ISLAMOPHOBIA PRESIDEN PERANCIS ATAS PENISTAAN NABI MUHAMMAD SAW


[Catatan Pengantar Diskusi Cangkru'an Bareng Cak Slamet, Umat Islam Wajib Marah Pada Perancis]

Oleh : Ahmad Khozinudin, S.H.
Advokat, Aktivis Pejuang Khilafah

Judul tulisan ini, merupakan tema dari kajian malam yang diampu oleh Cak Slamet. Host dari Surabaya ini, lebih mempopulerkan acaranya dengan sebutan 'Cangkru'an Cak Slamet'.

Cangkru'an adalah kultur kongkow di warung, ngopi dan menikmati kudapan, sambil ngobrol ringan tentang berbagai persoalan. Tapi Cangkru'an Cak Slamet ini tanpa kopi tanpa kudapan, diskusi Sersan (Serius tapi Santai), mengundang beberapa Nara Sumber, membicarakan berbagai topik. Acaranya dibuat online, sehingga pemirsa bisa mengikutinya melalui Chanel YouTube dan Facebook.

Acara ini masif sejak memasuki musim pandemi. Dulu, sebelum badai Corona menerpa Indonesia, Cak Slamet ini Promotor diskusi yang membawa penulis keliling, hampir di seluruh Kota dan Kabupaten di Jawa Timur. Penulis, biasanya mengajukan mahar 'durian' sebagai syarat berdiskusi. Agenda diskusi sambil menikmati buah durian, menjadi tradisi diskusi penulis bersama sesama aktivis di Jawa Timur. Hingga kami menyebutnya dengan istilah 'Durian Perlawanan' karena tema diskusi selalu mengangkat tema seputar kezaliman dan upaya untuk melawannya.

Malam ini, Senin (2/11), penulis bersama KH. Muhyiddin Junaidi (Wakil Ketua Umum MUI Pusat) dan Bung Rosdiansyah S.H., M.A. (Peneliti Senior), akan menjadi Nara Sumber diskusi. Acara dimulai Pukul 19.30 - 21.00 WIB.

Terlibat dalam diskusi ini adalah wujud kecintaan dan pembelaan Penulis terhadap kemuliaan Nabi Muhammad Saw. Sekaligus, bentuk kemarahan dan ketidakridloan penulis pada Majalah Charlie Hebdo, Macron dan Perancis.

Charlie Hebdo memang lancang menista Nabi Muhammad Saw. Tapi rezim Perancis dibawah pimpinan Macron, telah meridhoi bahkan memberikan perlindungan terhadap aktivitas penghinaan Rasullullah Saw dengan dalih kebebasan berekspresi. Kasus penghinaan Rasulullah Saw dengan cara penggambaran secara fisik melalui karikatur, telah dilakukan oleh Majalah Charlie Hebdo berulangkali. Penulis sendiri, sampai lupa entah berapa kali dari beberapa tahun yang lalu demo mengajukan protes kepada Perancis baik di lokasi umum maupun di depan Kedubes Perancis.

Marah atas pelecehan Rasulullah Saw adalah respons yang alamiah dan sifatnya wajib. Aneh, jika ada umat Islam mengaku umat Muhammad Saw tak marah Rasullullah dilecehkan.

Tak mengerti atau tak pernah melihat wajah Rasulullah Saw bukan alasan bisa tersenyum melihat penistaan. Sebab, telah ada larangan menggambarkan fisik Rasulullah, apalagi digambarkan secara melecehkan.

Charlie Hebdo juga melecehkan agama dan tokoh Nabi agama lain ? Itu bentuk kelancangan Charlie Hebdo, dan bukan alasan pembenar untuk melecehkan Rasulullah Saw. Sebagai seorang muslim, penulis juga dilarang melecehkan agama lain.

Mengajak umat Islam marah pada Perancis, dianggap mengeksploitasi secara politik ? Mengimpor kemarahan dari Perancis ? Ini adalah pernyataan yang tak paham umat Islam adalah satu tubuh, bahkan boleh jadi pernyataan ini muncul dari orang yang tak merasa dirinya bagian dari umat Islam. Umat Islam diikat persaudaraan karena akidah Islam, bukan karena ikatan kebangsaan.

Penulis kira, banyak substansi penting yang penulis perlu sampaikan dalam forum diskusi. Terutama, dampak Islamophobia yang meluas akibat pernyataan gegabah dari Macron. Menuding umat Islam terbelakang, menuding aktivitas pembelaan Nabi Muhammad Saw sebagai upaya Islamis yang ingin merampas masa depan Perancis, benar-benar pernyataan yang sangat tendensius dan melecehkan umat Islam. [].

Posting Komentar

0 Komentar