MAULID NABI MUHAMMAD SAW DAN PERJUANGAN MENEGAKKAN KHILAFAH


Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Semalam (Senin, 23/11) Penulis menghadiri Undangan Maulid Nabi Muhammad Saw dan menjadi salah satu penceramahnya. Penceramah yang lain adalah KH Mahmuddin Al Hafidz.

Kalau anda menghadiri acara Maulid Nabi Muhammad Saw di komunitas masyarakat Betawi, ada dua kenikmatan yang akan anda rasakan. Itu jika Anda juga mengalami perasaan seperti yang saya rasakan.

Pertama, ada perasaan bergetar, haru, hasrat pada kerinduan yang sangat atas sosok Baginda Rasulullah Muhammad Saw. Terutama, saat pembacaan kitab Al Barzanji, saat momentum berdiri, ada yang mengedarkan minyak wangi, mengucap ungkapan selamat datang kepada Nabi Saw.

Saya merasakan, seolah-olah Nabi Saw hadir dalam majelis, menyalami dan memeluk semua anggota majelis satu per satu. Momentum inilah, yang membuat saya rindu acara Maulidan (acara memperingati kelahiran Rasulullah dengan pembacaan kitab Al Barzanji diiringi Kelompok Hadroh).

Bulan ini sudah dua kali saya menghadiri acara Maulidan. Suasananya sama, ada perasaan bergetar, haru, hasrat pada kerinduan yang sangat atas sosok Baginda Rasulullah Muhammad Saw. Terutama, saat pembacaan kitab Al Barzanji.

Kedua, adanya nasi uduk, semur daging dan semur jengkol. Ini khas hidangan di acara Maulidan masyarakat Betawi. Hanya, semalam jengkol absen, mungkin baru ditanam pohonnya.

Saya begitu menikmati nasi uduk yang dihidangkan Sohibul Hajat, yakni Ust Muhammad Amin, Pimpinan Majelis Al Ikhlas, di Tarumajaya, Bekasi. Semur daging khas Betawi, begitu nikmat di lidah, begitu tenteram di perut. Ditambah sejumlah pepes ikan yang menggoda.

Ketiga anak saya yang ikut mengawal Abinya ngisi Maulid, juga ikut bersemangat menikmati nasi uduk, meskipun saat ceramah mereka ngaku ngantuk dan ada yang tidur.

Adapun terkait materi, semalam saya mengutip tulisan Syaikh an Nawawi Al Bantani dalam Kitab Nashoihul Ibad :

صدق المحبة في ثلاث خصال أن يختار كلام حبيبه على كلام غيره ويختار مجالسة حبيبه على مجالسة غيره ويختار رضا حبيبه على رضا غيره
Bukti cinta sejati itu ada tiga, yaitu:
1. Memilih kalam (Al-Qur'an, Sunah) kekasihnya di kalam lain-Nya.
2. Memilih bergaul dengan kekasihNya ikut bergaul dengan yang lainnya,
3. Memilih keridaan kekasihNya melayani keridaan yang lain.

Dalam kesempatan tersebut, saya menyatakan jamaah tidak mencintai Nabi Muhammad Saw hingga jamaah memilih Kalam Nabi Saw ketimbang kalam Montesqueu. Nabi Saw tegas menyampaikan Al Qur'an yang didalamnya diantaranya memuat ayat :

إِنِ الْحُكْمُ إِلا لِلَّهِ يَقُصُّ الْحَقَّ وَهُوَ خَيْرُ الْفَاصِلِينَ
“ Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia pemberi keputusan yang paling baik. ” (Al An'am: 57).

Di ayat lain, Rasulullah Saw juga menyampaikan firman Allah SWT :

أَلا لَهُ الْخَلْقُ وَالأمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
“ Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan Hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al A'raaf: 54)

Jadi, jika ada umatnya Nabi Muhammad Saw, mengaku cinta kepada Nabi Saw, tapi tidak berhukum kepada hukum Allah SWT, justru berhukum dengan demokrasi, berhukum dengan hukum rakyat, maka sejatinya orang yang seperti ini tidak mencintai Nabi Muhammad Saw. Orang yang seperti ini lebih layak disebut umatnya Montesqueu dan kelak di akhirat akan dikumpulkan bersama Montesqueu, bukan bersama Nabi Saw.

Orang yang mencintai Nabi Muhammad Saw juga akan lebih memilih berkumpul dalam majelis, bersama orang orang yang memperjuangkan syariatnya Nabi Muhammad Saw. Bukan berkumpul dalam majelis parlemen yang mengamalkan syariatnya Montesqueu. Dan terakhir, umat yang mencintai Nabi Muhammad Saw tentu lebih memilih ridlonya Allah SWT, ridlonya Nabi Muhammad Saw, ketimbang ridlonya manusia atau penguasa.

Karena itu, tak boleh ada sedikitpun ketakutan bagi orang yang mencintai Nabi, mendakwahkan ajaran Nabi, memperjuangkan warisan Nabi Muhammad Saw yakni Al Khilafah, baik takut kepada penguasa atau manusia pada umumnya. Kriminalisasi, persekusi, intimidasi, propaganda jahat hingga alienasi dan pemboikotan oleh kaum kafir. Jadi sudah sunatulloh, pengemban dakwah mendapatkan ujian. Sunatulloh pula, Allah SWT turunkan pertolongan.

Dalam kesempatan ceramah, saya juga menyampaikan betapa agungnya syariat Islam. Termasuk soal penegakan hukum yang tidak pandang bulu.

Pernah suatu ketika, Rasulullah Saw didatangi oleh Usamah bin Zaid, sahabat kesayangan Rasulullah Saw yang membawa pesan dari Bani Mahzum agar wanita mereka yang kedapatan mencuri tidak dipotong tangannya.

Hadits lengkapnya demikian :

Dari ‘Aisyah radhiallahu’anha, istri Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, bahwa orang-orang Quraisy pernah digemparkan oleh kasus seorang wanita dari Bani Mahzum yang mencuri di masa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tepatnya ketika masa perang Al Fath. Lalu mereka berkata: “siapa yang bisa berbicara dengan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam? Siapa yang lebih berani selain Usamah bin Zaid, orang yang dicintai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam?”. Maka Usamah bin Zaid pun menyampaikan kasus tersebut kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, hingga berubahlah warna wajah Rasulullah. Lalu beliau bersabda: “Apakah kamu hendak memberi syafa’ah (pertolongan) terhadap seseorang dari hukum Allah?”. Usamah berkata: “mohonkan aku ampunan wahai Rasulullah”.

Lantas Rasulullah bersabda dengan kalimat yang sangat terkenal :

"Wahai manusia, sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah jika ada orang yang mulia (memiliki kedudukan) di antara mereka yang mencuri, maka mereka biarkan (tidak dihukum), namun jika yang mencuri adalah orang yang lemah (rakyat biasa), maka mereka menegakkan hukum atas orang tersebut. Demi Allah, sungguh jika Fatimah binti Muhammad mencuri, aku sendiri yang akan memotong tangannya’"
(HR. Bukhari no. 6788 dan Muslim no. 1688).

Begitulah, ketegasan dan keadilan dalam Islam tidak pandang bulu seperti yang dipraktikkan rezim saat ini. Untuk urusan penegakan protokol kesehatan saja, ada perbedaan kumpul kumpul maulid dengan kumpul kumpul Pilkada. Yang Maulid dipersoalkan, yang Pilkada dibebaskan.

Keadilan, kesejahteraan, kedamaian, ketaatan paripurna, hanya bisa terwujud dengan tegaknya syariat Islam. Tegaknya syariat Islam secara utuh dan menyeluruh, hanya bisa wujud dengan tegaknya Daulah Khilafah. [].

Posting Komentar

0 Komentar