KOPI NURJAYA, KOPI TALIWANG, SESEDAP APAKAH?


Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Tetiba, hari ini (Selasa, 24/11) Bang Hatta Taliwang japri via WA. Bang Hatta mengkonfirmasi, telah mengirimkan kopi khas Taliwang ke alamat penulis.

Beliau, memastikan kopi tersebut enak dan dijamin bukan kopi Vietnam. Hadeh, kopi Vietnam kan yang bikin 'Mirna' terbang ke alam baka ? Ngeri juga nich si Abang, hehe.

Menggunakan metode hadits, anggap saja Bang Hatta Taliwang ini perawi Tsiqoh, memenuhi kualifikasi adil dan terpercaya. Jadi, soal kopi Taliwang ini enak, sedap, nikmat, saya percaya.

Karena itu, wajar jika judul tulisan ini, Kopi Nurjaya, Kopi Taliwang, sesedap apakah ? Maksudnya, kopi ini memenuhi kualifikasi sedap, tapi belum teridentifikasi masuk sedap level berapa, karena belum mencicipi.

Kalau saya tidak percaya dengan Bang Hatta Taliwang, mungkin saya bikin judul tulisan : Kopi Nurjaya, Kopi Taliwang, enak ga ya ? Atau judul lain seperti : Kopi Nurjaya, Kopi Taliwang, jangan-jangan biasa saja?

Saya penggemar kopi, bahkan diantara dua kegemaran saya kopi dan rokok, hanya rokok yang ditinggalkan. Sementara kopi, adalah mata kehidupan yang sepertinya tak mungkin dapat dipisahkan.

Kopi secara filosofis, meskipun hitam tapi nikmat. Kehidupan, tak selalu sejalan dengan yang terindera. Kebahagiaan tak selalu diukur dengan materi, sebagaimana kesengsaraan tak selalu identik dengan perjuangan. Saya termasuk orang yang menikmati kopi hitam dan perjuangan dan bahagia, karib dengan keduanya.

Kopi adalah hidangan yang menimbulkan motivasi menulis, juga motivasi untuk kehilangan kantuk. Kata teman, kopi obat kantuk yang ces pleng. Dengan syarat, disiramkan di wajah, bukan diseruput.

Yang jelas, saya sedang dalam masa Iddah. Masa tunggu, bukan tunggu mau nikah seperti janda yang sedang masa Iddah, atau seperti BCL yang masa iddahnya dihitung NU. Saya sedang masa tunggu, menunggu kopi kiriman bang Hatta Taliwang.

Saya membayangkan, hidup akan lebih indah dan berwarna saat kopi itu tiba. Segera, saya perintahkan cintaku, ibu dari anak-anakku untuk menyeduhnya. Pastilah, dalam setiap seruputannya, ada nikmat dan hasrat yang bergelora untuk kembali dan lagi menyeruputnya, hingga habis tak bersisa.

Bang Hatta Taliwang, terima kasih ya kopinya. Semoga Allah SWT membalasnya dengan pahala, rezeki berlimpah, panjang umur dan sehat selalu. Amien Ya rabbal alamien. [].

Posting Komentar

0 Komentar