Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Salah satu kenikmatan diskusi di GWA itu adalah adanya banyak inspirasi untuk menulis. Kadang menulis karena menanggapi tulisan penulis lainnya, bisa juga karena adanya info ter update yang di share GWA, bahkan karena sebab komentar dan kritik terhadap tulisan yang penulis unggah.
Ketika penulis menulis tentang Khilafah, misalnya. Ada yang sependapat, ada yang berbeda pendapat, ada yang mengkritik, ada yang komen asbun, ada pula yang mendiamkan.
Yang mendiamkan bisa setuju, menikmati tulisan, ogah mengkritik, atau malas membacanya. Yang diam ini tak mempengaruhi, tak memberi inspirasi.
Tapi yang mengritik ? Ini energi yang melahirkan banyak inspirasi menulis. Bagi sebagian orang, menulis itu layaknya melahirkan. Harus dimulai dengan proses pembuahan, mengandung, baru melahirkan tulisan.
Tapi itu tak berlaku bagi penulis. Penulis menulis itu ibarat menguap atau bersin. Kapanpun menulis bisa dilakukan. Seperti bersin dan menguap.
Apalagi jika muncul kritikan, itu 'energi dahsyat' untuk menulis. Menurut sastrawan, siapapun bisa bicara tapi tak setiap orang bisa menulis. Menulis, membuat usia seseorang lebih panjang dari kehidupannya.
Kembali ke soal kritik (lebih tepatnya disebut nyinyir). Misalnya, ada yang menyebut Khilafah utopia, Khilafah tak laku di Timur Tengah, dakwah khilafah berkembang di negara kafir seperti Inggris dan Amerika, di Indonesia masih banyak orang bodoh sehingga khilafah laku, dan seterusnya.
Sebenarnya, ini pernyataan dari orang yang dangkal lebih dangkal dari got selokan didepan rumah. Bukan pemikiran yang lahir dari kedalaman pemahaman atau keluasan ilmu layaknya samudera.
Kalau Khilafah utopia, ya tak perlu dirisaukan. Kalau dirisaukan, berarti potensial untuk diwujudkan ? Terlepas itu semua, bagi kaum mukminin Khilafah adalah janji Allah SWT yang telah dikabarkan melalui bisyaroh Rasulullah Saw.
Dalam hadits yang diriwayatkan beberapa Imam Hadits, Rasulullah Saw bersabda :
«تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ»
“Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan yang zhalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.”
(HR. Ahmad dalam Musnad-nya (no. 18430), Abu Dawud al-Thayalisi dalam Musnad-nya (no. 439); Al-Bazzar dalam Sunan-nya (no. 2796).
Adapun jika diklaim di timur tengah tak laku, itu juga bukan sebab salahnya ajaran Islam Khilafah. Di Timur tengah zina dan miras bebas ditransaksikan, juga bukan pembenar atas maksiat tersebut.
Misalnya, belum lama ini dikabarkan Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) memutuskan melonggarkan syariat Islam berupa menghalalkan zina dan miras berdalih mengundang investasi. Ini fakta, tapi bukan rujukan untuk dijadikan dalih pembenar.
Adapun dakwah Khilafah sampai ke Inggris dan Amerika, itu patut disyukuri. Sebab, agama Islam dan dakwah Islam telah mampu menjangkau jantung negara kapitalis.
Adapun, jika di negeri ini khilafah diterima karena banyak yang bodoh, penulis kira pernyataan ini keluar dari orang yang kurang piknik. Penulis banyak berinteraksi dengan aktivis pejuang Khilafah, mereka ada yang profesional, akademisi, praktisi, profesor, doktor, dan kaum cendekia lainnya. Meskipun, dari kalangan grass root juga banyak, termasuk dari kaum mustad'afin.
Jadi biasa saja dikritik, dinyinyirin, karena dakwah itu tak butuh pamrih manusia. Dakwah hanya mencari pahala dan ridlo Allah SWT.
Jadi tenang saja, penulis akan terus menulis Khilafah, Khilafah lagi dan Khilafah terus. Selain karena alasan perjuangan, penulis juga hobi menulis. Itu saja. [].
0 Komentar