Oleh: Murli Ummu Arkan
Semakin tua umur Demokrasi semakin menjadi-jadi. Banyak ulah pengusungnya yang entah bagaimana cara berpikirnya. Siapapun orangnya jika terjebur dalam demokrasi yang menganut ide-ide Barat dia pasti akan berubah cara pandangnya dan pemikirannya, tak terkecuali meski dia seorang ulama maupun kiayi. Ibarat orang yang terjatuh dalam lumpur hitam tak mungkinkan dia berdiri dalam keadaan bersih. Entah dari baunya, bajunya, dan tubuhnya pasti terkena nodanya bukan? Ya seperti itulah orang-orang yang menjadi pengusung Demokrasi.
Dalam sistem demokrasi, kedaulatan ditangan manusia. Artinya manusia lah yang berhak menentukan aturan. Termasuk dalam menentukan halal haram. Padahal, yang berhak menentukan halal haram hanyalah Allah SWT bukan? Jadi di sini posisi demokrasi, dia sudah lancang melahirkan orang-orang yang mengubah hukum syariat Allah SWT. Meskipun dia bergelar kiayi, ulama, cendekiawan, profesor, menteri, presiden yang ditokohkan umat, mereka tidak berhak menentukan halal haram. Yang berhak menentukan halal haram adalah Allah SWT. Manusia hanya boleh menjadi penyampai wahyu Allah kepada yang lain.
Kita bisa lihat bagaimana negara menghalalkan riba yang justru diharamkan Allah. Negara menghalalkan miras dan judi padahal itu dilarang Allah. Negara menghalalkan pernikahan perbedaan agama padahal dilarang Allah, dan sekarang ada tokoh negara yang mengatakan haram mendirikan sistem negara ala Nabi karena Nabi sudah wafat. Astagfirullahaladhim... Tanpa sadar dia sudah menuduh pemerintahan Khulafaur Rasyidin adalah pemerintahan yang haram. Sungguh melewati batas.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ÙŠٰۤـاَÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِÙŠْÙ†َ اٰÙ…َÙ†ُÙˆْا Ù„َا تُØَرِّÙ…ُÙˆْا Ø·َÙŠِّبٰتِ Ù…َاۤ اَØَÙ„َّ اللّٰÙ‡ُ Ù„َـكُÙ…ْ ÙˆَÙ„َا تَعْتَدُÙˆْا ۗ اِÙ†َّ اللّٰÙ‡َ Ù„َا ÙŠُØِبُّ الْÙ…ُعْتَدِÙŠْÙ†َ
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengharamkan apa yang baik yang telah dihalalkan Allah kepadamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (QS. Al-Ma'idah 5 Ayat 87)
Inilah potret demokrasi. Dengan ide-ide Barat, pemikiran orang-orang yang jadi pengusungnya menjadi kacau balau. Mereka berpikir begitu bebas tanpa memikirkan dampaknya di akhirat. Mereka hendak menjadikan Islam disesuaikan dengan fakta dan kondisi. Bukankah seharusnya fakta disesuaikan dengan Islam yang mencakup aturan Al-Qur'an, mengingat Al-Qur'an adalah kitab suci sekaligus pedoman umat muslim hingga hari kiamat. Bukankah Islam ini sudah sempurna meski Nabi telah wafat. Adanya umat muslim ini rusak pemikirannya, itu dikarenakan mereka jauh dari Islam. Apakah dia menjauh sendiri atau dijauhkan pihak lain.
Apa salah jika mayoritas umat muslim diajak untuk menerapkan syariat Allah? Tidak salah kan? Justru Islam mengajarkan hambanya bertakwa kepada Allah bukan? Namun mirisnya, saat ini justru umat muslim sendiri yang menghalangi umat muslim lainnya untuk menjau dari syariat Islam. Naudzubillah min dzalika.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
Ùˆَاِ Ø°َا Ù‚ِÙŠْÙ„َ Ù„َÙ‡ُÙ…ْ تَعَا Ù„َÙˆْا اِÙ„ٰÙ‰ Ù…َاۤ اَÙ†ْزَÙ„َ اللّٰÙ‡ُ Ùˆَاِ Ù„َÙ‰ الرَّسُÙˆْÙ„ِ Ù‚َا Ù„ُÙˆْا ØَسْبُÙ†َا Ù…َا ÙˆَجَدْÙ†َا عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ اٰبَآØ¡َÙ†َا ۗ اَÙˆَÙ„َÙˆْ Ùƒَا Ù†َ اٰبَآ ؤُÙ‡ُÙ…ْ Ù„َا ÙŠَعْÙ„َÙ…ُÙˆْÙ†َ Ø´َÙŠْـئًـا ÙˆَّÙ„َا ÙŠَÙ‡ْتَدُÙˆْÙ†َ
"Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah (mengikuti) apa yang diturunkan Allah dan (mengikuti) Rasul." Mereka menjawab, "Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati nenek moyang kami (mengerjakannya)." Apakah (mereka akan mengikuti) juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?" (QS. Al-Ma'idah 5 Ayat 104)
Seperti dalam ayat diatas, ya begitulah jika seseorang yang gak mau diingatkan pada kebenaran. Jika mereka mengatakan orang-orang yang menerapkan syariat dianggap fanatik justru merekalah yang sebenarnya fanatik terhadap kejahiliyahannya.
Wallahua'lam bish showab.
0 Komentar