Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional ke-28 yang berlangsung di Padang Pariaman, Sumatera Barat. Dalam sambutannya, Presiden Jokowi mengatakan, dalam menjalan amanat Alquran, muslim patut meneladani pribadi Nabi Muhammad SAW. Yakni kepribadian dengan kemuliaan akhlak yang bersumber dari Alquran.
"Kepribadian Nabi Muhammad SAW menebarkan kasih sayang dan menjauhkan diri dari perkataan serta perbuatan yang menyakiti sesama. Kita semua sebagai umatnya harus meneladani kemuliaan akhlak nabi," demikian, ungkap Jokowi dalam sambutannya, Sabtu (14/11/2020).
Pernyataan Tuan Presiden ini dalam konteks dakwah, perlu diluruskan dilihat dari beberapa aspek :
Pertama, akhlak Rasulullah Saw itu berlemah lembut pada orang beriman, sesama muslim, dan bersifat tegas (keras) kepada orang-orang kafir. Rasulullah Saw terkenal begitu lembut dan penuh kasih sayang terhadap para sahabat.
Namun, Rasullullah Saw atas perintah Wahyu juga dapat bersikap tegas dan mengeluarkan perkataan yang menyakiti orang kafir. Contohnya, pada saat turun surat Al Lahab, Rasulullah Saw mencela Abu Lahab dan menginformasikan bahwa Abu Lahan yang kafir dan memusuhi Islam beserta istrinya, menempati neraka.
Tentu perkataan Rasulullah yang merupakan kutipan al Qur'an sangat menyakiti Abu Lahab. Tapi karena itu perintah Allah SWT, sudah pasti tidak disukai orang kafir.
Dalam dakwah, orang yang diseru pada kebajikan dan dicegah dari yang mungkar bisa saja tidak mendengar dan merasa tersakiti. Rasa 'sakit' ini sifatnya subjektif, sementara dakwah sifatnya objektif.
Ketika rakyat negeri ini mengkritik kebijakan utang, juga kecenderungan pemerintah pro China, boleh jadi pemerintah sakit hati dan tidak terima. Tapi dakwah tetap wajib dilaksanakan, terlepas yang diseru menerima atau menolak, sakit hati bahkan memusuhi.
Kedua, akhlak Rasulullah Saw itu menerapkan hukum Islam, taat kepada Allah SWT. Jadi, Al Qur'an itu bukan sekedar dibaca dan diperlombakan. Semestinya, pemerintah menerapkan hukum-hukumnya.
Ketika hukum Al Qur'an diterapkan, sudah pasti ada bankir, koruptor, ahli maksiat sakit hati. Tapi kewajiban menerapkan hukum Al Qur'an itu tidak hapus, karena adanya penentangan dari orang yang bermaksiat.
Ketiga, dan ini yang paling relevan untuk diteladani, akhlak Rasulullah Saw itu terkenal jujur, amanah dan terpercaya. Rasulullah Saw tak pernah bohong, tak pernah ingkar, tak pernah khianat.
Pak Jokowi sudah terlalu jauh dari akhlak Rasulullah Saw ini. Pak Jokowi sering bohong, sering ingkar janji dan tidak amanah. Sudah banyak janji dan omongan Pak Jokowi yang tak terbukti.
Jadi selain mengajak masyarakat menebarkan kasih sayang dan menjauhkan diri dari perkataan serta perbuatan yang menyakiti sesama, yuk kita berusaha jujur, amanah dan terpercaya. Karena pemimpin pembohong, ingkar dan khianat itu sangat menyakiti hati rakyat. [].
0 Komentar