HENTIKAN PERMAINAN ORANG KAFIR DENGAN KHILAFAH


Oleh: Wina Fatiya

Kaum muslim tersayat lagi. Kini giliran umat Islam yang ada Karnata, India. Para Muslimah yang berjilbab disana dilarang masuk ke sekolah atau kampus mereka. Pelarangan ini merupakan instruksi langsung dari Kementerian Pendidikan India. Bukan hanya pelarangan, tapi pelecehan dan intimidasi juga dialami oleh para Muslimah disana.

Memang kaum Muslim di Karnataka adalah minoritas. Jumlahnya hanya sekitar 15 persen. Di bawah Pemerintah Karnataka yang dikuasai Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata Party (BJP) kaum muslimin semakin tertindas.

Apalagi di bawah kekuasaan Perdana Menteri Narendra Modi, muslim di India menjadi kelompok minoritas terbesar yang mengalami penindasan di dunia. Hal itu karena kebijakan yang dikeluarkannya selalu mengintimidasi kaum muslimin di sana.

Pada Desember 2019, pemerintah India mengeluarkan RUU kewarganegaraan yang menolak mengakui warga Muslim sebagai penduduk India. RUU ini memantik protes kemarahan dan aksi kekerasan dari masyarakat.

Selain itu dalam kurun sepuluh tahun terakhir, 90 persen korban kekerasan adalah kaum Muslimin. Faktanya para pelaku kekerasan ini rata-rata bebas dari hukuman. Namun sebaliknya peraturan demi peraturan yang merugikan kaum Muslim dibuat oleh pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi. Hukumannya mulai dari penjara hingga diusir dari India.

Tak hanya itu, kaum Muslim disana sering dipaksa mengucapkan slogan partai Hindu padahal isinya adalah puji-pujian kepada dewa-dewa mereka. Bahkan masjid-masjid di India juga sering mengalami penyerangan seperti disemprot dengan kotoran sapi. Imbasnya banyak kaum Muslim yang mengungsi ke luar India karena rumah dan tempat usahanya sering diserang warga Hindu.

Inilah satu potret kaum Muslim minoritas di negeri mayoritas kafir. Nyata-nyata kaum Muslim minoritas, di manapun, di belahan dunia selalu tertindas dan menderita. Muslim Uighur di Xinjiang, di Myanmar, Thailand, Pakistan, Bosnia, Palestina, Irak, Suriah dan negara lainnya.

Pertanyaannya mengapa? Bukankah ada PBB sebagai wadah perdamaian dunia? Bukankah ada AS sebagai polisi dunia yang selalu menggaungkan HAM dan keadilan, dimana mereka saat kaum Muslim minoritas itu tertindas?

Hal ini sudah selayaknya menjadi bukti nyata bahwa kaum Muslim tidak bisa menggantungkan harapan kepada mereka; PBB, AS atau lembaga-lembaga dunia lainnya. Mereka hanya sepakat dalam satu kata, yaitu kepentingan hegemoni. Jika gangguan itu akan menggoyangkan kepentingan hegemoni mereka, maka mereka bergerak. Namun jika itu adalah Islam, mereka bungkam. Ketidakadilan yang sungguh terpampang nyata.

Sudah seharusnya kaum Muslim menyadari bahwa dunia saat ini butuh satu tatanan dan hegemoni baru yang akan menciptakan keadilan bagi mereka.

Tatanan itu bukan berasal dari kaum kafir sebab mereka akan terus bermain-main dengan kaum Muslim. Bahkan mereka akan terus terperdaya dalam kesesatannya. Sebagaimana Al-Qur'an mengabarkan dalam Surat Al-Ma'arij ayat 42:

فَذَرْهُمْ يَخُوضُوا وَيَلْعَبُوا حَتَّىٰ يُلَاقُوا يَوْمَهُمُ الَّذِي يُوعَدُونَ
Maka biarkanlah mereka tenggelam (dalam kebatilan) dan bermain-main sampai mereka menjumpai hari yang diancamkan kepada mereka,(QS. Al-Ma’arij Ayat 42)

Ayat ini mengabarkan bahwa kaum kafir itu akan terus tenggelam dan bermain dalam kesesatannya. Tidak adanya pelindung (junnah) kaum Muslim makin membuat mereka menikmati permainannya.

Hanya jika kaum Muslim terjaga jiwa, harta, tahta dan kehormatanya dalam naungan Khilafah lah mereka akan berhenti bermain. Sebab khilafah adalah institusi yang akan menegakkan keadilan di semua lini. Khilafah lah yang akan menciptakan kedamaian dan perdamaian dunia yang selama ini hanya diimpikan oleh sistem kapitalisme.

Kita harus meneladani Rasulullah SAW sebagaimana dulu beliau menegakkan keadilan.

Sebagai seorang kepala negara, beliau mengirimkan pasukan untuk menghukum Bani Qainuqa yang sudah melecehkan seorang wanita di pasar. Juga membunuh kaum Muslim yang membela wanita itu.

Benteng Yahudi Bani Qainuqa dikepung selama 15 hari 15 malam atas titah Baginda Nabi. Mereka akhirnya menyerah karena sudah tak mampu lagi bertahan menahan kepungan. Akhirnya mereka diusir dari Madinah.

Begitulah ketegasan, keadilan dan kehormatan kaum Muslim bisa direalisasikan tatkala ada institusi yang menaunginya. Saat ini institusi itu tidak ada. Kaum Muslim tercerai-berai dalam sekat Nasionalisme yang membuat ikatan aqidah dan ukhuwah itu terdispersi.

Sudah saatnya kaum Muslim bersatu tanpa kompromi memperjuangkan khilafah yang merupakan solusi. Namun ingat musuh tidak pernah diam dan membiarkan kaum Muslim bersatu dan sadar.

Untuk itulah perlu terus digaungkan dakwah syariah dan khilafah yang lebih masif. Disamping terus menggaungkan doa yang menggetarkan langit supaya pertolongan Allah segera hadir dengan tegaknya khilafah.

Wallhu'alam bi Showab

Posting Komentar

0 Komentar