Oleh: Yuliati Sugiono
Tonggak sejarah bersaksi tanggal 3 Maret 1924 dihapuskannya Khilafah Islamiyah, sebuah institusi yang menerapkan Islam kafah diganti dengan negara sekuler. Tahun demi tahun berganti, Ramadan demi Ramadan terlewati hingga sampailah kita di Ramadan ini, 100 tahun tanpa Khilafah.
Maka Ramadan kali ini kita mengenang dan menuliskan kembali apa-apa yang penting bagi umat berupa pemikiran Islam agar bisa mempertanggungjawabkan nikmat waktu yang telah diberikan Allah kepada kita. Mengingat setiap detik di bulan mulia ini penuh berkah bertabur pahala yang sayang bila dilewatkan begitu saja.
Maka goresan pena ini mengingatkan kembali apa yang perlu kita lakukan untuk menegakkan kembali Khilafah yang telah runtuh. Bukan untuk bersedih tapi bersemangat menyongsong fajar kemenangan. Maka rangkuman tulisan mutiara pemikiran Islam ini bisa menjadi referensi ketika berdakwah kepada umat.
Kita sejatinya adalah orang yang menghancurkan batu dan membangun jembatan yang diinginkan untuk menyeberang ke tujuan.
Kita menyinari gelapnya malam, umat yang bodoh dan buta terhadap Islam, sudah 100 tahun tanpa khilafah. Kita pemuda dan pemudi yang mencari-cari dengan rindu royah. Kita ibarat bintang yang bersinar di langit sebagai rambu hidayah yang lurus. Maka kita selalu bersinar karena kita adalah bintang.
Sementara umat Islam ini seperti makhluk hidup. Seperti tubuh, ada darah, ada urat nadi dan sebagainya. Tubuh membutuhkan makanan yang dialirkan darah. Jika tidak makan maka lama kelamaan tubuh akan sakit. Awalnya ringan, lama-lama sakit berat butuh diobati. Apa obatnya? Pemikiran Islam.
Pemikiran Islam atau tsaqofah Islam itu ibarat darah yang mengalirkan nutrisi ke seluruh jaringan tubuh. Semakin intens umat ini mendapatkan asupan tsaqofah Islam maka dia akan sembuh dari sakitnya dan bangkit.
Mengapa demikian? Karena pemikiran Islam bisa menjawab kebutuhan umat. Masalah-masalah baru terpecahkan oleh mujtahid-mujtahid disetiap masa dan setiap wilayah.
Namun umat Islam saat ini mengalami bala', yaitu adanya ulama yang menelantarkan pemikiran Islam yang ada pada umat. Mereka sengaja menutup pemikiran dengan menutup pintu ijtihad.
Pemikiran asing atau tsaqofah asing adalah senjata paling beracun yang diluncurkan pada kaum muslimin. Jihad hanya diartikan melawan hawa nafsu. Menjalankan Islam kafah sama dengan radikal.
Maka mau tidak mau senjata harus dilawan dengan senjata. Pemikiran asing dilawan dengan pemikiran Islam, baik disampaikan secara lisan maupun tulisan.
Supaya tubuh umat sehat maka darah yang mengalir harus bersih dari racun pemikiran asing yang disusupkan musuh-musuh Islam. Dana, militer dan tsaqofah asing mereka gunakan untuk pendangkalan aqidah Islam. Tidak perlu umat itu murtad, sekedar moderat saja sudah cukup menunjukkan keberhasilan agenda mereka.
Maka perlu dilakukan penjernihan pemikiran Islam dari racun-racun tersebut. Bukan hanya penjernihan bahkan pemantapan, menajamkan pemikiran Islam. Bila menginginkan umat selamat maka pemikiran Islam obatnya karena dengan itu akan memurnikan aqidah.
Aqidah Islam bukan dibawa oleh orang Arab, tapi dari Allah. Pemikiran Islam baik dinukil dari orang Arab atau bukan, tetap disebut pemikiran Islam. Al Qurtubi berasal dari Qurtuba yaitu wilayah di Spanyol.
Sementara itu pemikiran orang Arab sebelum Islam, bukan pemikiran Islam. Baru setelah Islam datang, orang Arab memeluk Islam dan memunculkan potensinya. Jadi potensi bahasa Arab dan Islam adalah dua hal yang tak terpisahkan.
Pemikiran Islam dibangun oleh dua hal yaitu akal dan syariat. Manusia yang diseru adalah akalnya. Kita disuruh memperhatikan al hayah, al kaun dan al insan dengan menggunakan akal. Bagaimana gunung ditinggikan, bagaimana jantung memompa darah, bagaimana hewan berkembang biak dan sebagainya. Ini semua untuk sampai kepada iman. Disinilah disebut dengan aqidah aqliyah. Aqidah yang sampai kepada keimanan dengan menggunakan akal.
Sementara iman kepada jin, iman terhadap adanya hari akhirat, surga dan neraka, sesuatu yang ghaib, kita mengimaninya karena ada dalil naqliyah, yaitu dalil yang bersumber dari Al-Quran.
الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۙ
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (QS Al Baqarah: 3).
Termasuk berbagai jenis siksaan di neraka, seperti digantinya kulit yang hangus dengan kulit yang baru sehingga penghuni neraka selalu merasakan siksa tanpa henti. Atau kabar tentang penduduk surga yang tidak merasakan capek dan tidak ada rasa dengki/cemburu diantara istri dan bidadari meski suaminya sama, karena Allah cabut rasa itu. Semuanya ini masuk dalil naqliyah, dalil yang bersumber dari Al-Quran.
Jadi pemikiran Islam itu adalah pemikiran yang bersumber dari Islam. Jadi harus ada dalil syara'nya, apakah dari Al-Quran, As-sunnah, ijma dan qiyas. Diluar itu berarti bukan pemikiran Islam.
Maka Komunis, teori Darwin, demokrasi dan penjajahan, semua itu bukan pemikiran Islam, karena tidak bersumber dari Al-Quran, As-sunnah, ijma dan qiyas.
Merupakan bala' yang besar menimpa umat saat ini, ketika ada ulama yang mencampur pemikiran Islam dengan pemikiran asing. Demokrasi Islam, Sosialisme Islam, menyamakan riba dengan investasi, pacaran islami adalah contohnya. Ini sama saja mencampuradukkan yang haq dengan yang batil.
Pemikiran Islam hilang keistimewaannya bila lepas dari Al-Quran. Pemikiran Islam tidak menerima solusi tambal sulam, perbaikan bertahap, seperti pemikiran atau tsaqofah asing.
Maka pastikan anak-anak kaum muslimin selalu mengkonsumsi tsaqofah Islam agar senantiasa sehat dan bangkit. Wallahu a'lam bish shawwab.
0 Komentar