![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj03yGv9ildSZAexCarYdRXlPFdPJ11BTZmEAypH5U3NsQa0RNuvFHp4KNjnU4PZxpvW1iAkO1hQqad3ZLxNWL66r27W6zISdzjonfNawRlTa0DqdEwwwOBSBTnK0EED_A6K_NUZBghQg/w640-h394/Gudang-Opini-Khilafah-Menyatukan.jpg)
Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Sebelum berjuang, kita musti berfikir. Berfikir ada dua jenis. Pertama berfikir Tasri'iyah, ini berkaitan dengan sandaran teologi perjuangan. Kedua, berfikir logika dan rasionalitas. Dua hal ini, tak boleh ditinggalkan.
Tentang wajibnya Khilafah, kita tak sulit menemukan banyak Nash Syara' baik Al Qur'an maupun as Sunnah, baik dengan bahasa eksplisit (sorih) maupun implisit (maknawi) yang menjelaskan ihwal Khilafah. Secara fiqh, para ulama lintas mahzab juga telah sepakat tentang wajibnya Khilafah.
Adapun Pancasila, tidak memiliki basis legitimasi baik dari dari Al Qur'an maupun as Sunnah. Tak ada pula, kesepakatan ulama mahzab tentang Pancasila, bahkan tak ada pula yang menyinggungnya (membahas) dalam kitab-kitab mereka. Jadi, dapat disimpulkan perjuangan yang bertujuan menegakan Pancasila tidak memiliki basis teologis.
Dalam pentas sejarah, tak ada pula jejak Pancasila telah mampu menorehkan sejarah emas. Yang ada, Pancasila selalu diiringi sejarah kelam, karena dijadikan alat politik penguasa untuk menggebuk kelompok Islam. Sejak Orde Lama Soekarno, Orde Baru Soeharto, hingga Orde Hoax saat ini, Pancasila tak pernah mewujudkan kesejahteraan. Pancasila hanyalah alat politik untuk menggebuk umat Islam.
Misalnya, Masyumi dibubarkan karena dianggap musuh pancasilais. Dan saat ini, HTI dan FPI Juga mengalami hal yang sama, digebuk dengan dalih narasi bertentangan dengan Pancasila.
Sementara Khilafah, memiliki sejarah agung, mampu menghimpun banyak umat dan bangsa dalam satu kesatuan Umat, satu kesatuan akidah, satu kesatuan kepemimpinan dibawah komando seorang Khalifah. Kekuasaan Khilafah bahkan di Eropa mampu meliputi Yunani, Yugoslavia, hingga berhenti di Gerbang Wina. Seluruh Timur Tengah, Asia Timur Jauh, Afrika hingga sebagian Eropa mampu disatukan oleh Khilafah.
Khilafah juga telah mampu menorehkan sejarah agung, dengan pesatnya ilmu pengetahuan, kemakmuran rakyat, dan tingginya budaya dan peradaban manusia dibawah asuhan Khilafah. Prinsipnya, kegemilangan peradaban yang mampu dibangun Khilafah melampaui peradaban apapun yang pernah dicapai umat manusia sebelum dan sesudahnya.
Lagipula, perjuangan Khilafah yang bervisi misi menerapkan Al Qur'an dan as Sunnah sampai ke akhirat. Saat diakhirat, ketika ditanya untuk apa waktu, tenaga, pikiran dan harta dicurahkan, ketika kita menjawab untuk memperjuangkan Khilafah, maka niscaya akan berpahala. Para pejuang Khilafah juga akan dikumpulkan dengan para punggawa khilafah terdahulu, baik dari generasi Abu Bakar RA, Umar RA, Ustman RA, Ali RA, Bani umayah, Bani Abbasiyah hingga Kekhilafahan Turki Utsmani.
Saya tidak tahu, apakah perjuangan dan pengorbanan baik waktu, tenaga, pikiran dan harta dicurahkan, untuk Pancasila apakah berpahala. Saya juga tidak tahu, di akhirat kelak pejuang Pancasila dikumpulkan dengan siapa.
Karena itu, sebelum berjuang kita harus memilih perjuangan apa yang memuaskan akal, sesuai dengan fitrah kita sebagai hamba Allah SWT, dan perjuangan itu menentramkan hati. Dan karena itu semua, saya memilih menjadi pejuang Khilafah bukan pejuang Pancasila.
Perjuangan Khilafah maknanya mengembalikan hukum Allah SWT, menyatukan seluruh umat Islam dan menyebarkan risalah Islam ke seluruh penjuru alam. Sampai akhirnya, risalah Islam yang agung akan mampu memasuki Gerbang Kota Roma. [].
0 Komentar