Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Nampaknya rezim ini tidak mau belajar dari kasus pencabutan BHP HTI beberapa tahun yang lalu. Pada mulanya, rezim merasa lega, bahagia dan bangga, mampu mencabut BHP HTI. Harapannya, HTI mati untuk selamanya.
Namun pada faktanya, pembungkaman terhadap HTI melalui pencabutan BHP HTI bukan membunuh ide HTI, tapi mampu mentransformasi ide dan perjuangan HTI termasuk simbol yang dianggap eksklusif milik HTI menjadi milik umat. Siapapun pasti sepakat, bahwa Khilafah adalah ajaran Islam bukan ajaran HTI. Siapapun sepakat, bendera tauhid adalah bendera Islam bukan bendera HTI.
Hari ini, rezim berusaha untuk melakukan pembungkaman untuk yang kesekian kalinya. Wacana eks HTI dilarang ikut Pemilu, Pilpres dan Pilkada menjadi senjata yang ingin membunuh ide Khilafah agar tak sampai pada kekuasaan. Logika yang ingin dibangun, jika eks HTI tidak boleh ikut Pemilu, Pilpres dan Pilkada, maka ide Khilafah tidak akan mungkin masuk ke tampuk kekuasaan baik melalui lembaga legislatif maupun eksekutif. Dan masih menurut praduga rezim, selamanya ide khilafah tak akan sampai pada tampuk kekuasaan.
Sekali lagi, rezim dungu ini benar benar tidak paham bahwa logika kekuasaan Khilafah tidak tunduk pada demokrasi. Tetapi tunduk, taat dan patuh pada logika dakwah dan metode perjuangan Rasulullah Saw yang pada akhirnya mendapatkan kekuasaan di Madinah. Rasulullah tidak pernah menempuh jalur politik kekuasaan untuk sampai ditampuk kekuasaan, melainkan menggunakan jalur umat, politik keumatan, jalur rakyat.
Begitu pula kembalinya Khilafah yang kedua, sebagaimana telah dijanjikan. Khilafah tidak akan tegak melalui jalur politik demokrasi, baik melalui Pilpres, Pemilu maupun Pilkada. Khilafah akan tegak melalui jalur umat menggunakan aktivitas dakwah.
Dakwah ditengah umat, yang menyadarkan umat akan kerusakan demokrasi, memahamkan umat tentang realitas Khilafah, memicu umat merindukan Khilafah dan ingin agar membuang demokrasi, lambat laun akan mengkonsolidasi umat untuk berjuang bersama menegakkan Khilafah. Hingga pada saat yang ditetapkan, Allah SWT turunkan pertolongan, dan umat mampu membaiat Khalifah untuk memimpin Negara Khilafah.
Saat ini sedang terjadi pematangan pemikiran ditengah umat, dan rezim justru menyulut bara api agar pematangan lebih cepat terjadi. Tindakan persekusi, kriminalisasi hingga pembungkaman yang dilakukan oleh rezim, semakin menambah muak umat pada demokrasi.
Rezim sendiri yang memaksa umat, untuk memilih berdiri disamping rezim atau berada bersama pejuang Islam dan gerakan Islam. Tentu saja, umat memilih segera berada dan bersama pejuang Islam, karena menyadari rezim lah yang selama ini menzaliminya.
Akan terjadi migrasi besar-besaran arus politik kepartaian menuju politik keumatan. Siapapun anak bangsa yang lahir dari rahim Umat ini, yang ikhlas, yang ingin memperbaiki keadaan, pasti akan meninggalkan politik kepartaian melalui Pemilu, Pilpres dan Pilkada menuju politik keumatan dengan sarana dakwah.
Politik menjadi semakin cair, tidak bisa dikendalikan rezim. Meski partai politik telah diikat dengan komitmen koalisi, telah mendapatkan jatah menteri, bukan berarti rezim akan aman. Sebab, masih ada gerakan politik keumatan yang terus berkonsolidasi dan semakin membesar.
Apa dan siapapun tak akan mampu membendung Khilafah. Semua yang telah dijanjikan dan dikabarkan akan kembali, mustahil Allah SWT ingkari. Dan yang demikian itu, amat mudah bagi Allah SWT untuk mewujudkannya. [].
0 Komentar