[Catatan Reportase Diskusi Forum Sinergi Muslim, via Zoom Meeting dan YouTube Sultan Channel]
Oleh : Ahmad Khozinudin, S.H.
Advokat, Aktivis Pejuang Khilafah
Pada Rabu, 11 Nop 2020 pukul 16.00 hingga pukul 17.30 WIB, penulis berkesempatan terlibat dalam diskusi online mengambil tema : "Kepulangan IB HRS, Revolusi Akhlak dan Antusiasme Umat Islam". Tema diskusi seputar kepulangan IB HRS memang sedang marak dilakukan. Penulis sendiri, setidaknya telah tiga kali diundang menjadi Nara Sumber diskusi dalam forum berbeda dengan tema seputar kepulangan IB HRS.
Kali ini, kawan-kawan di Forum Sinergi Muslim ingin memfokuskan diskusi seputar kepulangan IB HRS pada isu 'Revolusi Akhlak' dan 'antusiaanya umat Islam' menyambut kepulangan IB HRS. Penulis bersama Drs. H. Ray Iskandar dari Forum Sinergi Muslim, telah mendiskusikan tema tersebut dipandu oleh Host Mahmud Yunus.
Ada beberapa catatan penting yang ingin penulis 'garis bawahi' sebagai substansi hasil diskusi, agar eforia kepulangan IB HRS dapat dikapitalisasi menjadi 'Suplemen Dakwah'. Agar aktivitas perjuangan umat Islam yang ingin berhukum kepada hukum Allah SWT dapat segera terlaksana.
Catatan ini, juga bisa dijadikan refleksi perjuangan bagi segenap elemen umat, untuk membuat 'rancang bangun' model perjuangan, sehingga tak terjebak sekedar menjadi pelaku politik penyerta, yakni hanya ikut dalam dukung mendukung kontestasi politik.
Pertama, Revolusi Akhlak tidak mungkin ditafsirkan kecuali dengan perspektif Islam. Revolusi akhlak pada akhirnya bertujuan ingin agar hukum Allah SWT berdaulat, ayat Al Qur'an berada di atas ayat konstitusi, umat Islam kembali kepada fitrahnya yakni tunduk, taat dan patuh hanya kepada syari'at Allah SWT yakni syariat Islam.
Revolusi akhlak tak sekedar mengubah individu, tetapi juga sistem. Individu yang jauh dari Islam, bermaksiat kepada Allah SWT, apalagi ingkar terhadap hukumnya, tentu tak mungkin akan dapat membawa perubahan pada nilai-nilai Islam. Sistem sekuler demokrasi, jelas bukanlah karakter dan habitat yang bisa digunakan untuk menegakkan revolusi akhlak.
Karena itu, untuk mewujudkan tujuan revolusi akhlak, umat ini juga patut mencari alternatif perjuangan yang bersandarkan pada akhlak Rasulullah Saw, dan tidak berittiba' pada akhlaknya montesqueu yakni memperjuangkan Islam melalui demokrasi. Umat harus berani menolak tawaran kekuasaan demokrasi yang kompromistis, dan mencontoh akhlak Nabi Muhammad Saw, yang menolak berkompromi dan berbagi kekuasaan, hingga meskipun rembulan dan matahari diletakkan kepada kedua tangan beliau Saw.
Revolusi akhlak harus sampai pada pemahaman utuh dan menyeluruh, pada akhlak dakwah Nabi Saw yang berdakwah di Mekkah hingga beliau hijrah dan mendapatkan kekuasaan di Madinah. Akhlak utama Rasulullah Saw saat itu adalah teguh, berani, kokoh, Istiqomah dengan bimbingan Wahyu, tidak berkompromi dengan sistem kufur, menentang dan melawan seluruh narasi kekufuran, dakwah secara terbuka dan tidak menyembunyikan agenda atau tujuan dakwah, yakni demi tegaknya hukum Allah SWT.
Kedua, dalam konteks revolusi akhlak inilah, dakwah untuk menegakkan syariat Islam secara kaffah melalui upaya penegakkan institusi Khilafah menjadi penting untuk diperhatikan. Sebab, sulit untuk tidak berkompromi jika dakwah ini masih mengikutinya sistem sekuler demokrasi.
Hanya dengan dakwah untuk menyeru kepada hukum Allah SWT secara terbuka melalui institusi Khilafah, yang dilakukan dengan keteguhan, kekokohan, keberanian, Istiqomah dengan bimbingan Wahyu, tidak berkompromi dengan sistem kufur, menentang dan melawan seluruh narasi kekufuran, dakwah secara terbuka dan tidak menyembunyikan agenda atau tujuan dakwah, yakni demi tegaknya hukum Allah SWT, akan menjadi pemantik terjadinya momentum Revolusi Akhlak yang digulirkan.
Karena itu, umat sudah waktunya untuk melihat potensi dakwah Khilafah ketimbang terus diberi mimpi kosong oleh penguasa dan rezim melalui sistem demokrasi. Mantra-mantra sirik demokrasi, yakni dianggap jika menang akan berkuasa, jika berkuasa akan tegak syariat Islam, harus dijauhkan dari benak Umat.
Ketiga, kepulangan IB HRS dengan seruan Revolusi Akhlak wajib dijadikan 'Tambahan Gizi' penyemangat dakwah. Atau meminjam istilah Ust Ray Iskandar, harus dikatalisasi untuk meningkatkan kesadaran umum ditengah umat akan pentingnya umat ini segera kembali kepada hukum Allah SWT.
Umat ini memiliki kepekaan, sadar atas kezaliman yang dilakukan rezim, memiliki perasaan tak ridlo terus dizalimi. Tentu, perasaan ini adalah bekal penting bagi pengemban dakwah untuk meningkatkan kepekaan umat dari yang bersumber dari perasaan yang Islami, menjadi kesadaran yang Islami.
Umat ini wajib diingatkan, bagaimana Pilpres 2019 yang dahulu digadang gadang akan melahirkan pemimpin perubahan, ternyata hanya merubah karakter macan menjadi kucing. Umat ini juga wajib diingatkan, bagaimana sistem politik demokrasi ini tak pernah berhenti memproduksi UU zalim.
Sampai dalam benak umat tumbuh kesadaran kolektif, bahwa kebangkitan umat ini hanya bisa terwujud dengan Islam, bukan dengan demokrasi. sampai umat ini meyakini, metode untuk mengembalikan kebangkitan umat ini harus dengan dakwah yang mencontoh akhlak dakwah Nabi Saw.
Penulis kira, tiga catatan penting ini perlu untuk dipikirkan bersama sebagai dasar untuk membangun kesatuan pandangan dalam mewujudkan Revolusi Akhlak yang bertujuan untuk menegakkan hukum Allah SWT. Ayat suci wajib berada di atas konstitusi. Konstitusi wajib di instimbath dari dalil ayat suci.
Jika ini yang menjadi tujuan dan mimpi bersama umat Islam, maka tidak ada jalan lain kecuali umat ini wajib bersatu untuk mewujudkan tegaknya Daulah Khilafah. Sebuah Negara, yang dikabarkan oleh Rasulullah Muhammad Saw akan kembali tegak dimuka bumi ini. [].
0 Komentar