PAK JOKOWI, KOK UTANG TERUS SEH ?


Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Pemerintah kembali menarik utang luar negeri dengan jumlah cukup besar dalam waktu yang relatif berdekatan. Tak sampai dua minggu, total utang baru Indonesia membengkak lebih dari Rp 24,5 triliun.

Utang baru ini terkategori pinjaman bilateral. Rincian utang luar negeri itu berasal dari Australia sebesar Rp 15,45 triliun dan utang bilateral dari Jerman sebesar Rp 9,1 triliun. (21/11/2020).

Pemerintah mengklaim, penarikan utang baru dari Jerman dan Australia dilakukan untuk mendukung berbagai kegiatan penanggulangan pandemi Covid-19. Namun nampaknya, klaim pemerintah ini terbantahkan.

Ekonom senior sekaligus mantan Menteri Keuangan (Menkeu) Rizal Ramli, menyebut pemerintah keliru jika terus menambah utang luar negeri. Bahkan, APBN sudah kian parah, untuk bayar bunga utang saja, harus ngutang lagi. (21/11/2020).

Rizal Ramli yang juga mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia di era Presiden Jokowi tersebut berujar, Indonesia mulai kembali menumpuk utang dari pinjaman bilateral setelah sebelumnya banyak menarik utang dari obligasi. Nampaknya, pemerintah telah gelap mata, apapun permasalahan keuangan, utang telah menjadi solusi akhirnya.

Pemerintah sudah tak mampu menggenjot penerimaan APBN dari pajak atau pendapatan dari non pajak (migas). Pemerintah terjebak pada logika lama yang berbahaya, gali lobang tutup lobang. Dan boleh jadi, suatu saat tak bisa menggali lobang baru untuk menutupi lobang yang lama, akhirnya pemerintah terjerembab masuk dalam lobang dan terkubur didalamnya.

Celakanya, jika terus menerus dibiarkan, rakyatlah yang akan dipaksa masuk lubang dan ikut terkubur didalamnya. Sebab, utang yang ditumpuk Jokowi adalah utang negara, bukan utang pribadi Jokowi. Tetap saja, rakyat yang kebagian tanggung jawab membayarnya dengan pajak, padahal utang yang terus menumpuk ini akibat keteledoran mengelola Negara yang dilakukan rezim.

Bank Indonesia (BI) mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia hingga Agustus 2020 ini terus meningkat. Tercatat, posisinya meningkat menjadi 413,4 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 6 .076,9 triliun (kurs Rp 14.700). 

Sama seperti ULN Pemerintah, ULN swasta pada Agustus 2020 juga mengalami peningkatan. Pertumbuhannya pada akhir Agustus ini sebesar 7,9 persen (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada Juli 2020 sebesar 6,2 persen (yoy).

Entah apa yang terjadi jika Pemerintah bahkan swasta mengalami gagal bayar bersamaan. Sepintar-pintarnya gali lobang, orang juga akan terperosok ke jurang utang. Dan hal ini tidak diperhatikan pemerintah.

Pemerintah justru terus berbangga bisa berutang berdalih masih dipercaya dunia internasional. Utang bahkan menjadi andalan untuk menutup kebutuhan defisit APBN.

Pak Jokowi, kok utang terus seh ? Selama ini kan pemerintah kerja, kerja dan kerja. Kok masih terus utang, utang dan utang ? Mana hasil kerjanya ? Apakah yang dimaksud kerja, kerja dan kerja itu ya utang, utang dan utang ? [].

Posting Komentar

0 Komentar