Oleh: Wina Fatiya
Ucapan Menag yang viral tentang azan sungguh menyakitkan hati. Mengapa harus menyamakan dengan gonggongan segerombolan a*j*ng yang ada tempat yang sama? Apakah tidak ada ucapan lain yang lebih manusiawi?
Misal suara teriakan orang di paduan suara gitu... Atau suara bel yang dibunyikan barengan kan bisa. Semoga ungkapan "Lisanmu menggambarkan isi kepalamu" tidak tepat dalam hal ini.
Mungkin Bapak lupa bahwa azan bukanlah bukti penguasaan mayoritas terhadap minoritas, tapi ia adalah syariat yang di ilhamkan Allah SWT kepada mereka yang tidak mau ketinggalan salat.
Salat adalah ibadah penting dan merupakan amal yang pertama kali akan dihisab. Negara harusnya hadir dalam urusan ini supaya umat selamat kelak di akhirat. Apakah Menag sekarang mengurusi urusan salat umat? Kok azannya yang dipermasalahkan bukan orang-orang yang tidak salatnya?
Bukankah ada hukum Islam tentang orang-orang yang meninggalkan salat. Mereka akan di-ta'jir jika meninggalkan salat dengan sengaja. Ini hukum Islam yang akan dilewat begitu saja ya?
Mungkin Bapak lupa dahulu Rasulullah SAW dan para sahabat begitu serius membahas tentang panggilan untuk salat. Sampai Abdullah ibn Zaid dan Umar bin Khathab sama-sama memimpikan lafaz azan yang sama. Lafaz yang sampai hari ini bisa kita nikmati dari kumandang azan.
Lantas mengapa kini malah dipermasalahkan azan yang rame? Bukankah azan yang rame itu menandakan umat masih sadar agama? Menurut Bapak itu baik atau buruk ya?
Jika yang diatur adalah masalah keras atau tidak, bukankah azan yang paling afdhol itu yang paling keras ya.
Mungkin Bapak lupa hadist:
"karena sesungguhnya tidak ada manusia, jin atau suatu hal lain yang mendengar panjangnya suara muadzin kecuali ia menjadi saksi bagi muadzin tersebut di hari kiamat." (HR Bukhari)
Makin jauh suara azannya terdengar, makin banyak calon-calon saksi kebaikan kelak di hari kiamat, siapa yang tidak mau?
Mungkin Bapak lupa hadist bahwa Adzan itu bisa mengusir setan sebagaimana hadist, "Apabila diserukan Adzan untuk solat, syaitan pergi berlalu dalam keadaan ia kentut hingga tidak mendengar Adzan. Bila mu’adzin selesai mengumandangkan adzan, ia datang hingga ketika diserukan iqomat ia berlalu lagi." (H. R. Bukhori, Muslim).
Setan itu takut mendengar suara azan yang pelan sekalipun. Karena dalam azan terkandung lafadz-lafadz tauhid juga ajakan kebaikan yang sangat dimurkai setan. Lantas mengapa Bapak juga tidak suka dengan azan itu? Apakah karena toleransi kepada orang-orang yang yang tidak suka azan? Bukankah itu hal disukai setan?
Mungkin Bapak lupa bahwa azan juga menjadi salah satu sumber pahala. Sebagaimana hadis, “Seandainya orang-orang mengetahui pahala yang terkandung pada adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak mungkin mendapatkannya kecuali dengan cara mengadakan undian atasnya, niscaya mereka akan melakukan undian,” (HR Bukhari dan Muslim).
Inilah yang menjadi motivasi ruhiyah mengapa para muazin itu berlomba untuk mengumandangkan azan. Bukan karena ingin terlihat superior atau sengaja ingin mengganggu umat agama lain. Tapi karena itu adalah sumber pahala yang besar di sisi Allah. Apakah itu salah Pak?
Mungkin Bapak lupa bahwa orang yang azan kelak akan Allah masukkan ke surga. Sebagaimana hadist:
“Tuhanmu takjub kepada seorang penggembala domba di puncak bukit gunung, dia mengumandangkan azan untuk shalat lalu dia shalat. Maka Allah SWT berfirman, ‘Lihatlah hamba-Ku ini, dia mengumandangkan azan dan beriqamat untuk shalat, dia takut kepada-Ku. Aku telah mengampuni hamba-Ku dan memasukkannya ke dalam surga.”(HR Abu Dawud dan An Nasa’)
Kita kaum muslim sangat syahdu jika mendengar suara azan. Mungkin sama dengan mereka non-muslim ketika mendengar lonceng atau nyayian religi di gereja atau ketukan kayu di wihara juga ritual di pura. Apakah pernah orang Islam mempermasalahkan suara agama lain? Bahkan diumpamakan seperti suara binatang, apakah pernah?
Bahkan perayaan berbagai agama mewarnai hari raya mereka di Indonesia, bahkan di tempat-tempat umum dengan suara yang jauh lebih lantang daripada azan di mushola, apakah pernah ini dipermasalahkan?
Apakah benar keadilan agama itu akan tercipta dengan meredam suara azan? Padahal selama ini orang non-muslimpun paham azan adalah bagian ritual umat Islam. Bahkan beratus tahun lamanya sudah dilakukan. Mengapa azan dianggap tidak adil?
Semoga Bapak tidak lupa tentang ayat ini yang menyebutkan:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. Al Hasyr ayat 19)
Allah SWT Maha Baik. Sudah mengingatkan orang Islam yang barangkali lupa. Lupa bahwa mereka itu beragama Islam. Lupa bahwa mereka justru harus membela Islam. Lupa bahwa musuhnya adalah setan. Lupa bahwa Islam itu Rahmat bagi seluruh alam. Lupa bahwa toeransi akan tercipta bukan dengan mengorbankan ajaran agama.
Semoga kita bukan bagian orang-orang yang lupa dengan dirinya dan dengan agama-Nya.
0 Komentar