Oleh: Nasrudin Joha
Pengamat Politik
Sejatinya, perang Rusia-Ukraina itu bukan untuk Islam atau atas nama Islam, sehingga umat Islam tidak boleh terjerumus dalam narasi dukungan ataupun menentang, apalagi ikut berperang menjadi salah satu diantaranya. Pemahaman yang lebih dalam tentang konflik ini diperlukan agar umat Islam dapat memanfaatkan peluang dan tantangan yang ada.
Benar, bahwa umat Muslim ada yang menjadi penduduk di Rusia dan Ukraina. Mereka diperintah oleh pemimpin kufur baik secara langsung atau tidak mempengaruhi arah peperangan. Situasi inilah yang semakin mengharuskan umat Islam untuk memiliki entitas negara sendiri yang benar-benar berdiri dengan manhaj al-Qur'an dan as-Sunnah, yang bervisi untuk menerapkan Islam dan melindungi setiap tetes darah dan kemuliaan umat Islam.
Oleh karena itu untuk memahami lanskap politik Perang Rusia-Ukraina, kita perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1. Pasca disintegrasi Uni Soviet, Rusia sebagai penerus rezim Soviet masih berambisi menjadi kekuatan dunia, dan telah menetapkan politik luar negeri untuk membangun dan mempertahankan kekuatan di negara-negara bekas Uni Soviet sehingga tidak kehilangan kontrol kekuasaan.
Armenia, Azerbaijan, Belarusia, Estonia, Georgia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Latvia, Lituania, Moldova, Tajikistan, Turkmenistan, Ukraina, dan Uzbekistan.
2. Semua konflik di negara-negara bekas Soviet, termasuk kekejaman tirani negara-negara bekas Soviet, tidak pernah lepas dari kendali Rusia. Contohnya Karimov yang menekan umat Islam dengan keji di Uzbekistan dan merumuskan kebijakan tentang penindasan terhadap umat Islam, yang tidak dapat dilakukan tanpa dukungan Rusia.
3. Rusia melihat bahwa Ukraina adalah negara strategis yang perlu dilindungi dalam perang ini agar tidak lepas kontrol Rusia terhadapnya, karena:
- Pertama, Ukraina secara geografis merupakan benteng terluar Rusia, terhubung dengan wilayah Eropa dan laut lepas. Ukraina adalah lokasi yang strategis untuk melindungi tanah Rusia dari ancaman eksternal. Wilayah Ukraina dapat menjadi titik masuk darat dan laut untuk mobilisasi pasukan untuk tujuan menyerang Rusia.
Doktrin pertahanan militer selalu berorientasi pada menutup celah dari serangan langsung musuh. Ukraina adalah benteng alami Rusia sampai Rusia benar-benar diserang oleh musuh. Rusia tampaknya sedang mengejar "Doktrin Monroe Amerika", yang pada dasarnya tidak mengizinkan negara asing mana pun untuk memiliki peluang sekecil apa pun untuk menyerang Rusia melalui Ukraina.
- Kedua, Ukraina tidak boleh bergabung dengan NATO atau menjadi mitra aliansi strategis NATO, karena ini akan menjadi alat strategis bagi Amerika Serikat untuk mengontrol negara-negara kawasan, yang dapat melemahkan pengaruh Rusia terhadap negara-negara bekas Uni Soviet.
Seperti yang kita ketahui bersama, setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, Pakta Warsawa juga dibubarkan. Namun, NATO yang dibentuk untuk mengimbangi Pakta Warsawa tidak bubar. NATO masih dipertahankan oleh AS sebagai sarana intervensi militer untuk mendukung kebijakan imperialis AS.
- Ketiga, Ukraina adalah prototipe ketidaktaatan di negara-negara bekas Soviet, jadi Rusia berkepentingan untuk segera "mendisiplinkannya" agar tidak mempengaruhi otoritasnya di depan negara-negara bekas Soviet lainnya.
Kehadiran pasukan Chechnya yang membantu invasi Rusia menegaskan hal ini. Pengerahan pasukan Chechnya tidak terlepas dari intervensi Rusia di negara-negara bekas satelit Soviet yang berada di bawah kendali Rusia.
- Keempat, Ukraina merupakan jalur penting bagi kegiatan ekonomi yang masuk dan keluar Rusia, terutama yang menghubungkan Rusia dengan Eropa. Ukraina bukan hanya benteng strategis, tetapi juga lokasi yang strategis bagi kepentingan ekonomi Rusia. Jika negara itu jatuh di bawah kendali NATO (Amerika Serikat), maka kepentingan ekonomi kawasan itu akan terganggu karena sumber bahan baku atau pasar pasti akan dikuasai AS.
Seperti yang kita ketahui bersama, dalam beberapa isu internasional, Amerika Serikat selalu menggunakan NATO sebagai sarana intervensi untuk menjadi preman yang menjaga wilayah pasar AS, memungkinkan Amerika Serikat untuk mengontrol harga sumber daya alam dan bahan mentah lainnya serta produk industri. Hal tersebut sejalan dengan kebijakan ekonomi AS, yaitu: mengeksploitasi negara jajahannya, Menjadikannya sebagai sumber bahan baku dan pasar barang-barang manufaktur AS, AS akan menjadi pihak yang berhak mengontrol harga yang dijamin oleh NATO.
- Kelima, Perang Rusia-Ukraina juga menjadi ajang bagi Rusia untuk pamer kepada dunia, terutama kepada lawan politiknya, Amerika Serikat dan NATO, bahwa Rusia kini menjadi negara yang kekuatan militernya tidak bisa dipandang sebelah mata. Rusia sekarang sedang bangkit, dan bahkan akan setara dengan bekas Uni Soviet.
Rusia perlu pamer dan menunjukan kekuatan besar bukan hanya dimiliki AS, termasuk Jerman, Prancis, dan Inggris, harus tahu bahwa mereka tidak bisa meremehkan Rusia. Meski tidak murni mewakili ideologi sosialis era Soviet, di bawah dunia yang di pimpin Amerika Serikat, Rusia bersatu dengan China, Korea Utara, dan beberapa negara penganut Ideologi yang sama. Untuk melawan kapitalisme global seperti di Inggris, Perancis dan Jerman.
4. Amerika Serikat hanya ingin "memikat" Ukraina untuk bergabung dengan NATO, namun tidak terlalu mendukung Ukraina melawan Rusia. Rupanya, tidak ada satu pun tentara atau pesawat militer Amerika yang digunakan untuk menyerang Rusia hingga hari kelima perang. Amerika Serikat hanya melakukan beberapa aksi untuk menipu dunia, seolah-olah Amerika Serikat peduli dengan Ukraina.
Strategi politik AS dalam konflik Rusia-Ukraina adalah sebagai berikut:
- Pertama, AS menciptakan ketegangan di kawasan hanya untuk melemahkan Rusia. Bagi AS, perang tersebut menguntungkan karena siapa pun yang menang akan melemahkan kawasan tersebut, memungkinkan AS menembus kawasan tersebut dan memperkuat pengaruhnya di negara-negara bekas Soviet.
- Kedua, AS hanya akan beroperasi di belakang layar sambil tetap memprovokasi untuk selalu menciptakan pasar senjata. Selain itu, Amerika Serikat akan menjual senjata ke Ukraina untuk melawan Rusia. Dari perspektif ini, Amerika Serikat adalah penerima manfaat yang nyata.
- Ketiga, Amerika Serikat tidak memiliki banyak ambisi untuk mengizinkan Ukraina bergabung dengan NATO, karena Ukraina juga setia kepada UE. Jelas, sebelum perang usai, Ukraina mengajukan permohonan untuk bergabung dengan Uni Eropa.
- Keempat, Amerika Serikat, yang mengikuti Doktrin Monroe, percaya bahwa pengiriman pasukan ke Ukraina tidak masuk akal, karena tidak ada hubungannya dengan kepentingan nasional Amerika Serikat dan tidak akan menimbulkan ancaman bagi keamanan strategis negara Amerika Serikat. Amerika Serikat hanya akan memasok senjata ke Ukraina dan menggunakan situasi ini untuk mengisolasi Rusia dari komunitas internasional dan menjatuhkan berbagai sanksi ekonomi padanya.
- Kelima, imperialisme AS sebagai negara yang menganut ideologi kapitalis hanya memanfaatkan situasi di bekas Uni Soviet untuk mencari keuntungan dan untuk melakukan penjajahan gaya baru (neo-imperialisme). Sejauh ini, keserakahan ideologi kapitalis telah membenarkan banyak perang yang meletus di seluruh negeri dan membawa kesengsaraan bagi dunia.
5. Inilah yang terjadi dalam perang Rusia-Ukraina. Karena perbedaan kepentingan, Amerika Serikat dan Rusia menjadi musuh dalam masalah Ukraina lalu menjadi perhatian dunia. Sangat kontras dengan situasi pembantaian umat Islam di Suriah.
Di Suriah, Amerika Serikat dan Rusia telah bergabung untuk membantu rezim Syiah Nusyairiyah Bashar Assad membantai Muslim di sana. AS memainkan peran dalam melegitimasi Holocaust dengan narasi teroris, sementara Rusia membantu mengarahkan intervensi militer, mengirimkan banyak pesawat tempur untuk membom Muslim di Suriah.
6. Oleh karena itu, umat Islam tidak perlu memihak Rusia atau Amerika Serikat, karena keduanya adalah negara kafir imperialis yang tidak adil terhadap umat Islam. Di sisi lain, umat Islam harus mengintensifkan perjuangan mereka untuk pendirian Khilafah di tengah pemusatan kekuatan Barat dan perpecahan Amerika Serikat, termasuk Rusia, atas Ukraina. Kini saatnya seluruh umat Islam bekerja sama untuk mengidentifikasi suatu wilayah yang akan dijadikan sebagai titik tolak berdirinya daulah Khilafah.
Juga, dengan Khilafah, umat Islam akan menegakkan hukum Syariah, menerapkan hukum Allah ï·», menyebarkan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia dan akan berpartisipasi dalam Jihad dengan dukungan bendera Islam. Sungguh, Allah ï·» akan berkenan dan membantu hamba-hamba-Nya.
0 Komentar