Oleh: Wina Fatiya
"Astaghfirullah sakit dadanya, angkat-angkat, maskernya buka," ucap emak-emak di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur (Kaltim) yang histeris menyaksikan seorang ibu batuk-batuk dan kejang-kejang ketika mengantri minyak goreng.
Nahas, nyawanya tak terselamatkan. Jiwanya harus pupus karena seliter dua liter minyak goreng untuk melanggengkan usahanya.
"Saya cuma mau menyalamatkan anak-anak, biar enggak dibentak-bentak. Saya ingin menyelamatkan anak-anak saya biar enggak hidup susah. Enggak perlu ngerasain sedih. (Anak-anak) harus mati biar enggak sedih kayak saya," ucap KU (35) saat ditanya Polisi, mengapa ia hendak membunuh anaknya.
Ucapan ini begitu pilu terdengar. Mengiris hati siapapun yang melihat. Jiwa Ibu ini terkoyak karena penderitaan hidup. Mentalnya terpenjara depresi yang kian menganga. Tak ada satupun tempat untuk ia mengadu atas kepedihannya dalam hidup.
Akhirnya anak-anaknya digorok karena alasan kasih sayang. Pikirannya buntu untuk menemukan jalan keluar. Bagaimana caranya agar anak-anaknya tidak merasakan penderitaan seperti yang ia rasakan.
Inilah sekelumit potret kusutnya benang kehidupan di masa sekarang. Nyawa manusia melayang dengan mudahnya. Tak ada lagi keunggulan manusia sebagai makhluk paling tinggi dalam strata evolusi. Tak ada lagi kemuliaan umat Nabi Muhammad yang terlindungi jiwa dan raganya dalam sistem saat ini.
Hidup bak di hutan rimba. Penuh ancaman dan ranjau mematikan. Para penguasa sibuk melanggengkan kekuasaan. Rakyat tersayat karena harus jungkir balik mempertahankan kehidupan. Ironis.
Jika kita runut, apa yang salah dengan kehidupan saat ini?
Maka bisa kita pastikan fakta-fakta di atas bukanlah karena kesalahan orang per orang yang tak mampu bertahan mengarungi kerasnya kehidupan.
Namun semua itu terjadi karena culasnya sistem kehidupan yang diterapkan. Sistem yang penuh kebohongan. Ditambah lagi krisis kepemimpinan yang sudah tak terbantahkan. Pemimpin dalam sistem ini adalah para boneka yang sudah buta dan tuli dari gong keperihan hidup rakyatnya.
Inilah era Ruwaibidhah yang diceritakan oleh Baginda Rasulullah SAW dalam Al-Mustadrak ‘ala as-Shahihain, V/465):
"Akan tiba pada manusia tahun-tahun penuh kebohongan. Saat itu, orang bohong dianggap jujur. Orang jujur dianggap bohong. Pengkhianat dianggap amanah. Orang amanah dianggap pengkhianat.
Ketika itu, orang ruwaibidhah berbicara. Ada yang bertanya, ‘Siapa ruwaibidhah itu?’ Nabi menjawab, ‘Orang bodoh yang mengurusi urusan orang umum." (HR. Al-Hakim).
Abu Hurairah r.a. menyampaikan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Jika amanah telah disia-siakan, maka tunggulah kiamat.”
Dia (sahabat) bertanya, “Bagaimana yang dimaksud dengan menyia-nyiakan amanah?”
Nabi menjawab, “Ketika urusan itu diserahkan kepada orang yang tidak ahlinya, maka tunggulah kiamat.” Maksudnya, “Ketika urusan itu diserahkan kepada mereka… Karena Allah SWT memberi amanah kepada para imam dan penguasa untuk mengurus hamba-Nya. Mewajibkan mereka memberikan nasihat kepada para penguasa. Mestinya, mereka mengangkat ahli agama dan orang yang amanah untuk mengurusi urusan umat. Jika mereka menyerahkan kepada yang bukan ahli agama, berarti mereka benar-benar menyia-nyiakan amanah yang Allah fardukan kepada mereka.” (HR. Bukhari).
Begitu tegasnya Nabi mengabarkan tentang amanah kepemimpinan. Sampai-sampai menyia-nyiakan amanah itu digambarkan bak datangnya kiamat.
Ironisnya saat ini kita hidup dalam sistem kapitalisme yang dipimpin oleh para penguasa zalim yang tak paham agama.
Mereka lebih berhasrat pada perpanjangan kekuasaan dibandingkan kesejahteraan masyarakat.
Mereka nyatanya adalah para penganut klenik akut yang justru lebih gencar memprogandakan ajaran khurafat.
Sebaliknya mereka justru sangat memusuhi Islam, para penganutnya sampai para pendakwahnya. Kebencian akut ini tak pelak justru semakin membuktikan kebenaran hadis di atas.
Allah SWT mengingatkan dalam Al-Qur'an:
فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَذَبَ عَلَى اللَّهِ وَكَذَّبَ بِالصِّدْقِ إِذْ جَاءَهُ ۚ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ
Artinya: "Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat kebohongan terhadap Allah dan mendustakan kebenaran yang datang kepadanya? Bukankah di neraka Jahanam tempat tinggal bagi orang-orang kafir?" (QS. Az-Zumar ayat 32)
Masihkah kita tahan hidup dalam kepemimpinan para Ruwaibidhah ini?
Masihkah kita rida hidup dipecundangi oleh sistem yang sangat tidak adil bagi kita?
Jika tidak, mari kembali pada fitrah kita sebagai Muslim yang membenarkan dan menginginkan hidup diatur oleh aturan sang Pencipta yaitu Allah SWT.
Islam adalah agama fitrah yang memiliki aturan komprehensif untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan hidup. Islam juga memiliki Thariqah untuk mewujudkan aturan ini.
Pemimpin dalam Islam adalah mereka yang terpercaya memiliki kapabilitas keimanan dan kemampuan meriayah umat. Tak sedikitpun mereka berkhidmat melayani rakyat selain karena Allah SWT.
Sistem Islam dan pemimpin Islami adalah kunci kebahagiaan manusia yang menginginkan kedamaian, kesejahteraan, keadilan dan keberkahan Allah SWT dalam kehidupannya.
Maukah sahabat ikut merasakan indahnya hidup dalam sistem Islam dan diayomi oleh pemimpin yang adil? Mari perjuangkan Islam.
0 Komentar