DISAAT YANG LAIN PUTUS ASA DENGAN KEADAAN, SAYA JUSTRU OPTIMIS DENGAN KHILAFAH


Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Saya sebenarnya sangat bahagia, di tengah Ghazali man rezim yang makin menggila. Karena saya yakin ini bukan berarti tanda akhir dari perjuangan. Justru ini adalah titik awal, untuk menjelaskan masa depan umat ini adalah Khilafah.

Rezim ini makin dzolim? Ekonomi makin sulit? Utang negara makin menumpuk? Pembelahan di tengah umat makin tajam? Semua ikhtiar melalui jalur yang disediakan demokrasi buntu? Semua upaya untuk mengontrol kekuasaan, lumpuh?

Ya, bagi yang menempuh jalan demokrasi mungkin saja sudah putus asa. Bagi yang mengambil ikhtiar melalui sarana dan pranata sosial yang disediakan demokrasi mungkin saja sudah tidak memiliki harapan.

Saya bahagia bukan berarti saya senang melihat penderitaan yang dialami rakyat. Saya bahagia bukan berarti saya bersyukur negara ini punya banyak masalah. Saya bahagia bukan berarti saya senang rakyat didzolimi.

Saya bahagia karena saya menemukan jalan Islam. Saya bahagia karena saya meyakini dakwah khilafah itu adalah solusi bagi seluruh problematika yang dihadapi umat ini. Saya bahagia karena saya mampu melihat bahwa masa depan Islam semakin dekat. Saya melihat bahwa Khilafah sebentar lagi akan tegak, seperti salat subuh yang sebentar lagi sampai pada saat matahari terbit.

Saya optimis dengan jalan perjuangan ini. Saya optimis meniti jalan dakwah untuk menegakkan khilafah. Karena hanya khilafah satu-satunya harapan.

Mau mengambil sosialisme-komunisme? Jelas tidak mungkin. Mau melanjutkan kapitalisme demokrasi sekuler? Sudah tidak tahan lagi. Ya satu-satunya jalan, kembali kepada Islam, kembali kembali pada Syariah, kembali kepada Khilafah.

Saya melihat negeri ini seperti Madinah, sebelum datangnya Rasulullah Muhammad shallallahu salam. Madinah ketika itu kacau balau, terjadi pembelahan yang dahsyat, terjadi perang yang tiada henti antara Bani Aus dan khazraj.

Namun setelah Islam datang, setelah Rasulullah memimpin Madinah, setelah syariat Islam diterapkan di Madinah, masyarakat Madinah menjadi damai dan tentram. Masyarakat Madinah baik mereka yang muslim, yang Nasrani, Yahudi, Majusi Bani aus, bani Khazraj, kaum Anshar dan kaum Muhajirin, semuanya bersatu padu dalam ikatan Islam, ikatan daulah Islam.

Jangan dikira syariat Islam tidak bisa diterapkan di masyarakat yang majemuk. Jangan terlalu berhalusinasi bahwa syariat Islam itu hanya bisa diterapkan di komunitas yang homogen. Madinah yang dipimpin Rasulullah sangat heterogen, sangat majemuk, terdiri dari berbagai agama suku dan ras.

Ya sebenarnya tidak ada masyarakat yang homogen, masyarakat itu pasti heterogen. Islam memimpin masyarakat yang yang heterogen. Jadi jangan berdalih, silakan terapkan syariat Islam pada komunitas Islam saja. Syariat Islam itu diterapkan dan berlaku sebagai rahmat bagi semesta alam.

Jadi anda sekalian yang ingin optimis seperti saya, sudah saatnya banting setir. Sudah saatnya berijtihad politik untuk meninggalkan demokrasi. Sudah saatnya berijtihad politik untuk menempuh jalan dakwah khilafah. [].

Posting Komentar

0 Komentar