَلَا شَفِيعٌ وَإِنْ تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لَّا يُؤْخَذْ مِنْهَآ ۗ أُولٰٓئِكَ الَّذِينَ أُبْسِلُوا بِمَا كَسَبُوا ۖ لَهُمْ شَرَابٌ مِّنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌۢ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ
Artinya:
"Dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa´at selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu".(QS. Al-An'am : 70)
Wallahu A'lam
0 Komentar