Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Ust Jati Kusumo, dipanggil Allah SWT tak lama setelah kepergian Ust Subhan Sayis dan Ust Nanang. Ketiga nama ini, untuk rekan pergerakan dan perjuangan Islam di Bekasi cukup familiar. Diberbagai kegiatan, aksi dan opini pergerakan Islam, ketiganya aktif dan dikenal di Bekasi.
Ust Jati Kusumo, dipanggil Allah SWT pada Ahad, 22 November 2020. Di berbagai GWA pergerakan maupun komunitas pejuang Bekasi, kabar ini ramai diperbincangkan. Para rekan dan teman saling berbagi info dan mendoakan untuk almarhum.
Kenangan saya, yang membekas saat diskusi di sebuah Masjid di Jaka Sampurna. Seingat saya, saat itu ada seorang dokter dan Ketua DPRD Kota Bekasi H. Choiroman J Putro, B.Eng. M.Si. yang juga menjadi Narasumber nya. Saat itu, hujan turun nyaris satu malam penuh, sehingga paginya banyak lokasi diberbagai titik di Kota Bekasi mengalami banjir.
Saya berdiskusi dengan almarhum, juga dengan rekan lainnya, tentang pergerakan dan kondisi Umat. Diskusi yang hangat.
Adapun di sosmed, terakhir (mungkin satu bulan yang lalu), saya terkesan dengan komentar almarhum, yang mengkritisi pendapat advokat yang memberikan tips agar tak terjerat kasus ITE. Ust Jati justru mempersoalkan unggahan tulisan yang dibuat advokat tersebut, karena dianggap hanya menakut-nakuti umat untuk melakukan kritik terhadap kezaliman rezim. Beliau, tanpa menyebutkan nama, membandingkan dengan aktivitas advokat lainnya yang justru berdiri didepan melawan kezaliman. Semestinya, sikap advokat demikian, memimpin perlawanan, membimbing umat untuk melawan kezaliman dengan memaksimalkan profesi Advokatnya, demikian kira-kira subtansi yang almarhum kritik.
Syahdan, beliau akhirnya sampai pada saat yang ditentukan. Beliau dipanggil Allah SWT karena ajalnya telah sampai, tidak lebih cepat tidak pula lebih lama, tetapi tepat sebagaimana telah tercatat di Lauhul Mahfudz. Kematian datang oleh sebab datangnya ajal, bukan sebab lainnya.
Sakit, kecelakaan, dibunuh, di racun, hanyalah sarana bukan sebab kematian. Sebab kematian adalah datangnya ajal.
Kita saksikan, banyak orang sakit dan dirawat berbulan-bulan, tidak juga meninggal dunia. Karena ajalnya belum tiba. Ada juga, yang berulang kali diteror, mau dibunuh, tidak juga meninggal dunia, karena ajalnya belum tiba. Namun, ada yang sehat tiba tiba meninggal, karena ajalnya memang sudah tiba.
Ya, rezeki dari Allah SWT, kematian karena ajal, jodoh ditangan Allah SWT, dan seluruh kebajikan, kemaslahatan dan kemudhorotan telah ditetapkan oleh Allah SWT dalam ketentuan takdir-Nya, tercatat di Lauhul Mahfudz.
Karena itu, sayang sekali jika ada orang yang beriman, tak mau berdakwah, tak mau amar makruf nahi mungkar, tak mau mengkritisi kezaliman, hanya karena takut di penjara, takut kehilangan rezeki, takut kematian. Keberanian tidak menyegerakan ajal, sebagaimana ketakutan tidak menunda datangnya ajal.
Sikap pengecut tidak akan menyelamatkan, sebagaimana sikap berani tak akan berakibat keburukan. Tak ada satupun helai daun yang gugur, tanpa izin dan pengetahuan Allah SWT.
Karena itu, penguasa yang zalim sekelas Fir'aun pun tak dapat mencelakakan Musa AS, kerena Allah SWT tak izinkan. Keyakinan itulah, yang membuat Musa AS berani berdiri tegak mendatangi Fir'aun dan mendakwahinya.
Pendeknya, pengemban dakwah Islam tidak boleh takut kepada apa dan siapapun, kecuali kepada Allah SWT. Cukuplah Allah SWT sebagai penolong bagi orang-orang yang beriman.
Kepergian Ust Jati Kusumo meninggalkan pesan : bahwa pada gilirannya, ajal juga akan menjemput kita, tak cepat, tak lama, tapi tepat sebagaimana waktu yang telah ditetapkan.
Yang perlu kita khawatirkan bukan datangnya ajal, tapi bekal apa yang sudah kita persiapkan untuk menghadap Allah SWT. Karena itu, mari sibuk mengumpulkan bekal, dengan aktivitas ketaatan, tetap Istiqomah berdakwah, tetap membusungkan dada dihadapan penguasa zalim, hingga Allah SWT memanggil kita.
Semoga Ust Jati Kusumo Khusnul Khatimah....
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ
وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُوْلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، اَللّهُمَّ اجْعَلْ قَبْرَهُ رَوْضَةً مِنْ رِيَاضِ الْجِنَانِ، وَلاَ تَجْعَلْ قَبْرَهُ حُفْرَةً مِنْ حُفَرِ النِّيْرَانِ، وَاجْعَلِ الْجَنَّةَ مَأْوَاهُ.
*اللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلاَ تَفْتِنَّا بَعْدَهُ وَاغْفِرْلَنَا وَلَهُ، آمِـيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ*
[].
0 Komentar